33.500 Orang Warga Banten Buta Aksara

BANTEN, SNOL Dari sekitar 11,8 juta jiwa warga Banten, 33.500 orang di antaranya hingga saat ini masih buta aksara. Jumlah tersebut menyebar di delapan kabupaten/kota, terutama paling banyak berada di daerah pedesaan terpencil dan daerah pesisir.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Banten Engkos Kosasih Samnhudi saat memberikan kata sambutan dalam acara Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) Ke51 Pencanangan Provinsi Inkulasi dan Pencanangan Fasilitasi Pembentukan 200 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di 200 Desa se-Provinsi Banten dengan tema “Penguatan Literasi Vokasi Dalam Membangun Ekonomi Berkelanjutan” di halaman Masjid Raya AlBantani, KP3B, Curug, Kota Serang, Rabu (28/9).

Hadir dalam kesempatan tersebut Kasubid Program dan Evaluasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI Pahala Simanjuntak, Gubernur Rano Karno, Sekretaris Daerah (Sekda) Ranta Soeharta, para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemprov Banten dan ratusan warga keaksaraan fungsional se-Provinsi Banten.

Dikatakan Engkos, jumlah warga penderita buta aksara di Banten tiap tahunnya mengalami penurunan. Itu karena program yang dicanangkan Dindik Banten yakni program penuntasan buta huruf yang dilakukan seluruh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terus digalakkan.

“Bayangkan tahun 2010, warga Banten ada seban-yak 218.000 orang yang buta huruf, tahun 2015 lalau sebanyak 51.000 orang, dan tahun ini tinggal 33.500 orang lagi yang buta huruf,” papar Engkos.

Dari jumlah penderita buta huruf saat ini, kata Engkos, mayoritas berusia antara 40 hingga 75 tahun. Faktor penyebab mereka masih buta huruf karena mereka dulu tidak mengenyam pendidikan dasar.

“Selain itu, adanya budaya patriarki (mengenyampingkan perempuan,red) di beberapa masayarakat tertentu, sehingga orangtua tidak menyekolahkan anak perempuannya ketimbang anak laki-laki. Saat ini memang sebagian besar warga yang buta huruf adalah kaum wanita,” papar Engkos.

Saat disinggung upaya yang dilakukan oleh Pemprov melalui Dindik Banten untuk menanggulangi warga yang masih buta huruf tersebut, Engkos mengaku, Pemprov mencanangkan Gerakan Banten Membaca dengan mendirikan satu taman bacaan masyarakat (TBM) di setiap desa. Kata Engkos, hingga saat ini baru 200 desa yang sudah terbentuk TBM dari 1058 desa/kelurahan di Banten.

“Sisanya mudah-mudahan dua tahun ke depan bisa kita tuntaskan,” papar Engkos. Hingga pertengahan tahun 2017 mendatang pihaknya menargetkan 17.500 orang warga buta huruf bisa dituntaskan.

Gubernur Banten Rano Karno tak menampik warga yang buta huruf tersebut mayoritas status perekonomiannya menengah ke bawah. Mereka umumnya menjadi buruh tani atau buruh kasar. Oleh karena itu, Pemprov ke depan selain mengubah mereka agar bisa baca, mereka juga akan dilatih kewirausahaan.

“Kita ingin warga belajar yang baru saja melek aksara, bisa jualan pecel, bisa membuat ikan asin jambal, buka usaha warung di rumahnya dan lain-lain. Nanti modalnya Insya Allah akan kita berikan,” ujar Rano, tanpa menyebut nominal modal yang dimaksud.

Kasubid Program dan Evaluasi Kemendikbud RI Pahala Simanjuntak menyatakan, Provinsi Banten menempati urutan kesembilan dari 34 provinsi di Indonesia yang warganya masih ada yang buta huruf setelah Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Sultra, Malut, Jambi dan Sultra. Oleh karena itu, persoalan ini harus segera dituntaskan.

“Kita juga tentu akan pikirkan program untuk penuntasan buta aksara ini. Apalagi melek aksara merupakan investasi masyarakat menuju ke arah yang lebih baik,” papar Pahala. Pahala mengaku, di Indonesia hingga saat ini masih ada sekitar 5 persen dari 120 juta penduduk Indonesia yang masih buta huruf. Ia optimis persoalan itu bisa dituntaskan maksimal hingga tahun 2019 mendatang. (ahmadi/made/satelitnews)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.