2.500 Hektar Lahan Perkebunan Beralih Fungsi

LEBAK,SNOL– Sekitar 2.500 hektar lahan perkebunan rakyat di wilayah Kecamatan Panggarangan, Cijaku dan Malingping Kabupaten Lebak, banyak yang dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit. Akibatnya, pasokan air di dua wilayah tersebut menjadi berkurang jika musim kemarau tiba.Aktivis pemerhati lingkungan Lebak bagian selatan dan tengah, Asep Sujatna mengungkapkan, di Malingping ada sekitar 1.300 hektar yang dialihfungsikan, di Cijaku ada sekitar 1.000 hektar. Sementara di Panggarangan ada sekitar 1.200 hektar. “Alih fungsi lahan tersebut, terjadi sejak sekitar tahun 2010 lalu,” kata Asep Sujatna, Kamis (1/10).

Alihfungsi lahan tersebut dilakukan oleh sejumlah pengusaha yang menanamkan investasinya di wilayah Kabupaten Lebak. “Disatu sisi menguntungkan warga, karena lahannya disewa dan Pemkab mendapat Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun disisi lain yang dilakukan pengusaha mengganggu ekosistem lingkungan, karena tanaman kelapa sawit tidak bisa menyuplai ketersediaan air, sehingga seminggu saja di wilayah Kecamatan Malingping dan Panggarangan tidak turun hujan, pasti di dua wilayah itu warganya kesulitan air bersih,” tambahnya.

Akibat pasokan air berkurang, jika memasuki musim kemarau tersebut ketersediaan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Malingping juga menjadi berkurang. “PDAM Malingping kan sumber airnya di Curug Kebo, Desa Cihujan, Kecamatan Cijaku,” tukas Asep.

Oleh karena itu, diharapkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Lebak mengupayakan penanaman pohon di tiga wilayah kecamatan itu untuk mengantisipasi dampak kekeringan pada masa yang akan datang. “Pemkab harus mencarikan solusi. Kalau tidak para investor yang merugikan masyarakat jangan diperpanjang izinnya,” ujar alumni Universitas Mathla’ul Anwar (Unma) Banten ini.

Sementara, Kepala Dishutbun Kabupaten Lebak Kosim Ansori menuturkan, program penanaman pohon telah digalakannya di 28 kecamatan seKabupaten Lebak. Namun dampaknya tidak bisa dirasakan secara langsung. “Butuh waktu tahunan. Bahkan puluhan tahun, apalagi tanaman keras memerlukan waktu yang cukup lama jika tumbuh sehingga bisa menyuplai air,” ungkap Kosim.

Untuk meminimalisir kesulitan air bersih saat ini, warga bisa menggunakan air seefisien mungkin. “Atau juga, warga bisa mengajukan melalui aparat desa setempat, bantuan pasokan air bersih ke PDAM Tirta Multatuli Lebak,” imbuhnya. (ahmadi/mardiana/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.