Hibar SG, Siswa SMP Pembuat Sepatu Anti Kekerasan Seksual
Masih berusia 14 tahun, Hibar Syahrul Gafur (14), berhasil membuat sepatu anti kekerasan seksual beraliran listrik 450 watt. Siswa SMPN 1 Bogor, Jawa Barat ini pun dihadi ahi medali emas Olimpiade Fisiki Asia (APho) di Malaysia atas karyanya itu.
PRAMITATRISTIAWATI, Tangerang
WAJAH lelah siswa yang masih duduk di bangku kelas VIIIitu, nampak terlihat saat seluruh keluarga dan tim LIPI menjemputnya di pintu kedatangan Internasional Terminal 2E, Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Minggu (12/5).
Namun saat wartawan menghampiri untuk menanyakan karya yang dihadiahi medali emas internasional itu, wajah lelah Hibar langsung berganti sumringah, bangga mempresentasikan karyanya.
“Tinggal tekan tombol on yang ada di samping belakang sepatu, kemudian tendang ke arah si pelaku kekerasan seksual. Secara otomatis tegangan listrik akan langsung nyerang pelaku,” jelas Hibar, saat ditemui Satelit News kemarin.
Hibar membuka sepatu wanita yang menjadi prototype atau alat peraga selama kompetisi di sana. Untuk membuktikan kalau sepatunya memang mengeluarkan arus listrik tinggi, Hibar mengambil sebuah pisau dan menggesekkannya ke ujung sepatu wanita yang didesainnya.
Percikan api pun keluar, tidak hanya sekali, berkali-kali tiap pisau tersebut digesekkan ke sepatu yang sudah ditempel arus ristrik buatannya. “Jadi tinggal tendang saja, langsung KO deh,” katanya polos.
Saat ditanya, darimana inspirasi anak pertama dari dua bersaudara ini menciptakan karya cemerlangnya, Hibar hanya menjawab dari televisi. “Hobi saya itu nonton tivi, bakal bisa berlama-lama kalau nonton, apalagi kalau pemberitaan. Nah beberapa waktu lalu pemberitaan yang aku tonton isinya pelecehan dan kekerasan seksual terhadap wanita, serem banget,” katanya yang sesekali disisipi bahasa Inggris yang fasih.
Dari sanalah, Hibar terpikir untuk membuat sesuatu yang bermanfaat untuk melindungi kaum wanita. Sebelum mengikuti kompetisi tingkat nasional dan internasional, terlebih dulu Hibar melakukan uji coba. “Saya setrum ayam peliharaan di rumah, guru saya pun ikutan uji coba,” katanya.
Dengan karyanya itu, Hibar berhasil melenggang dan mendapatkan medali emas pertamanya di ajang internasional.
Tidak hanya Hibar yang berhasil membawa pulang medali emas dalam ajang yang diikuti ratusan peserta dari 10 negara maju itu. Dikatakan Nur Tri Aries Suestiningtyas, selaku Kabag Humas LIPI, setidaknya ada empat anak Indonesia lainnya yang membawa pulang medali. “Kami kirimkan lima anak bangsa, semuanya bawa pulang medali,” kata Nur.
Selain Hibar, ada dua anak bangsa lainnya yang berhasil mendapat medali emas, mereka adalah Wismu dari SMA Taruna Nusantara Magelang dengan karyanya Detektor Telor Busuk. Serta secara tim, Nurina Zahra Rahmati, bersama Tri Ayu, dan Elizabeth Widya dari SMAN 6 Yog-yakarta, berhasil melahirkan karya penyaring sampah.
Sedangkan untuk dua remaja lain yang memenangkan medali perak, lanjut Nur, mereka adalah Devija Asmi Pandangi dari SMAN 6 Yogyakarta, yang melahirkan karya Bra Penampung Asi. Dan Safira Dwi Tyas Putri dari Sampoerna Academy Kampus Bogor, yang menciptakan karya Canting Batik Otomatis. (deddy)