70 Persen Terumbu Karang Pantai TNUK Rusak
PANDEGLANG,SNOL– Area tutupan terumbu karang di pantai kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Pulau Umang dan sekitarnya, terus mengalami penyusutan. Keadaan saat ini, dari luas perairan TNUK sekitar 44.337 hektar, sekitar 70 persennya dalam kondisi rusak.Costal Ecoturism WWF Ujung Kulon, Andre Crespo mengatakan, kondisi ideal tutupan terumbu karang di perairan TNUK adalah sekitar 40 sampai 70 persen. Akan tetapi, kondisi saat ini tutupan terumbu karang itu rusak, presentase kerusakanya sekitar 70 persen dan sekarang tutupanya hanya ada sekitar 20 persen saja. “Hal itu diketahui setelah kita melakukan monitoring coral trees sampai Pulau Badul dan Pulau Umang,” kata Andre, Kamis (12/11).
Andre menambahkan, kerusakan tutupan terumbu karang disebabkan adanya pengambilan biota laut menggunakan bom, potassium dan jaring kencring. Hal itu terakhir terjadi tahun 2005 lalu, dan pelakunya nelayan dari luar seperti Lampung. Pihaknya terus melakukan upaya pencegahan dengan melakukan patrol.
“Jelas, rusaknya terumbu karang atas dasar ulah oknum manusia (nelayan,red), yang sengaja melakukan pengeboman ketika mengambil ikan,” tambahnya.
Besarnya kerusakan terumbu karang, membuat pihaknya saat ini terus melakukan rehabilitasi yang melibatkan masyarakat maupun wisatawan, melalui program eco tourism. Upaya rehabilitasi itu seperti penanaman terumbu karang di sekitar Pulau Badul, Pulau Umang dan perairan dangkal lainnya baik di dalam kawasan maupun luar kawasan TNUK.
“Terumbu karang yang ditanam melalui media tanam sub strat, di atas meja beton itu cukup luas. Dimana, dalam satu rak itu terisi 25 koloni terumbu karang jenis cemara dan jamur, sehingga saat ini ada sekitar 5.000 rak terumbu karang. Per 100 rak itu, luasnya 20 kali 15 meter,” ujarnya.
Pada tahun 2002 lalu juga dirintis pembentukan Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokwasmas) dari kalangan masyarakat yang berdomisil di kawasan penyangga TNUK. Selanjutnya, pada 2006 WWF masuk untuk melakukan pendampingan dengan Pokwasmas. “Sistem kerja Pokwasmas itu banyak, selain menjaga kelestarian dan juga bisa melaporkan aktivitas yang merusak lingkungan. Jika aktivitas itu terjadi di dalam TNUK maka dilaporkan ke Balai TNUK. Jika diluar, dilaporkan ke Dit Polair Polda Banten dan DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan, red) setempat,” pungkasnya.
Upaya pemulihan kembali terumbu karang sangat bermanfaat, baik dirasakan langsung oleh alam, masyarakat, dan upaya konservasi Badak Jawa (Rhinoceros Soindaicus). Dengan adanya terumbu karang secara otomatis akan menjadi rumah bagi berbagai macam spesies ikan.
Dengan banyaknya ikan juga akan berdampak pada hasil tangkap nelayan atau juga menjadi spot snorkling atau diving wisatawan. “Upaya ini juga harus didukung oleh semua pihak, terutama masyarakat yang tinggal disekitar kawasan. Mari kita tinggalkan praktek yang bisa merusak lingkungan,” harapnya.
Salah seorang warga Kampung Paniis Desa Taman Jaya Kecamatan Sumur, Doni membenarkan, terumbu karang di pantainya banyak yang rusak. Untuk itu, para pemuda di Paniis sudah melakukan kerjasama dengan WWF untuk melakukan perbaikan karang dengan cara menanam kembali.
“Sebetulnya, kami juga dari dulu sudah peduli kepada perbaikan karang yang rusak oleh para oknum nelayan, dan saat ini kami lebih di perkuat oleh kerjasama dengan WWF. Kami juga telah membentuk kelompok Paniis Lestari (Panles), yang bergerak di bidang peduli terhadap terumbu karang,” imbuhnya. (nipal/mardiana/jarkasih)