Air Asin dan Keruh pun Dikonsumsi

PANDEGLANG,SNOL– Setiap hari, sedikitnya 50 Kepala Keluarga (KK) di Kampung Sukajadi RT.05/02, Desa Pasirkadu Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Pandeglang, bulak-balik ke sungai Ciliman. Mereka terpaksa mengambil air di sana untuk kebutuhan sehari-hari. Warga sudah tak peduli walau air terasa asin, pahit dan berbau.

Hal itu sudah dilakukan warga sejak dua bulan lalu mengingat air sumur di tempat tinggalnya sudah kering akibat kemarau panjang. Seorang warga setempat, Enah (48) mengaku, sudah lelah dan capek harus bolak-balik ke sungai untuk mengambil dan mengangkut air di sungai Ciliman yang jarak dari rumahnya sekitar 500 meter. Dia mengambil air itu untuk kebutuhan memasak dan mandi. Sedangkan untuk kebutuhan mencuci pakaian, perabot rumah dan yang lainnya, lebih sering dikerjakannya langsung di sungai itu bersama warga lainnya.

“Ini airnya asin dan agak bau. Tapi kan nggak ada lagi sumber air. Sumur di rumah juga kering. Kadang-kadang suka beli air isi ulang, harganya Rp 4000 per galon. Kalau terlalu sering pakai air galon, repot juga,” keluh Enah, Senin (21/9).

Sejauh ini dia mengaku belum pernah ada bantuan air bersih dari instansi terkait atau pemerintah daerah. Padahal, warga sangat berharap ada bantuan air bersih untuk kebutuhan minum dan memasak. “Lama-lama bisa saja kami juga terjangkit penyakit,” tuturnya.

Pantauan di lokasi, belasan ibu rumah tangga sambil menggendong anak balitanya dan bapak-bapak, termasuk anak muda pergi bergerombol mengambil air ke sungai Ciliman. Secara bergantian, mereka mengambil air sesuai kebutuhannya.

Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pasirkadu, Wasdi menuturkan, kondisi tersebut sudah dikoordinasikan dengan aparat desa dan kecamatan, serta meminta bantuan air bersih ke Pemkab Pandeglang melalui desa. Hanya saja, sampai saat ini belum ada realisasinya. “Kalaupun sudah dimasak, air sungai Ciliman itu tetap asin dan berbau. Itu berbahaya untuk kesehatan warga,” ujar Wasdi.

Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Pandeglang Ade Mulyana, mengaku baru mengetahui kondisi warga kampung sekitar. Sejauh ini, ia belum mendapat laporan terkait situasi dan kondisi warga setempat. “InsyaAllah akan kami sampaikan aspirasi warga itu. Kalau lebih bagusnya lagi silahkan koordinasi dengan BPBD Pandeglang,” imbuhnya.

Selama krisis air bersih, warga Desa Idaman Kecamatan Patia juga banyak memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satunya di sungai Cimoyan. Meski keruh, bau dan dipenuhi sampah, serta tidak layak untuk digunakan mandi, mencuci dan aktivitas lainnya, namun warga tetap menggunakannya karena tidak ada sumber air lain yang bisa digunakan warga di desa itu. Aliran sungai Cimoyan tersebut mengaliri sekitar 4 kecamatan, antara lain Picung, Munjul, Angsana, dan Patia. (mardiana/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.