Baru Dibangun 2 Bulan, Gedung SMKN 2 Rangkasbitung Ambruk
LEBAK,SNOL Tiga ruang kelas SMKN 2 Rangkasbitung di Kompleks Pendidikan (Komdik), Kelurahan Muara Ciujung (MC) Timur, Kecamatan Rangkasbitung, ambruk.
Tiga ruang kelas yang ambruk diantaranya, Kelas XII APT (Agrobisnis Tanaman Pangan dan overnight canadian levitra Hortikultura) 2, Kelas XII APT 3, dan Kelas XII APT 4. Ketiga lokal kelas itu diperkirakan ambruk pada Minggu (1/2) malam. Peristiwa itu diketahui Senin (2/2) sekitar pukul 06.05 Wib.
Bangunan dengan ukuran sekitar 15 x 9 meter tersebut sudah dipasang police line (garis polisi). Padahal, gedung yang baru selesai dibangun dua bulan lalu itu, bagian atapnya menggunakan rangka baja.
Seorang siswa Kelas XII APT 3 yang juga saksi mata Fatwa Sara (17) mengatakan, dirinya sempat mendengar suara gemuruh seperti mobil kontener menurunkan pasir. Dia tidak mengira jika suara itu merupakan runtuhan ruang tempat belajarnya yang ambruk.
“Saya kaget, pas dilihat ternyata suara gemuruh tersebut adalah bangunan sekolah yang ambruk. Kebetulan rumah saya dekat dengan sekolah,” kata Fatwa, Senin (2/2).
Sebelum peristiwa memilukan itu terjadi, Fatwa mengaku selalu memperhatikan kondisi ruang kelas tempat belajarnya tersebut. Kondisinya berbeda dari biasanya, selain bangunan atap yang agak miring juga kerap ada suara seperti genteng yang hendak jatuh. “Tapi saya tidak pernah menduga kalau tiga ruang kelas itu akan ambruk,” tambahnya.
Siswa lainnya kelas XII Mulyani (17) menambahkan, akibat musibah tersebut sekitar 93 siswa kelas XII yang ruang kelasnya ambruk terpaksa harus belajar sore hari karena harus bergantian dan menunggu siswa kelas lain keluar. Total siswa kekolah itu sebanyak 1.386 dengan 36 ruangan kelas atau rombel (rombongan belajar).
“Terus terang kami merasa terganggu, belajar juga jadi kurang semangat kalau siang sampai sore hari,” keluh Mulyani.
Kepala SMKN 2 Rangkasbitung Mukmin, menyebut pembangunan tiga ruang kelas SMKN 2 Rangkasbitung dilaksanakan oleh CV Gilang Kencana. Tiga ruang kelas tersebut bangunannya selesai pada akhir Desember 2014 lalu. Awal Januari 2015 ketiga ruang kelas mulai digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM).
“Lama pembangunannya saya tidak tahu, saya tidak memperhatikannya. Dana pembangunannya berasal dari APBD Lebak TA 2014, nominal anggarannya juga saya kurang tahu,” papar Mukmin.
Pihak sekolah menyerahkan persoalan tersebut ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Lebak, dan pihak rekanan selaku pelaksana. “Kami hanya menerima kunci (menggunakan ruang kelas,red),” pungkasnya.
Informasi yang didapat, anggaran untuk pembangunan tiga ruang kelas itu mencapai Rp 400 juta lebih. Saat ini, pihak kepolisian setempat mulai melakukan penyelidikan.(ahmadi/mardiana/jarkasih/satelitnews)