Stok Obat di RSUD Langka

LEBAK,SNOL– Pelayanan di RSUD dr Adjidarmo Rangkasbitung, dikeluhkan. Sejumlah pasien dan keluarganya, mengaku kecewa terhadap manajemen rumah sakit plat merah itu. Mereka sering kesulitan mendapatkan obat. Akibatnya, keluarga pasien terpaksa harus mengeluarkan uang lebih banyak karena harus membeli atau menebus obat ke apotik luar.Seorang keluarga pasien, Lukmanul Hakim mengatakan, beberapa waktu lalu keluarganya dirawat di RSUD itu akibat menderita penyakit dalam. Dengan dalih tidak ada ada obat di RSUD itu, dia diarahkan harus mencarinya ke Serang. Malah ada beberapa obat yang harus dibeli sampai ke Jakarta.

Meski merupakan tanggung jawab keluarga pasien, namun ‪Ketua Koordinator Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) ini mengaku sangat prihatin atas kinerja pengelola dan pemangku kebijakan di RSUD dr Adjidarmo. Mengingat, tahun 2015 ini Pemkab telah menganggarkan biaya sekitar Rp 41 miliar untuk pengadaan obat di rumah sakit itu.

“Bagaimana mungkin program “Lebak Sehat” yang digaungkan Bupati dan Wakil Bupati Lebak bisa sukses kalau tidak ditunjang oleh kinerja para bawahannya, yang seharusnya lebih maksimal. Berbagai persoalan di RSUD dr Adjidarmo kerap terjadi, namun hingga kini belum ada tindakan yang kongkrit dari pemangku kebijakan. Anehnya lagi, kekosongan obat di RSUD terkadang bisa diatasi dengan keberadaan sebuah Apotik “Amanah” yang berada di dalam lingkungan RSUD yang diduga milik orang luar (pihak ketiga,red) yang selalu memberikan upeti kepada para oknum pegawai RSUD,” kata Lukman, Jumat (28/8).

Senada dikatakan Wahyu Budiman (37), warga asal Kecamatan Cibadak. Kelangkaan obat ini terjadi sejak awal Agustus 2015 lalu namun hingga saat ini belum juga ditanggulangi. “Mayoritas obat yang langka adalah obat penyakit dalam,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Farmasi RSUD dr Adjidarmo Rangkasbitung, Heru Supriyono, membenarkan jika pihaknya sering mengalami kelangkaan obat. Namun hal itu bukan akibat kurangnya pasokan yang dilakukan rekanan yang telah terikat kontrak dengan RSUD. “Kelangkaan obat terjadi akibat tingkat kebutuhan dalam setiap bulannya cukup tinggi dan mengakibatkan jatah setiap bulannya selalu defisit. Angka yang dikeluarkan dalam setiap bulannya bisa mencapai sekitar Rp 3 miliar lebih,” kilah Heru.

Menurutnya, anggaran sekitar Rp 41 miliar dari APBD Lebak TA 2015 untuk pengadaan obat, itu setelah ditambah dari APBD Perubahan. “Tahun ini kita dapat pasokan Rp35 miliar, ditambah dari APBD Perubahan diatas angka Rp6 miliar,” kilahnya.

Soal keberadaan Apotik Amanah dilingkungan RS, itu adalah milik koperasi karyawan dan kewenangan pimpinan untuk menggunakannya. Terkait ada atau tidaknya pemberian uang fee untuk keuangan kas RS, dirinya berdalih tidak mengetahui hal itu. “Coba tanyakan langsung saja ke manajemen RSUD dr Adjidarmo,” pungkasnya. (ahmadi/mardiana/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.