Rupiah Anjlok, Pengusaha Loyo
TANGERANG,SNOL—Nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika akhirnya menyentuh level Rp 14 ribu. Para pengusaha di Tangerang mulai mengeluhkan loyonya nilai tukar mata uang Indonesia itu. Jika kondisi tak kunjung membaik, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Tangerang meyakini akan banyak perusahaan gulung tikar.
Awal pekan ini, nilai tukar rupiah sudah menembus titik terendah sejak 17 tahun lalu yakni pada krisis 1998. Kemarin (24/8) pagi, rupiah tercatat menembus level Rp 14.017 sebelum akhirnya ditekan pada level Rp 13.395 pada siang hari.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Tangerang, Edi Mursalim mengatakan pelemahan rupiah menimbulkan efek negatif yang sangat besar. Terutama pada perusahaan di Tangerang yang membutuhkan bahan impor.
“Pengaruh turunnya nilai tukar rupiah bagi industri sangat berbahaya. Terutama industri spare part yang bahan bakunya kebanyakan impor. Perusahaan ini harus mengeluarkan biaya tinggi akibat melemahnya rupiah,” kata Edi saat dihubungi Satelit News, Senin (24/8). Selain spare part dan bahan baku yang impor, kata Edi, maintenance juga membutuhkan biaya yang tinggi. Dia mengungkapkan, jika kondisi ini terus bertahan maka perusahaan akan kelabakan. Pengusaha diprediksi hanya mampu survive selama satu bulan saja. Tapi jika tidak maka dalam dua atau tiga bulan industri akan kolaps.
“Jika sudah demikian, pengusaha terpaksa ambil langkah pengurangan karyawan dan tidak ada pilihan lain lagi. Ujungnya yang menjadi korban adalah rakyat,” ucap Edi Mursalim. Saat ini, lanjut Edi, Apindo Kota Tangerang masih mengundang anggota untuk mencari jalan keluar. Soalnya, selain akibat kenaikan dolar, industri juga diberatkan dengan kewajiban membayar BPJS Jaminan Hari Tua, dan pendapatan tidak kena pajak.
Pelemahan rupiah membuat pemerintah pusat bergerak cepat. Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas khusus membahas kondisi ekonomi terkini, termasuk persoalan rupiah. Pihak-pihak yang terlibat tidak hanya para menteri bidang ekonomi dan gubernur Bank Indonesia (BI), melainkan juga sejumlah pengusaha pemilik 25 perusahaan terbesar yang melantai di pasar modal.
“Saya tidak ingin menjelaskan situasi ekonomi yang sekarang ini dihadapi. Tapi dalam kondisi seperti ini, memang kita harus punya tekad, punya bahasa yang santun, punya tindakan respon yang cepat sehingga problem yang ada segera bisa diatasi,”papar Jokowi di Istana Bogor, kemarin.
Menko Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, pertemuan tersebut membahas persoalan-persoalan yang dihadapi para pelaku usaha, khususnya dalam situasi ekonomi saat ini. Namun dia menekankan bahwa para pelaku industri tidak perlu panik terkait pelemahan rupiah. “Kita tahu situasinya. Tapi kita tidak ingin menekankan semua pihak tidak usah membesar-besarkan. Mari kita samakan persepsi dan langkah agar bisa menghadapi bersama,”paparnya usai rapat terbatas di Istana Bogor, kemarin.
Menkeu Bambang Brodjonegoro menambahkan, rapat terbatas tersebut bertujuan untuk memperkuat kerjasama pemerintah, BUMN dan pihak swasta, dalam menghadapi kondisi perekonomian saat ini. Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) itu juga tidak memungkiri jika pertemuan tersebut diadakan untuk menjaga keyakinan pasar.
“Intinya mendorong swasta, BUMN dan pemerintah sama-sama gerak. Bagus, mereka juga semangat. Kita bisa jelaskan dan mereka paham. Makanya kita ketemu untuk menjaga confidence,”urai Bambang.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja membenarkan bahwa pertemuan tersebut membahas kondisi perekonomian terkini. Pemerintah juga meminta masukan dari para pelaku usaha untuk menyikapi ekonomi yang tengah bergejolak. Menurut dia, kondisi ekonomi saat ini belum sampai mengancam bisnis perbankan secara keseluruhan.
“Kita situasi (BCA) amanlah, likuiditas cukup, uang banyak, jadi nggak perlu dikhawatirkan. Kita yakin sekali dana BUMN dan pemerintahan dan daerah banyak, jadi bisa digunakan untuk investasi,”paparnya. Tidak jauh berbeda dengan pernyataan Ketua Asosiasi Emiten Indonesia Franky Welirang. Bos PT Indofood itu juga mengaku tidak begitu panik dengan kondisi ekonomi saat ini. Menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah sampai IHSG yang jeblok, tidak hanya terjadi di Indonesia. “Itu kan bukan hanya di sini (Indonesia), termasuk di mana-mana,”katanya.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo menyatakan kembali terjerembabnya mata uang garuda tersebut terjadi akibat adanya aksi jual global (global selloff) di pasar modal pada Minggu (23/8) lalu. Hal tersebut terjadi sebagai kelanjutan dari ketidakpastian kondisi global akibat dari rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS dan devaluasi Yuan. “Hampir semua melepaskan sahamnya. Itu berdampak pada Indonesia,” ujarnya di gedung DPR/MPR RI Jakarta, Senin (24/8).
Di sisi lain lanjut Agus, harga minyak dunia dan harga komoditas yang semakin melemah juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, tukar rupiah saat ini juga telah berada jauh di bawah nilai fundamentalnya. Namun demikian, Agus menyatakan bahwa pihaknya selalu memantau pergerakan rupiah secara intensif untuk memastikan mata uang Indonesia dalam kondisi aman.
Agus juga menyatakan bahwa otoritas moneter telah menyarankan agar eksportir melepas valuta asingnya. “Eksportir sekarang sudah saatnya lepas valuta asing agar supply and demand seimbang. Sehingga tekanan nilai tukar tidak perlu terjadi. BI akan menjaga untuk terus adanya stabilitas nilai tukar rupiah. Namun kondisi dunia juga perlu kita waspadai,” ujarnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa BI masih akan menetapkan suku bunga acuannya di level 7,5 persen hingga tahun depan. Hal ini sebagai kebijakan BI untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiahnya. “Harus katakan itu di 7,5 persen. Untuk kepentingan anggaran kita tetapkan 7,5 persen. Namun kita senantiasa melihat setiap akan memutuskan BI rate itu berdasarkan data yang ada,” terang dia.
Untuk menjaga adanya risiko pasar yang berlebihan, Mantan Dirut Bank Mandiri tersebut juga meminta kepada DPR untuk segera merealisasikan perubahan RUU JPSK menjadi UU JPSK sebagai antisipasi volatilitas di pasar keuangan.
“Saya melihat sudah lakukan itu 1 tahun terakhir. Kordinasi kami di forum koordinasi stabilitas sistem keuangan di Agustus lalu. In shaa Allah DPR mau undang OJK, BI, pemerintah. Kami ingin RUU JPSK bisa selesai supaya bisa lebih lengkap lagi kesiapan hadapi kondisi ke depan,” tandasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon mengatakan pihaknya meminta kalangan perbankan untuk tetap berhati-hati terkait kondisi pelemahan rupiah yang kini tengah terjadi.
“Kita lihat ada beberapa bank yang modalnya menyusut, kita komunikasikan hati-hati bagaimana mengatasi kondisi ini terjadi. Kami minta pemegang saham untuk bersiap,” ujarnya. Nelson menjelaskan bahwa pihaknya terus memantau kondisi pasar keuangan terkini dan melakukan uji ketahanan atau stress test terhadap rupiah di level tertentu untuk mengantisipasi adanya tekanan sektor keuangan yang lebih dalam.
“Ya kan sekarang masih aman. Namanya stress test bukan berarti saat krisis baru dibikin, sejak dulu dilakukan. Kalau misalnya nanti tiba-tiba kurs sekian, gimana kondisi bank-nya. Kalau masih jauh berarti mereka nggak begitu worry,” tuturnya.
Nelson mengungkapkan bahwa meskipun perbankan masih dalam kondisi aman, namun secara permodalan mulai tergerus. Untuk itu, opsi pembelian kembali (buyback) saham dirasa perlu dilakukan.
“Tapi kalau sekarang bank melakukan stress test bank-nya sendiri dan ternyata CAR (Capital Adequacy Ratio) kita menjadi tipis di atas ketentuan minimum, ya mereka harus melakukan ancang-ancang. Jadi bank-nya berkepentingan melakukan (buyback), kita pengawas mengatakan eh hati-hati loh kalau sudah ini nanti pemegang saham harus mulai bersiap-siap,” katanya.
Dia menyebutkan, bank-bank yang modalnya minim diminta untuk segera menambah modal. Dengan modal yang cukup, perbankan diyakini dapat mengantisipasi tekanan di pasar keuangan. “Dari hasil stress test-nya melihat ada indikasi kalau kurs nggak ketahan ini, dia lihat modalnya sudah mendekati border,” tuturnya. (uis/dyn/gatot/jpg)