Pingkan Irwin dan Abdul Qowi Bastian, Pencetus Gerakan Ayo Vote
GANDENG STAND UP COMEDIAN, UJI WAWASAN LEWAT VIDEO BLOG
DI tengah apatisme anak muda terhadap politik, inisiatif dua anak muda ini patut diacungi jempol. Mereka mengajak generasi muda melek politik agar tidak salah dalam menentukan pilihan.
NAUFAL WIDI A.R., Jakarta
PEMANDANGAN berbeda tersaji di Mal fX Sudirman, Jakarta, akhir pekan lalu (25/1). Atribut partai politik peserta pemilihan umum 2014 menghiasi stan-stan di lantai dasar mal yang biasa dijadikan tempat hangout anak muda itu. Ada tujuh booth dengan alat peraga partai masing-masing sebagai penanda.
Sebuah kegiatan yang diberi tajuk Kampung Politik hari itu tengah berlangsung. Di booth pengunjung bisa berinteraksi dengan perwakilan parpol. Pengunjung juga bisa menanyakan ini dan itu terkait keberadaan partainya.
Tidak jauh dari stan parpol terdapat mini-stage dengan tinggi sekitar 50 sentimeter. Di panggung kecil itu dilangsungkan diskusi. Hadir para calon anggota legislatif (caleg) dengan usia relatif muda. Suasana diskusi pun lumayan gayeng.
Bukan tanpa alasan jika Kampung Politik diadakan di fX Sudirman yang didatangi banyak anak muda. Begitu juga narasumber yang terlibat dalam diskusi yang semuanya para caleg muda. Itulah aktivitas yang diinisiasi Ayo Vote bekerja sama dengan Gerakan Parlemen Muda yang menyasar pengunjung anak-anak muda.
Adalah Pingkan Irwin dan Abdul Qowi Bastian, dua anak muda yang menjadi aktor di balik gerakan Ayo Vote. “Anak muda memang punya problem dengan persepsi terhadap politik. Karena itu, pendekatannya nggak bisa konvensional. Hanya dengan artikel, misalnya,” ujar Pingkan yang ditemui Jawa Pos kantornya.
Menurut Pingkan, Ayo Vote dilatarbelakangi banyaknya anak muda yang bersikap tak acuh terhadap sistem perpolitikan tanah air. Pengalaman pribadinya saat kali pertama mencoblos pada Pemilu 2004 juga ikut memberi andil.
“Saya kan nggak ada background politik. Dulu sebagai pemilih pemula tahu bagaimana rasanya bingung menentukan pilihan. Apalagi, jumlah partainya saat itu banyak,” tutur perempuan 29 tahun itu.
Nah, agar pengalaman kurang baik itu tidak terulang pada para pemilih pemula dalam Pemilu 2014, Pingkan bersama Abdul Qowi Bastian menggagas gerakan Ayo Vote. Mereka ingin mengajak anak-anak untuk peduli pada politik tanah air. Ini terutama dalam Pemilu 2014 yang akan menentukan para wakil rakyat ke depan.
“Jangan sampai anak-anak muda sekarang masih bingung menentukan pilihan,” kata Pingkan.
Ayo Vote memulai gerakan dengan menawarkan one-stop portal untuk menyosialisasikan proses pemilu, edukasi publik tentang parpol, caleg, dan kandidat capres-cawapres.
“Kenapa portal, karena media literasi anak muda sekarang untuk internet sangat tinggi. Mereka bangun tidur saja langsung akses internet dengan handphone,” imbuh Qowi.
Dari portal berkembang ke social networking yang mereka miliki. Misalnya, Facebook, Twitter, dan Youtube. Website Ayo Vote juga menampilkan berita seperti news portal pada umumnya, plus info grafis untuk memudahkan pemahaman. Qowi mencontohkan profil lembaga DPR dan DPD.
“Kami buat semua media itu lebih menarik dan mudah dicerna walaupun sebenarnya sudah ada di pelajaran IPS,” ujar Qowi lantas tersenyum.
Ayo Vote juga memiliki blog video yang membicarakan isu hangat di media dan melihatnya dari perspektif anak muda. Ada pula ciri Ayo Vote lewat program Are you smarter than Pingkan” yang mengadopsi sebuah program TV di Amerika Serikat, Are you smarter than a 5th grader” Di situs itu wawasan anak-anak muda diuji dan dibandingkan dengan Pingkan.
“Makanya, mau tidak mau Pingkan harus belajar,” ujar Qowi disambut tawa Pingkan yang duduk di sampingnya.
Pemuda 26 tahun itu mengakui, metode menjadi bagian penting agar pesan bisa sampai ke memori anak muda. Karena itu, selain lewat media sosial, Ayo Vote menggandeng beberapa ambasador (duta) dari figur yang dekat dengan anak muda, seperti Stand Up Comedian. Pesepak bola Bambang Pamungkas dan artis Igor Saykoji juga contoh figur publik yang menjadi dutanya.
Pingkan menceritakan, idenya bersama Qowi membuat gerakan Ayo Vote muncul saat pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 2012. Ketika itu mereka melihat potensi besar anak muda yang kurang optimal dimanfaatkan. Masih ada kesenjangan edukasi politik di kalangan anak muda Indonesia. Itulah sebabnya, Pingkan tergerak untuk menjembatani kesenjangan tersebut.
Dia juga terinspirasi gerakan Rock the Vote di Amerika. Kebetulan Pingkan sempat tinggal enam tahun di Negeri Paman Sam.
“Di sana juga menggunakan ambasador selebriti untuk mengajak anak muda ikut pemilu. Approach-nya, kalau ikut pemilu, lu keren,” kata Pingkan yang memiliki basis pendidikan Bachelor of Science di Business Administration dengan minor di Communication and the Entertainment dan master di Communication Management, University of Southern California, Amerika.
Kampanye di Amerika, lanjut dia, memang berbeda dengan di Indonesia. Kehidupan demokrasi di sana jauh lebih terbangun. Permasalahan yang dihadapi pun berbeda. Dengan 12 parpol peserta Pemilu 2014, Pingkan-Qowi punya tantangan untuk membedakan satu sama lain.
“Saya menilai ada konsep bagus (dari AS) yang bisa dibawa ke sini. Tentu harus disesuaikan dengan kultur di sini,” ujarnya. Ayo Vote mulai bergerak sekitar Juli 2013.
Pingkan dan Qowi bersepakat bahwa kendala yang dihadapi Ayo Vote terutama terkait minimnya tenaga sukarelawan yang mau terlibat. Tim inti Ayo Vote hanya beranggota empat orang, termasuk Pingkan dan Qowi. Dua lainnya adalah Pangeran Siahaan dan Disna Harvens.
Namun, berdasar social network yang mereka miliki, banyak yang tertarik menjadi sukarelawan. Misalnya, memasukkan data tentang caleg atau membantu saat Ayo Vote menggelar diskusi.
Mereka juga terkendala dana yang terbatas. Sebagai gerakan independen dan nonpartisan, Ayo Vote bergantung pada peran sponsor untuk menggelar kegiatannya. Misalnya, Dia-lo-gue Indonesia 2014 pada 15 Januari lalu. Mereka menggandeng Universitas Pelita Harapan guna menyukseskan kegiatan itu.
Pilihan Pingkan dan Qowi dengan gerakan Ayo Vote memang langkah tidak populer. Bahkan, tidak jarang ada pandangan minor tentang gerakan mereka. Tapi, semua itu tidak menyurutkan semangat anak-anak muda.
“Sejauh ini lumayan berhasil. Setelah datang ke acara kami, mereka lalu bilang, ooo ternyata seru juga ya,” kata perempuan yang pernah menjadi country representative untuk Warner Bros Pictures itu.
Respons parpol juga beragam. Ada partai yang welcome saat disodori undangan untuk menjadi narasumber. Tapi, ada juga yang terkesan berhati-hati untuk terlibat. Padahal, pemilih pemula berpotensi besar untuk memberikan suara. Mereka mengaku banyak urusan internal partai yang lebih penting untuk dibereskan.
Pingkan yang sehari-hari menjadi head of social media di sebuah perusahaan media itu mengungkapkan, resistensi juga kadang datang dari pergurun tinggi karena pihaknya meng-organize acara yang membicarakan politik praktis. Sampai-sampai Pingkan dan Qowi pernah dibuat deg-degan karena kegiatan yang sudah disiapkan rapi hampir dibatalkan pihak kampus yang mereka tempati untuk berkampanye.
Penyebabnya, dekan di kampus itu menyatakan bahwa tidak boleh ada kegiatan politik praktis. Padahal, kala itu panitia tidak mengundang parpol sebagai peserta.
“Setelah kami jelaskan bahwa acara ini bukan kampanye politik praktis, melainkan edukasi politik untuk pemilih muda, pihak kampus akhirnya memberikan izin,” kata Qowi yang menyelesaikan pendidikan Bachelor of Business Management dan Master of Arts in Communications and Media Studies di Monash University, Melbourne, Australia.
Soal politik itu pula yang menyebabkan Ayo Vote sulit mendapatkan sponsor. Padahal, gerakan itu fokus pada kampanye mengajak anak muda untuk terlibat dalam pemilu.
“Kami berusaha senetral mungkin, tidak memihak salah satu parpol. Tapi, ya itu, kami tetap sering mendapati resistensi dari kampus atau sponsor,” timpal Pingkan.
Ayo Vote berencana mengadakan kegiatan pasca-pemilu nanti. Mereka akan ikut mengawasi para wakil rakyat yang terpilih. “Apakah mereka kerjanya sesuai dengan saat kampanye” Hal ini sedang kami bahas untuk mengadakan web khusus yang bisa mengukur janji-janji kampanye caleg dan pemenuhan janjinya setelah menjadi anggota dewan,” tandas dia. (*/c2/ari/jpnn)