Dolar Naik, Kedelai Lokal Diburu
SERANG,SNOL– Hingga kini, keberadaan Petani Kedelai di Kabupaten Serang masih terbilang rendah. Dari target lahan sekitar 1500 hektar, baru sekitar 800 hektar saja yang ditanami kedelai. Salah satu penyebabnya, lantaran kualitas benih kedelai tidak dapat bertahan lama.
Kepala Seksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Perternakan (Distanhutbunak) Kabupaten Serang, Zaldi Dhuhana menyatakan, permasalahan yang dihadapi sekarang adalah soal benih. Benih kedelai hanya bisa bertahan sekitar satu bulan, sebelum memasuki masa tanam. Sedangkan, waktunya bisa habis untuk pengolahan tanah saja. “Ketika bibit kedelai ditanam, hasilnya kurang bagus,” kata Zaldi, Minggu (19/4).
Wilayah yang sudah menanam kedelai diantaranya, Kecamatan Mancak, Cikeusal, Petir, Tunjungteja, Bandung, Pamarayan, Kopo dan Anyer. “Petaninya banyak yang kapok, menanam kedelai. Soalnya, tahun lalu banyak yang gagal panen,” tambahnya.
Menurutnya, kedelai yang selama ini beredar di pasaran merupakan kedelai impor. Namun, karena harga Dolar kian melambung tinggi, membuat kedelai lokal banyak diminati. “Setelah dolar naik sampai Rp 13 ribu, impornya menurun. Mungkin merugi,” ujarnya.
Salah seorang petani di Kecamatan Ciomas, Muhamad Nurdin mengatakan, dirinya lebih berminat menanam padi. Sebab, pada umumnya mengikuti kebutuhan sehari-hari. “Disini (Ciomas), kebanyakan menanam padi. Soalnya kan bisa buat makan sehari-hari. Kalau kedelai, jualnya susah. Selain itu, harus dibawa ke penampungnya. Itupun tidak tahu penampungnya ada dimana,” keluhnya.
Diakuinya pula, dirinya lebih suka menanam padi karena lebih mudah, dan sudah terbiasa. Berbeda dengan cara menanam kedelai, sedikutpun dirinya tidak tahu pola tanamnya. “Cara-cara tanamnya tidak tahu, terus pupuknya juga harus seperti apa. Jadi, kami masih bingung,” imbuhnya. (mg23/mardiana/jarkasih)