Krisis Air Memburuk

TANGERANG,SNOL—Krisis air bersih bagi para pelanggan PDAM Tirta Kerta Raharja terus berlanjut. Kemarin, (11/8), perusahaan plat merah milik Pemerintah Kabupaten Tangerang itu hanya sanggup mengirimkan air kepada 15 ribu pelanggan dari 125 ribu pelanggannya. Itu pun radius maksimal 6 km. Konsumen ramai-ramai mengeluh.Direktur Teknik PDAM TKR Kabupaten Tangerang, Ida Farida menjelaskan pada Senin (10/8) malam, pihaknya mampu memproduksi 500 liter air per detik. Selanjutnya, pada Selasa pagi sekitar pukul 09.00 wib, angka produksi semakin turun menjadi 300 liter perdetik. Situasi bertambah buruk pada malam hari.

“Malam ini kami hanya memproduksi 150 liter air per detik dengan tekanan 0,6. Artinya, air hanya bisa dikirimkan ke jarak paling jauh 5 kilometer. Yang lebih dari itu tidak akan kebagian. Dengan produksi sekecil itu, untuk wilayah Kota Tangerang saja pasti tidak cukup,” kata Ida Farida saat dihubungi, Selasa (11/8) malam. Saat ini, dari sejumlah instalasi pengolahan air (IPA) yang dimiliki PDAM TKR yakni IPA Cikokol, Perumnas, Teluknaga, Cidurian dan Serpong, hanya satu yang berfungsi. IPA Serpong masih berfungsi memproduksi air dengan normal walaupun debit airnya sedikit. Sementara IPA Cikokol, Perumnas dan Teluknaga sudah tidak sanggup memproduksi air secara normal. Demikian juga dengan wilayah Cidurian yang disetop operasionalnya karena faktor kekeringan.

“Untuk IPA Cikokol sekarang sudah harus dibantu memakai pompa. Ada empat pompa dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Sementara IPA Perumnas dan Teluknaga sudah tidak beroperasi. Kalau Cidurian yang biasa mengaliri air ke Tigaraksa dan Rajeg terganggu karena faktor kekeringan. Sementara IPA Cikokol, terganggu karena jebolnya pintu air 10,”ungkap Ida.

Dia menjelaskan, pihaknya sudah mendapatkan banyak komplain dari pelanggan. Untuk itu, PDAM TKR berusaha menyalurkan air ke daerah-daerah yang tidak mendapatkan air bersih. Jumlah permintaan air melalui tangki sangat banyak sehingga pihaknya kewalahan.

“PDAM TKR hanya memiliki tujuh tangki air. Kalaupun ada mobil tangki, airnya juga belum tentu ada,”ungkapnya.

Ketika ditanya apakah ada fasilitas publik yang terganggu, Ida mengaku belum ada. Hanya saja dari RS Sitanala sudah mengajukan surat penjelasan kondisi air PDAM karena jawaban dari PDAM akan dijadikan dasar mereka mengajukan ke pusat untuk membuat penampungan air.

“Intinya selama pelanggan masih komplain kita harus cepat tangani. Saat ini baru perumahan saja yang banyak komplain karena memang mereka butuh untuk mandi dan lain sebagainya,” terangnya.

Krisis air bersih dikeluhkan pelanggan PDAM Tirta Kerta Raharja. Ade Achmad, warga Perumnas mengaku air di rumahnya sudah mati sejak pukul 11 siang. Dia kesulitan untuk mandi karena air yang disimpannya sudah habis untuk mandi anggota keluarga lainnya.

“Saya sampai sekarang belum mandi karena tidak ada air. Tapi kalau untuk mandi pagi biasanya saya minta sama tetangga yang menggunakan Sanyo,”kata warga Perum 2 Kelurahan Bencongan Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang itu. Mahasiswa semeter VIII disalah satu kampus swasta itu menambahkan bahwa air PAM sudah mulai terganggu sejak tiga hari yang lalu. Dia berharap kondisi kembali normal karena sangat kerepotan kalau terus-terusan tidak ada air.

Di sisi lain, Kepala Seksi Produksi PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang, Tomy Herdiansyah menyatakan, sejak 29 Juli 2015 pihaknya mengalami gangguan produksi dan distribusi karena kurangnya air baku. Bahkan PDAM TB terancam tak beroperasi akibat ketersediaan air baku yang terus menipis.

“Permasalahan ada di air baku, air yang disedot tidak ada. Selain karena hujan yang tak kunjung turun di Tangerang, penyebab lainnya pekerjaan pintu yang rusak belum juga rampung,”katanya. Menurutnya, kebocoran terjadi karena ada kemiringan balong sekitar 50 cm, sehingga air bablas.

“Intake di depan bendung kita terjadi sendimen, banyak lumpur. Padahal sebelum kemarau sudah disedot lumpur, agar ketika kering air bisa masuk. Pihaknya telah berupaya untuk pengolahaan air dan pelayanan air kepada masyarakat dengan menghubungi PU dan ada 2 pompa yang beroperasi. Kemudian bantuan balai besar ada 8 unit yang beroperasi tapi tetap tidak maksimal karena banyak sampah yang ketika tersedot sangat mengganggu dan harus diperbaiki dulu. (uis/gatot)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.