Kecewa Gagal Panen, Petani Bakar Padi
CISOKA,SNOL—Belasan petani Desa Cibugel Kecamatan Cisoka Kabupaten Tangerang melakukan aksi bakar padi kering di sawah seluas 20 hektar lebih selama dua hari, Minggu (30/8) hingga Senin (31/8). Pembakaran padi merupakan wujud ekspresi para petani yang kecewa karena sawah mereka tidak mendapatkan bantuan air dari pemerintah desa maupun Pemkab Tangerang.Kemarin sekitar pukul 09.00 Wib, sebanyak 17 petani datang ke sawah kemudian membakar padi yang mengering. Rencananya petani akan membakar seluruh padi yang ditanam di 20 hektar sawah karena sudah mati atau gagal panen akibat tidak mendapatkan pasokan air.
Salah satu petani Desa Cibugel, Aspura mengaku aksi yang dilakukan dipicu rasa kesal terhadap pemerintah desa dan Pemkab Tangerang yang tak kunjung memberi bantuan di tengah bencana kekeringan. Padahal, sejak musim kemarau berlangsung lahan-lahan persawahan milik warga mengalami kekeringan. Kondisi ini juga membuat sawah tak bisa ditanami padi.
“Sudah tiga bulan kondisinya seperti begini. Sampai sekarang belum ada bantuan apa-apa dari pemerintah. Pada kering semuanya padi-padi yang sudah ditanam. Pegawai kantor desa aja enggak pernah ke sini. Ngeliat gitu kondisi kaya gimana. Ini enggak sama sekali,” keluhnya.
Sebenarnya, lanjut Aspura, ada saluran irigasi yang bisa digunakan untuk mengairi sawahnya. Namun irigasi tersebut letaknya lebih rendah dibandingkan lahan persawahan sehingga tidak bisa mengaliri sawah. Ironisnya, pemerintah Desa Cibugel terkesan tutup mata dan tak mau membantu warga.
“Padahal ada mesin pompa air di kantor desa tapi enggak dipinjamin ke warga untuk mengairi sawah. Jadi makanya walaupun ada saluran irigasi tapi enggak bisa berfungsi,” imbuhnya. Aspura menjelaskan, dalam satu hektar sawah petani bisa mengalami kerugian sekitar Rp7 juta. Sedangkan jumlah lahan persawahan di desa tersebut ada 20 hektar yang mengalami kekeringan.
Selain itu, kerugian ini juga memaksa para petani mencari pekerjaan lain untuk bertahan hidup. Aspura, mengaku membuat anyaman tudung (topi dari anyaman bambu-red) yang dijual dengan harga Rp1000 perbuah, untuk menutupi perekonomian keluarganya. Namun, pekerjaan sampingan tersebut belum mampu menutupi kebutuhan rumahtangganya.
“Satu tudung dihargain Rp1.000. Sehari cuma dapat 10 buah, jadi sekitar Rp10.000, itu belum cukup buat makan keluarga,” ungkap pria paruh baya tersebut.
Terpisah, Sekretaris Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Mawardi Nasution mengatakan Kabupaten Tangerang merupakan daerah endemis yang setiap tahunnya mengalami musim kekeringan. Bahkan pada tahun 2014 lalu sebanyak 15 Kecamatan yang mengalami kekeringan. Untuk itu, ia menghimbau kepada masyarakat khususnya yang memiliki lahan pertanian agar bersabar menghadapi situasi ditengah musim kemarau yang berkepanjangan.
“Setiap tahun memang selalu terjadi musim kemarau. Pemerintah pun sedang berusaha mencarikan solusi bagi para petani yang mengalami kekeringan. Untuk itu diharapkan kesabarannya dari masyarakat,” tandas pria yang juga seorang dokter hewan. (mujeeb/gatot)