Kena Razia, PSK Menangis Ketakutan
BALARAJA,SNOL—Tiga wanita Pekerja Seks Komersil (PSK) menangis saat disatroni puluhan anggota Ormas Islam Relawan Pembrantas Maksiat (RPM) Kabupaten Tangerang di kawasan Sumur Bandung di Kecamatan Cisoka, Minggu (18/10) dini hari. Aksi ini dilakukan lantaran kegiatan prostitusi dinilai semakin marak dan merusak morla bangsa. Pantauan Satelit News, setelah melakukan doa bersama di Polsek Balaraja, puluhan anggota Ormas ini bergerak menuju tempat-tempat yang dianggap sebagai sarang prostitusi. Untuk sampai ke lokasi, para anggota RPM menggunakan kendaraan roda dua dan mobil bak terbuka. Tidak seperti seminggu sebelumnya, masa bergerak tanpa ada pengawalan dari petugas kepolisian.
Pada lokasi yang pertama yakni Kawasan Industri Oleg, massa yang dikomandoi Ustad Saiful Rizal tak menemukan sasaran. Kemudian massa melanjutkan perjalanan ke lokasi kedua, dengan menyisir pintu gerbang Balaraja hingga Desa Talaga. Namun, selama kurang lebih satu jam perjalan belum juga mendapatkan hasilnya, diduga informasi sweeping ini sudah bocor.
“Kami menduga sudah bocor informasinya, karena hari ini sepi tidak ada aktifitas dunia malamnya. Biasanya di sini selalu ramai orang-orang,” jelas Ketua Remaja Pemberantas Maksiat Kabupaten Tangerang Saiful Rizal kepada Satelit News.
Setelah itu, massa melanjutkan perjalanannya ke lokasi yang ketiga yakni kawasan Sumur Bandung di Kecamatan Cisoka. Di lokasi ini anggota Saiful Rizal melihat dua unit sepeda motor yang parkir di depan warung. Diduga warung tersebut adalah warung remang-remang (Warem). Pasalnya, warung tersebut terlihat sudah agak doyong dan tampak tak layak dijadikan sebagai warung.
Merasa curiga, massa memutuskan untuk memeriksanya. Benar saja, setelah diperiksa di dalam bangunan berukuran 4×6 ini terdapat tiga orang wanita dan satu orang pria. Diperkirakan ketiga wanita yang ada didalamnya adalah pekerja seks komersil yang kerap melayani pria hidung belang. Kedatangan anggota Ormas berbaju abu-abu ini membuat wanita yang ada di dalam Warem itu menangis, serta meminta untuk tidak dibawa ke panti rehabilitasi.
Dalam aksinya, puluhan anggota RPM hanya melakukan pembinaan kepada wanita pekerja seks komersil yang tertangkap sedang melakukan prostitusi. “Kami tidak memberikan hukum, hanya dilakukan pembinaan. Karena kami tidak memiliki kewenangan untuk menghukumnya. Kami hanya memberikan sebuah penyadaran bahwa perbuatan mereka itu salah,” kata Saiful.
Usai mendapatkan hasil, massa melanjutkan lagi perjalanannya. Di lokasi berikutnya, para remaja ini kembali menemukan tempat yang diduga dijadikan sebagai tempat maksiat. Sebab, di tempat tersebut terdapat beberapa orang wanita yang menemani para lelaki menenggak minuman keras (Miras). Namun sayangnya, tak satupun wanita penghibur yang tertangkap karena berhasil kabur usai melihat kedatangan rombongan RPM.
Menurut Saiful, maksiat yang dilakukan orang-orang tersebut karena minimnya pemahan agama yang didapatkan. Selain itu, aktifitas dunia malam di kawasan Sumur Bandung ini seperti fenomena gunung es. Ketika dilakukan penertiban oleh pemerintah aktifitas di kawasan tersebut menjadi sepi. Namun tak lama kegiatan maksiat di pinggir Jalan Raya Serang-Balaraja ini muncul lagi.
“Bahkan sekarang sudah sampai masuk dalam pemukiman warga. Ironisnya dari informasi yang didapat banyak anak perempuan di Sumur Bandung ini diduga sudah tidak perawan. Umumnya kegiatan maksiat di sini berkedok rumah makan dan counter handphone yang menyediakan fasilitas kamar dibelakangnya,” tukasnya.
Salah satu pengurus RPM Ustad Yusuf menambahkan, dalam hukum Islam pezinah bisa dikenakan rajam yakni ditimpuki batu oleh warga hingga tewas. Namun para pengikutnya hanya melakukan pembinaan sebagai hukuman yang diberikan. Rencananya kedepan Ormas RPM ini akan melakukan koordinasi dengan Pemkab Tangerang.
“Kami akan koordinasi kepada pemerintah daerah untuk melakukan pembongkaran bagi tempat-tempat maksiat. Supaya memberikan efek jera bagi pelaku dan juga penyedia jasa prostitusi,” pungkasnya. (mujeeb/aditya)