Saat Relawan dari Sembilan Negara Bangun Jembatan Gantung di Pandeglang

SELAMA puluhan tahun warga di empat desa yakni; Desa Mekarjaya Kecamatan Panimbang, Desa Sukaresmi, Turus, dan Pasir Kadu, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Pandeglang terisolasi akibat ketiadaan jembatan penyeberangan untuk melintasi Sungai Ciliman.

Mereka kini bisa tersenyum lebar. Sebuah jembatan gantung berdiri tepat di atas sungai. Jembatan sepanjang 80 meter itu, kini bisa dilintasi dan menjadi akses strategis bagi warga untuk kelancaran aktivitasnya.

Dana yang digunakan untuk pembangunan jembatan itu, bukan bersumber dari pemerintah melainkan dibangun oleh sekitar 25 relawan yang berasal dari sembilan negara yakni, India, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Australia, Jerman, Perancis, Hong Kong dan tentu saja Indonesia.

Jembatan itu diberi nama “Jembatan Harapan”. Keberadaan jembatan itu diharapkan dapat mempercepat peningkatan perekonomian masyarakat sekitar.

Apa yang dilakukan para relawan dari sembilan negara itu, secara tidak langsung menjadi cambukan bagi Pemkab Pandeglang, agar lebih peduli dengan kondisi masyarakatnya.

Bahkan, ketika meresmikan jembatan dan gedung PAUD, sama sekali pejabat atau unsur dari Pemkab Pandeglang tak ada yang hadir.

Chief Information Officer (CIO) Kampung Relawan, Arif Kirdiat mengatakan, jembatan harapan dan gedung PAUD yang dibangunnya itu, hasil swadaya relawan dari sembilan negara yang tergabung dalam perusahaan British Maritime Technology (BMT) Group Ltd.

Pembangunan jembatan itu diberi tema Bridge of Hope, Connecting People, Save Lives. “Alhamdulillah, mimpi masyarakat Panimbang dan Sukaresmi yang menginginkan ada jembatan dan PAUD, telah kami selesaikan dalam waktu satu minggu. Ini semua terwujud berkat kerjasama para relawan dari luar negeri, beserta seluruh masyarakat yang sudah mendukung terbangunnya jembatan ini,” kata Arif, Kamis (4/8). Dia enggan menyebutkan jumlah anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan jembatan tersebut.

Chief Executive BMT Group Ltd, Peter French mengatakan, bantuan yang disalurkannya itu bentuk dari kepeduliannya kepada daerah tertinggal di Indonesia. Sebagai kontribusi dari hasil pertumbuhan perusahaan BMT Grup, yang cukup baik di Indonesia. Karena perusahaannya itu fokus dalam bidang pelabuhan, perkapalan, ilmu kemaritiman, dan teknik.

“Kami juga perlu melakukan pembangunan sebagai kontribusi kami kepada Indonesia seperti, meringankan beban masyarakat di daerah pelosok, dengan cara membangunkan jembatan gantung, dan gedung PAUD untuk memfasilitasi anak belajar,” ujar Peter.

Kepala Desa (Kades) Mekarjaya Kecamatan Panimbang, Bahaudi Taftazani mengatakan, sudah puluhan tahun masyarakatnya mendambakan adanya akses untuk menyeberang. Karena selama ini, warga yang mem-bawa hasil panen atau aktivitas lainnya, hanya mengandalkan rakit (perahu anyaman bambu) saja.

“Kami sudah ratusan kali mengusulkan ke Pemkab Pandeglang. Namun, tak kunjung direalisasikan,” imbuhnya.

Ketua Komisi IV DPRD Pandeglang yang turut menghadiri acara peresmian itu, E. Mahfud membenarkan adanya usulan dari masyarakat, melalui desa dan kecamatan.

Karena keterbatasan anggaran untuk pembangunan, makanya tak pernah terealisasi. “Kami sangat bersyukur sekali ada relawan yang mau memban-gun jembatan di desa ini. Karena, kalau mengandalkan APBD sangat sulit terealisasi,” katanya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.