Wah, Lurah Tangsel Banyak yang Gaptek…
SERPONG, SNOL Tak semua lurah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) melek teknologi. Dari total 54 lurah 6 diantaranya ternyata gagap teknologi alias gaptek. Akibatnya, mereka tidak menerapkan aplikasi Sistem Informasi Surat Masuk Keluar (sisumaker) secara eletronik yang sudah diterapkan Pemkot selama satu bulan terakhir.
Data tersebut didapat dari hasil evaluasi pelaksanaan sisumaker yang diselenggaran Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Tangsel yang dipimpin langsung Walikota Airin Rachmi Diany dan Wakil Walikota Benyamin Davnie di salah satu rumah makan di kawasan Serpong, Rabu (6/4).
“Dari 54 Lurah di Tangsel, 10 persen diantaranya belum bisa menggunakan sisumaker. Salah satu alasannya karena gaptek, dan belum memiliki handphone yang aplikasinya bisa digunakan untuk sistem tersebut,” ungkap Kepala Dishubkominfo Sukanta.
Mantan Kepala Satpol PP Tangsel ini menjelaskan, masih adanya lurah yang belum bisa menjalankan sistem surat menyurat elektronik menjadi tanggung jawab Dishubkominfo untuk terus melakukan bimbingan teknis kepada mereka. “Kami sebelumnya sudah lakukan Bimtek, tetapi sampai saat ini masih ada kekurangan, terutama di aparatur tingkat kelurahan,” keluhnya.
Wakil Walikota Benyamin Davnie meminta tidak ada alasan ketidakbisaan para lurah dalam menjalankan sistem ini karena tidak memiliki hape. “Kalau gak punya hape, bilang ke saya. Apa perlu saya yang belikan?,” tantang Bang Ben sapaan akrab Bang Ben di depan peserta rapat koordinasi yang pesertanya merupakan Kepala SKPD, Camat, Lurah seTangsel ini.
Walikota Airin Rachmi Diany mengatakan, pihaknya melakukan monitoring dan evaluasi untuk melihat sejauh mana sisumaker diterapkan serta permasalahan yang dihadapi sekaligus mencari solusi.
“Saya selalu menanyakan kepada kepala SKPD tentang implementasinya. Dari evaluasi sekilas ada beberapa SKPD yang sudah jalan dan ada yang belum. Bagi yang sudah, saya sampaikan apresiasi, bagi yang belum, saya minta dengan segera untuk dilakukan tindak lanjutnya,” kata Airin.
Airin menegaskan, jika ingin maju, mau tidak mau harus berhadapan dengan teknologi. “Kita tidak boleh alergi, malas, merasa gaptek, sudah merasa terlalu tua terhadap teknologi. Mereka yang tidak mau bersentuhan dengan teknologi, sudah harus siap mengalah kepada yang mau belajar dan mau menguasai,” tegasnya.
Dengan teknologi, menurut Airin, bisa menghemat waktu, biaya, sumber daya dan bahkan bisa menghemat personil karena teknologi bisa menggantikan peran pegawai.
“Saya meminta sisumaker yang sudah diperkenalkan ini digunakan dan dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya. Dengan sisumaker kita tidak akan lagi mendengar cerita saya belum menerima suratnya, saya masih di luar kota sehingga belum bisa menindaklanjuti pekerjaan. Dengan kata lain, seharusnya dengan sisumaker, birokrasi di Tangsel akan lebih efisien efektif, cepat dan responsif,” jelasnya.
Menurut Airin, penyakit utama dari birokrasi adalah ramai di awal. Artinya dalam beberapa waktu setelah launching, seluruh aparat masih menggunakan apa yang baru dilaunching tersebut. Namun seiring berjalan waktu, birokrat Tangsel mulai meninggalkan apa yang telah diusahakan dengan susah payah ini. “Saya meminta ini tidak akan terjadi lagi,” ketus Airin. (catur/dm)