Jembatan Ambruk, 46 Siswa SD Nyemplung

ambruk jembatanok

SAJIRA, SNOL—Warga Desa Pajagan Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak geger, Selasa (10/3) pagi. Jembatan berbahan kayu yang menghubungkan Kampung Sindai Desa Pajagan dengan kampung Kadu Luhur Desa Tambak Kecamatan Cimarga tiba-tiba

ambruk. Akibatnya, 46 siswa SD dan sepasang suami istri yang berada di atas jembatan saat melintas berjatuhan ke sungai.

Keterangan yang berhasil dihimpun, peristiwa terjadi ketika puluhan siswa SD tengah melintas di jembatan gantung yang biasa mereka lalui menuju sekolah, pagi kemarin. Namun tak disangka-sangka, ketika mereka sedang berada di badan jembatan, sarana penghubung itu putus. Belum diketahui secara pasti penyebab putusnya jembatan ini. Namun diduga akibat jembatan itu telah lapuk dimakan usia, sementara beban yang melalui jembatan melebihi kapasitas.

Salah seorang siswa SDN 1 Pajagan bernama Umi (12) terpaksa harus dilarikan ke RSUD Adji Darmo Rangkasbitung, karena mengalami luka cukup parah pada bagian kepala, dada serta kaki. Sementara korban lainnya dirawat di Puskesmas terdekat serta UKS setempat.

Selain 46 siswa SDN 1 Pajagan, sebuah kendaraan roda dua yang dikemudikan Udin (45), warga Kampung Pasir Eurih ikut terjun bebas ke dalam sungai. Udin yang melintasi jembatan bersama istrinya terjatuh dari ketinggian sekitar 30 meter, saat air sungai dalam kondisi deras. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peistiwa itu. Seluruh korban berhasil selamat setelah mereka bahu-membahu saling menolong.

Arjawi, saksi mata mengatakan, ketika puluhan siswa berbarengan berangkat ke sekolah melintas, jembatan tersebut langsung ambruk. Diduga karena sling dan http://liverpoolsunflowers.com/levitra-sale papan jembatan tidak kuat menahan beratnya jumlah siswa yang melintas. “Saya melihat dengan jelas, papan jembatan langsung ambrol dan slingnya langsung putus. Siswa yang menjadi korban, ada yang kecebur langsung ke sungai, ada yang berpegangan ke sling jembatan, dan yang paling parah ada yang tertimpa papan jembatan,” ujarnya kemarin.

Suherman, tokoh masyarakat yang juga mantan Kepala Desa Tambak mengatakan, jembatan yang ambruk itu dibangun 25 tahun lalu melalui swadaya masyarakat. Hingga jembatan itu putus, belum pernah ada bantuan perbaikan dari Pemkab Lebak. “Sudah beberapa kali kami telah mengajukan proposal untuk perbaikan, namun tidak pernah ada respon dari Pemkab (Lebak), dengan alasan jembatan ini masuk dalam wilayah mega proyek bendungan Waduk Karian. Makanya jembatan ini kami pelihara lewat swadaya masyarakat saja. Sekarang begini jadinya,” kata Suherman dengan nada kesal.

Suherman menyayangkan alasan yang dilontarkan Pemkab Lebak. Ini rencana pembangunan Waduk Karian yang didanai APBN itu belum tentu dilakukan dalam waktu dekat, sementara jembatan itu menjadi prasarana warga yang sangat vital.

“Belum tentu 5 atau 8 tahun ke depan akan dibangun. Jujur kami sebagai masyarakat yang sering menggunakan jembatan ini sangat takut dan khawatir ambruk. Dan hari ini (kemarin) kekhawatirkan kami menjadi kenyataan,” ujarnya.

Dengan putusnya jembatan tersebut, sambung Herman, pihaknya berharap pemerintah daerah segera melakukan perbaikan atau pembangunan kembali. Apalagi jembatan itu merupakan satu-satunya akses yang menghubungkan dua kampung di dua desa dari dua Kecamatan tersebut. “Ya, kami berharap Pemkab segera memperbaikinya,” pungkas Herman.

Keterangan lain yang didapat dari masyarakat setempat, jembatan gantung tersebut pernah putus dihantam banjir pada 2009 silam. Dan untungnya saat itu tidak memakan korban jiwa. Kini setelah putus kedua kalinya, masyarakat setempat terpaksa membuat rakit bambu untuk menyeberang, sebelum jembatan yang dijanjikan bupati rampung.

Peristiwa putusanya jembatan di Kabupaten Lebak sudah sering terjadi. Sebelumnya, jembatan sepanjang 45 meter yang menghubungkan Kampung Belendung, Desa Pasireurih, Kecamatan Muncang dengan Kampung Hareno, Desa Nayagati, Kecamatan Leuwidamar, juga putus pada Minggu (23/8/2014) lalu. Lagi-lagi, penyebab ambruknya sarana penghubung itu diduga kuat akibat kondisi jembatan yang sudah tua dan lapuk. Kondisi itu membuat warga di desa nyaris terisolir. Sementara hampir seluruh material jembatan raib digerus banjir. (mg29/dm/bnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anda dapat menggunakan tag dan atribut HTML: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>