Ulama Kota Tangerang Dukung Wapres
TANGERANG, SNOL—Pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang ramai dibicarakan karena dianggap kontroversi terkait larangan memutar kaset pengajian menjelang salat subuh ditanggapi ulama Kota Tangerang. Ketua MUI Kota Tangerang, KH. Edi Junaidi Nawawi menjelaskan, memutar kaset pengajian menjelang salat subuh menggunakan speaker luar memang cukup mengganggu.
Sebelumnya Wapres JK mengklaim bahwa aktifitas memutar kaset pengajian dengan speaker luar dianggap sangat mengganggu warga sekitar.
Seharusnya kata dia, yang boleh menggunakan speaker luar hanya saat adzan, iqomah, dan pemberitahuan berita duka cita serta pengumuman lainnya. “Memang mengganggu, itu pun sudah seringkali di wilayah Kota Tangerang juga sudah pernah saya ingatkan,” kata KH. Edi saat dihubungi melalui telepon selulernya, Rabu (10/6).
Edi menjelaskan, untuk pengajian cukup menggunakan speaker dalam saja supaya tidak mengganggu. Ketika ditanya apakah boleh menggunakan kaset pengajian, kyai berpenampilan sederhana tidak mempersoalkannya. Menurutnya, hal itu boleh-boleh saja, asal tidak menggunakan speaker luar. “Ya saya sepakat dengan yang dikatakan Pak JK kalau seperti itu. Tapi misalkan di kampung-kampung ada qari, baiknya suara asli bukan rekaman. Kalau tidak ada dan suaranya jelek dari pada mengganggu bisa pakai rekaman, asal tidak sampai keluar. Tinggal pilihannya saja mana yang terbaik,” paparnya.
Dia menambahkan, pemutaran kaset pengajian sebenarnya bagus hanya untuk belajar. Jadi kalau pemutaran kaset pengajian sampai keluar sangat mengganggu karena orang luar tidak ada kepentingannya. Selain itu, selama bulan Ramadan, Kementerian Agama RI memperbolehkan warung-warung untuk tetap buka. Dalam keterangan resminya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin meminta agar seluruh pihak dapat saling menghormati.
Terkait hal itu, KH Edi Junaedi juga mengatakan, warung yang ada boleh saja tetap buka, asalkan tertutup. Misalkan ditutup dengan gorden atau sejenisnya dan ada aturan jam bukanya. Menurut dia, baik yang berpuasa dan tidak berpuasa agar bisa saling menghormati tanpa merugikan orang lain. “Yang repot itu mengatur pedagang kaki lima karena jumlahnya banyak dan wilayahnya luas. Kalau pedagang kaki lima ini jelas saya keberatan,” jelasnya. (uis/made)