PAHLAWAN ADALAH KETELADANAN UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK
INNALILLAHI wainnaillaihi rojiun. Hikmat Tomet, suami Atut Chosiyah memang telah meninggal. Namun kita bisa sedikit menilik hikmah:
Teruslah berhikmat agar hikmah terbaik terus mengalir, dan kita mampu terus memetik pelajaran hidup terbaik agar tertebar sebagai sedekah.
Kesalahan terbesar manusia adalah ketika ia menganggap tidak ada kehidupan yang lebih baik selain di dunia.
Itulah yang mampu ia merasa seolah-olah hidupnya tamat ketika tengah menerima musibah atau bencana yang memang sungguh pahit.
Padahal di dalam pahit dan kegetiran itu, sungguh terdapat banyak sekali amanah serta buah apabila ia berhikmah, rela dengan segenap cinta.
Ke atas anda menengadahkan tangan untuk memuliakan doa, dan ke bawah anda harus menembus air suci untuk menuaikan doa.
Lampu mercusuar layaknya berada di bagian paling atas tonggak kokoh bangunan. Agar orang-orang bisa mendongak dan melihat sinarannya.
Namun dalam kelana ibadah suci, mercusuar dari berbagai arah itu bisa muncul tiba-tiba dari dalam bumi. Ia mempersaksikan kebenaran iman.
Pahlawan atau heroes yang baik pastilah meninggalkan tidak hanya keteladanan. Ia menanamkan kuat tuntunan dari keteladanan itu ke dalam dada setiap manusia yang mau berhijrah ke dalam kehidupan yang lebih baik. Bukan hanya membebaskan diri dari keterbelakangan, kebodohan, dan penyanderaan kebaikan terkejam. Ia juga telah menyediakan banyak suar agar manusia merdeka mampu memberikan kreasi juang ibadah terbaik. (***)
=============================================================================================
NILAI-NILAI LUHUR UNTUK TERUS DIMULIAKAN
BANYAK hal yang tidak bisa dijelaskan tentang cinta, kecuali meyakini bahwa yang datang dan berada di sekitar kita adalah fitrah.
Karena inilah masa serta hadiah yang telah berhasil kita menangi. Jangan sampai jernihnya fitri ini kita keruhkan lagi dengan belitnya pikir.
Aku manusia asli, penduduk dari bumi. Dan telah kujelajahi luas, tinggi, serta dalamnya cinta sejati.
Dan setiap kali aku bertemu dengan dia atau siapapun yang lebih tinggi atau lebih hebat dariku, setiap kali pula aku menerima rentet kecewa.
Aku mengalah soal prinsip kepalsuan penampilan yang disengaja. Hanya aku perlu ingatkan, di sana ada bidadari-bidadarimu yang tersandera.
Bagaimanapun, saya tetap istiqamah, bahwa di atas langit ada langit. Ilmu bukankan untuk menipu, melainkan untuk kemanfaatan bersama.
Salah satu bidadari hamil dan ngidam buah keres yang dilarang diambil berlebihan.
Suaminya tidak mau mengambilkan karena saking taatnya. Namun si monyetnya malah bawa keranjang dan buah keres dipanen hampir habis.
Para bidadari yang biasa bermain lomba petik buah keres kaget bukan kepalang. Ternyata ada satu bidadari yang tidak bisa langsung berubah wujud dari peri karena kehabisan buahnya. Nah, si monyet nakal deh. Ia taruh sebuah keres di giginya, dan cuman dinongolkan dikit untuk si peri cantik. Hasilnya, si monyet yang cowok itu berubah jadi manusia, sekaligus memperoleh kekuatan dewi.
Sementara seorang putri dewa yang naas itu malah jadi buruk rupa.
Mereka yang terlibat lantas diusir dari surga. Nah, perjalanan cinta yang bergulatkan keadilan, darah, dan air mata pun penuh adegan.
Seribu kesatria tak akan cukup, karena kita butuh segenap kesatria cinta.
Sehingga, surga pun tak akan pernah kisruh lagi hanya gara-gara kehilangan buah keresnya.
Atau, agar jangan ada lagi bidadari yang tak bisa terbang kembali hanya gara-gara selendangnya diumpetin.
Karena selendang cintanya sudah tertanam kuat di dalam relung hati.
Begitupun sosok Joko Tarub, ia tak perlu berjingkat dan mencuri selendang untuk meraih bidadari pujaan hatinya. Dewa pasti mendapatkan Dewi yang juga menginginkannya. Karena kita kesatria cinta.
Seperti itulah gambaran nilai-nilai luhur yang menunggu untuk terus dimuliakan, dihikmahkan agar termandikan dalam kesucian.
Agar manusia hidup tidak hanya sekadar melakoni atau tambal butuh, tetapi benar-benar mencintai serta memperoleh kebahagiaan sejati darinya. (***)
Leave a Reply