Waspadai Daging Oplosan Dan Ayam Tiren
TIGARAKSA,SN— Tingginya kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam saat bulan puasa dan menjelang lebaran, terkadang dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mencari keuntungan. Tingginya harga daging membuat sejumlah penjualnya melakukan berbagai cara agar bisa menjual dengan harga yang relatif murah tetapi tetap menguntungkan. Seperti halnya dengan menjual ayam tiren (mati kemarin), daging sapi gelonggongan bahkan mengoplos daging sapi dengan daging celeng (babi). Tentu saja hal itu dapat merugikan konsumen. Para pembeli diperlukan kewaspadaan dalam membeli daging yang segar dan sehat serta layak untuk dikonsumsi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang meminta masyarakat untuk mewaspadai beredarnya daging sapi gelonggongan dan ayam tiren di pasaran. Dikhawatirkan barang tersebut beredar pada saat bulan puasa dan menjelang ramadhan. Meskipun harganya murah, namun hal itu sangat berbahaya untuk dikonsumsi. Kepala Dinas Kesehatan mengatakan supaya masyarakat pintar-pintar dalam memilih makanan. Jangan hanya tergiur dengan harga murah yang ditawarkan oleh para penjualnya. “Kita semua harus tetap waspada dan mengenali dahulu ciri-ciri daging ayam tiren. Jangan terpengaruh jika harga yang ditawarkan lebih murah dari harga normalnya,” kata Naniek Isnaini.
Menurut Kadis, masyarakat harus lebih berhati-hati dan teliti mengenali ciri daging sehingga tidak tertipu membeli daging gelonggongan, celeng, ataupun ayam tiren. Sebelum membeli daging, yang perlu diperhatikan konsumen adalah ciri daging sapi segar antara lain, warnanya merah terang dan lemaknya berwarna kekuningan, tekstur dagingnya kenyal, dan biasanya, daging sapi asli dijual dengan cara digantung. Sementara daging gelonggongan, biasanya dijual dengan cara tidak digantung melainkan diletakkan di meja atau papan. Kadar airnya sangat banyak karena sebelum dipotong, sapi akan dicecoki air sebanyak-banyaknya terlebih dahulu untuk mendapatkan timbangan yang lebih berat. Ciri lainnya, warna daging lebih pucat, daging lembek. Sedangkan untuk daging oplos yang biasanya dicampur dengan daging celeng, dagingnya berwana lebih pucat, tekstur seratnya lebih halus, aroma lebih amis, dan dengan harga jual yang lebih murah.
Sementara daging ayam tiren memiliki kandungan bakteri mikroba yang sangat banyak dan mempunyai efek pada lambung dan bisa menimbulkan diare. Daging ayam tiren juga memiliki ciri-ciri yang bisa cepat dikenali. Tanda ayam tiren yang dapat dilihat antara lain, daging ayam tiren biasanya mengeluarkan aroma agak amis. Selain itu, dagingnya juga berwarna kepucatan. Untuk daging ayam tiren juga terdapat bercak darah atau memar. Jika dipegang, kulitnya licin dan mengkilat karena menggunakan formalin dan tidak dihinggapi lalat. Sementara ciri daging ayam yang baik dan segar antara lain, dagingnya tidak bau, segar dan masih berwarna putih bersih. “Selain ciri-ciri tersebut, pembeli pun harus mewaspadai daging yang dijual lebih murah. Karena biasanya oknum menjual barang dagangannya lebih murah dibanding harga normalnya, supaya dagangannya cepat laku terjual,” tutur Naniek.
Kabid Perdagangan pada Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Tangerang juga terus melakukan pengawasan dan mewaspadai supaya tidak beredarnya daging tersebut. Pihaknya tidak mau kecolongan oleh oknum yang sengaja menjual daging itu. Masyarakat juga harus lebih waspada. Jika mengetahui atau curiga ada daging gelonggongan atau tiren, segera melapor ke pihak terkait. Sebenarnya pembeli atau konsumen dapat membedakan secara kasat mata antara daging ayam tiren dan daging ayam segar. Warga harus waspada dan jangan langsung tergiur dengan harga daging murah yang ditawarkan. Jika ada pedagang yang menawarkan harga daging murah sebaiknya hal tersebut patut dicurigai.
“Kami tentu akan bekerjasama dengan SKPD yang lain untuk mencegah peredarannya. Kami juga telah membuat tim pengamanan pangan dengan bekerjasama dengan pihak kepolisian sebagai pemberi sanksi jika ada pedagang yang berbuat demikian,” ungkap Hj Dedeh. (mg-19)