Ditipu, 112 Buruh Asal Subang Terlantar di Banten
SERANG,SNOL—Sebanyak 112 buruh kontrak merasa ditipu oleh PT Waskita yang telah mengakuisisi perusahaan asal mereka, yaitu PT Precast Concrete Indonesia (PCI). Hal ini diperparah dengan perilaku Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) dan PT PCI yang memberi janji akan menempatkan mereka ke perusahaan lain, tapi nyatanya mereka disuruh pergi ke wilayah Bojonegara Kabupaten Serang, tepatnya ke sebuah perusahaan yang masih dalam tahap pembangunan dan belum siap beroperasi.“Datang kesini (Bojonegara), perusahaan sedang proses konstruksi. Itu pun bukan PT PCI tapi PT Haka Aston yang dibangun oleh PT Inasa. Kami sampai ke Bojonegara pada hari Rabu (09/9) jam 12.00 Wib malam,” kata salah satu buruh asal Subang, Deden Maulana (26), Selasa (15/9).
Deden yang merupakan warga Desa Wantilan Kecamatan Cipeundy Kabupaten Subang, Jawa Barat itu bercerita bahwa dia bersama buruh lainnya di Bojonegara ditempatkan di sebuah kontrakan yang tak manusiawi. Dimana, 70 orang karyawan ditempatkan di kontrkakan bedeng 13 pintu, sisanya ditempatkan di rumah kontrakan dengan tiga kamar.
“Kita tidak diberikan makan, air susah, tempat buang pun tidak bisa. Dan pabriknya sendiri masih dalam konstruksi. Perjanjiannya sudah produksi dan mes lengkap. Ada dua karyawan perempuan, disini semua disatukan dengan fasilitas yang sangat minim. Kami bahkan sempat bertengkar gara-gara berebut nasi,” tegasnya.
Merekapun akhirnya berangkat ke Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten di KP3B) Curug Kota Serang untuk mengadukan nasibnya ke Disnaker Provinsi Banten, dengan harapan Disnaker bisa memberikan solusi akan nasib para buruh yang terkatung-katung tersebut.
“Menurut keterangan karyawan dan saya pun sudah menyaksikannya, disana (kontrakan) mereka mengalami kesulitan. Mereka tidak diberikan makan, bahkan sebungkus nasi pun harus dimakan oleh lima orang. Mereka juga kesulitan air,” kata Ketua Koordinator Wilayah Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Banten, Nurhalim.
Pihaknya bersama para buruh mengaku sudah berkoordinasi dengan Disnaker Subang untuk segera menyelesaikan nasib ratusan buruh yang sudah terkatung-katung di Banten selama satu minggu tersebut, namun tak pernah mendapatkan respon. “Saya berharap Pemprov Banten bisa menjembatani karyawan dengan pemerintah Subang. Mereka (buruh) minimal bisa pulang,” tegasnya.
Pantauan wartawan, para buruh yang kelelahan ‘merebahkan’ dirinya di Masjid Al-Bantani yang berada di kawasan KP3B. Bahkan mereka sempat ikut shalat dhuhur berjamaah di masjid.
Ketua DKM masjid yang juga pegawai Kesra Banten sempat mengumumkan pada jamaah masjid bahwa ada saudara yang terlantar. “Disini kita kedatangan saudara-saudara dari Subang yang terlantar di Banten. Mari kita bantu saudara kita,” kata Joni, Anggota DKM Masjid.
Suasana terlihat haru. Bahkan beberapa buruh terisak saat jamaah mengumpulkan sumbangan bagi para buruh. “Alhamdulillah, uang terkumpul Rp2.550.000, kita langsung berikan pada mereka,” ungkap Joni.
Setelah terkatung-katung di Provinsi Banten sejak Rabu (09/9), sebanyak 112 buruh asal Kabupaten Subang itu akhirnya dipulangkan oleh Pemprov Banten menggunakan dua bus yang disewa. “Antar mereka sampai Subang. Tidak perlu sampe depan rumah, cukup desanya saja,” kata Gubernur Banten Rano Karno, saat berbicara dengan salah satu supir bus di KP3B Kota Serang.
Ke 112 buruh tersebut terlantar di daerah Bojonegara Kabupaten Serang karena diberi janji akan dipekerjakan di perusahaan yang lebih layak. Namun nyatanya, mereka tak menemukan perusahaan yang dituju sehingga pada Senin 14 Agustus 2015 mereka berjalan kaki selama 16 jam dari Kecamatan Bojonegara Kabupaten Serang, menuju Masjid Al-Bantani KP3B Kota Serang, untuk mengadu ke Pemprov Banten terkait nasib mereka yang tak jelas dan kehabisan biaya hidup.
“Kok bisa begini? Memangnya tidak ada koordinasi dengan Disnaker di sana (Kabupaten Subang,Red)?” tanya Rano ke sejumlah buruh.
Buruh pun mencurahkan kesedihan dan kegelisahan mereka kepada Bang Doel. Setelah mendengar curahan hati para buruh yang kerap berdemonstrasi setiap tanggal 1 Mei atau Mayday, Rano pun meminta agar perusahaan di Banten tak ada yang memperlakukan pekerjanya seperti buruh Subang yang sudah terlantar di Banten selama satu pekan lamanya. “Saya prihatin dengan kejadian ini. Kok bisa hal seperti ini terjadi,” tegasnya.
Akibat berjalan kaki selama 16 jam, sebanyak 41 buruh mendapatkan perawatan dari tim medis Disnaker Provinsi Banten. Bahkan, di antaranya mengalami luka di kaki hingga bernanah, pusing, mual hingga kelelahan. “Ada dua buruh yang harus mendapatkan perawatan serius karena mengalami luka jahitan. Luka tersebut bernanah akibat dibawa berjalan terlalu lama dan jauh. Luka jahitannya bukan karena berjalan kaki, tapi sebelum ke Banten mereka kecelakaan. Akibat berjalan kaki lukanya semakin parah,” kata salah satu tenaga medis Disnaker Banten, Iis.
Kepala Disnakertrans Provinsi Banten, Hudaya Latuconsina menegaskan bahwa masalah ini bisa diperkarakan. “Ini penipuan, karena perusahaan tidak memberikan kompensasi pada buruh, padahal perusahaan sudah tidak ada. Harusnya Pemerintah Subang melalui Disnaker memberikan formulasi kerja antar daerah. Intinya koordinasi antar daerah. Ini kan tidak ada, tapi malah ada ekspansi buruh, kasihan ini,” tegasnya. (metty/mardiana/jarkasih)