Jagal Periuk Berdarah Dingin

Sempat Cuci Tangan Usai Habisi Tiga Korban

TANGERANG,SNOL—Dewi Febriana (24) tak sanggup berkata-kata saat menghadiri pemakaman ayah, ibu dan adik bungsunya di TPU Selapajang Kecamatan Neglasari Kota Tangerang, Rabu (30/4) pagi. Dia lebih banyak menangisi kehilangan anggota keluarga yang dibunuh Ramadhan Gumelar alias Gugum, pria yang disebut – sebut sebagai bekas pacarnya.

Dewi adalah putri sulung tiga bersaudara dari pasangan Dukut dan Herawati, warga Jalan Bungur III No. 184, Kelurahan Periuk Jaya Kecamatan Periuk Kota Tangerang. Kedua orangtua Dewi dan adik bungsunya, Prasetyo dibunuh Gugum menggunakan kunci besi dan pisau, Selasa (29/4) sore. Beruntung, adik Dewi lainnya, Bagus Trihastanto (16) berhasil selamat dari upaya pembunuhan Gugum.

Gugum sendiri ditangkap seusai melakukan pembunuhan. Pelaku tergolong pembunuh berdarah dingin. Sejak ditangkap warga hingga dibawa polisi, pemuda berusia 25 tahun itu sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah maupun melontarkan permintaan maaf. Dia bahkan bersikap sangat tenang saat warga mengepungnya. Wajah tersangka benar-benar datar tanpa ekspresi.

“Dia memang sempat mau kabur lewat atap, tapi setelah warga mengepung, akhirnya dia turun sendiri dengan tenang. Malah dia sempat-sempatnya cuci tangan di kran rumah tetangga sebelum kami amankan,” kata Kompol Alamsyah, kemarin.

Kapolres Metro Tangerang, Kombespol Riad mengatakan pihaknya sudah melakukan pemeriksaan terhadap tersangka. Dari hasil pemeriksaan, tersangka mengaku sakit hati terhadap Dewi dan ibunya. Nafsu amarahnya tersulut oleh ucapan Herayanti, ibu mantan pacarnya.

Sebelum insiden terjadi, tersangka meminta agar diizinkan untuk kembali berpacaran dengan Dewi, anak sulung Herayanti dan Dukut. Ramadhan dan Dewi baru putus cinta sepekan lalu. Namun jawaban sang ibu menyakitkan hati pelaku dan membuat dia tersinggung.

Tersangka mengaku kalap saat menghujani para korban dengan kunci inggris dan pisau dapur yang diambil dari rumah korban. Aksi kalap ini dilakukan pertama kali terhadap Herayanti yang saat itu baru keluar dari kamar mandi. Setelah wanita separuh baya ini tewas, Ramadhan menghabisi nyawa Prasetyo yang saat itu baru turun dari tangga lantai dua rumah itu. Selanjutnya, ia naik ke lantai dua untuk membunuh Dukut yang sedang beristirahat di kamar tidur.

Alat yang digunakan untuk membunuh diambil pelaku dari rumah korban. Kunci Inggris diambil dari TKP karena kediaman korban sekaligus bengkel angkot sedangkan pisau diambil pelaku di dapur rumah. Kombespol Riad menyatakan penyidik akan memeriksa kondisi kejiwaan tersangka Ramadhan Gumelar.

“Kami akan memeriksa psikologis tersangka kenapa sampai tega menghabisi satu keluarga?,”tandasnya. Polisi menjerat tersangka dengan dua pasal berlapis yakni pasal 338 dan 365 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 338 adalah pasal pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 365 adalah pasal pencurian dengan kekerasan dengan ancaman pidana 9 tahun penjara. Gugum disangka mencuri karena kedapatan mengantongi uang sebesar 6 juta rupiah setelah menghabisi korban.

Dewi Masih Trauma

Sementara itu, jasad ketiga korban pembunuhan Gugum dikebumikan di TPU Selapajang, Kota Tangerang diiringi ratusan pelayat yang datang. Terlihat teman sekolah Bagus dari SMKN 6 Tangerang dan Prasetyo dari SMPN 12 Tangerang serta kerabat lainnya memadati tempat pemakaman.

Dewi sendiri terlihat masih trauma. Dengan mengenakan pakaian hitam-hitam dan berkacamata, Dewi terus mengurai air mata di pemakaman. Keluarga mencoba memberikan dukungan kepadanya agar lebih sabar menghadapi cobaan. Terlihat sesekali keluarga yang menemani memberikan air minum kepada perempuan bertubuh tambun itu.

“Astagfirullah… ikhlas… ikhlas,” kata Dewi sambil berpelukan dengan adiknya yang selamat dari pembantaian itu. Kesedihan yang sama dialami oleh Bagus. Dengan mengenakan kaos panjang berwarna hitam, siswa SMK 6 Penerbangan Kota Tangerang itu tak kuat menahan kesedihannya ketika melihat jenazah ayahnya dimasukan ke liang lahat. Dengan balutan perban di kepalanya, Bagus dibawa ke tempat yang agak jauh dari tempat pemakaman oleh kerabatnya karena tak sanggup menahan kesedihan.

Anto (53), kakak kandung dari almarhum Dukut, mengatakan sekira pukul 16.00 Wib mendapatkan kabar dari keluarga bahwa adiknya telah meninggal karena dibunuh. Mendengar kabar tersebut, dia yang tinggal di Yogyakarta, langsung berangkat ke Tangerang menggunakan pesawat. Selanjutnya, dia mengatakan pihaknya menyerahkan seluruh kasus pembunuhan yang dilakukan Ramadhan Gumelar kepada pihak kepolisian.

“Kita semua menyerahkan proses hukum ke polisi. Mengenai kejadian ini, ya kita terima karena ini musibah. Dan kita fokus kepada Dewi dan Bagus agar kondisinya normal karena sekarang mereka masih trauma,” jelasnya.

Kriminolog: Pembunuhan Dipicu Dendam

Pembunuhan terhadap tiga orang dalam satu keluarga itu diduga akibat dendam. Pelaku yang sakit hati kepada korban tidak bisa mengontrol diri sebelum melakukan kejahatan tersebut.

Pakar Kriminologi Universitas Indonesia (UI), Ade Erlangga mengatakan berdasar rata-rata kasus, pembunuhan terhadap satu keluarga kemungkinan terjadi karena latar belakang dendam.

“Menurut saya ini adalah adanya rasa dendam karena sakit hati. Pelaku juga dalam keadaan yang tidak stabil dan tidak bisa mengontrol diri,” katanya.

Pengamat psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zarkasih Tanjung, S.Psi mengatakan, keluarga korban pasti sangat mengalami trauma akibat pembunuhan tersebut. Trauma terbesar datang kepada Dewi Febriana.

“Dewi akan trauma karena pembunuhan terjadi akibat kisah percintaannya dengan si pelaku. Ini akan menyebabkan kebencian yang mendalam kepada si pelaku. Dan keluarga korban juga pasti mengalami perubahan perilaku,” katanya, kemarin. Dia menambahkan, Dewi dan adiknya, Bagus membutuhkan penyembuhan terhadap trauma secepatnya. Caranya dengan menjadikannya teman bicara untuk berbagi perasaan.

“Dewi dan Bagus jangan didiamkan. Kalau didiamkan nantinya bisa saja mengalami histerian. Hukuman setimpal terhadap pelaku juga bisa mengurangi rasa trauma keluarga korban,”tandasnya. (mg17/gatot)