AG Diciduk Saat Sembunyi di Masjid
SERANG,SNOL—Kurang dari 24 jam, anggota Polres Serang berhasil membekuk AG (15). Siswa SMP Negeri 1 Pamarayan itu diduga kuat melakukan pembacokan terhadap Dede Irawan (15) siswa SMP Negeri 2 Cikeusal dengan menggunakan sebilah clurit hingga korban meregang nyawa, Selasa (9/6) lalu.
AG diciduk polisi bersama rekannya E, saat bersembunyi di Masjid di Kampung Harendong Desa Jawilan Kecamatan Jawilan Rabu pagi sekitar pukul 05.00 WIB. “Pemuda Berinsial AG yang kita curigai sebagai pelaku penganiayaan sudah kita amankan. Kedua pelaku kita tangkap ketika bersembunyi di Masjid,” kata AKP Arrizal Samelino, Kasat Reskrim Polres Serang, Rabu (10/6).
Menurutnya, penyelidikan dan penyidikan kasus tewasnya Dede ditangani Polres Serang, bukan Polsek Pamarayan. Kedua pemuda tersebut masih menjalani pemeriksaan intensif secara terpisah dan berstatus sebagai saksi. “Untuk inisial AG diduga merupakan pelajar masih disebut saksi. Motifnya masih kita dalami namun diduga buntut dari perseteruan antara sekolah mereka yang terjadi pada Senin, (08/06) Juni lalu,” tegasnya.
Pantauan Satelit News di Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak (PPA) Polres Serang sekitar pukul 16.30 WIB, AG masih diperiksa secara intensif. Sementara saksi E sudah tidak terlihat diperiksa di ruangan.
Informasi yang dihimpun di Polres Serang, sebelum Dede Irawan tewas disabet menggunakan senjata tajam jenis celurit, korban sempat menantang duel dan menyerang pelaku. Namun saat hendak menyerang pelaku AG, Dede Irawan terjatuh dan kemudian AG menyabetkan celuritnya tepat mengenai punggung korban.
“Sempat terjadi ketegangan antara korban dan pelaku. Korban yang merasa berani, menghampiri pelaku yang saat itu membawa senjata tajam. Korban sempat menyerang namun terjatuh dan disaat itulah pelaku menyabetkan celurit ke arah korban,” ujar anggota kepolisian yang enggan disebutkan namanya.
Terpisah, Waka Polres Serang Kompol Pipit Subiyanto mengatakan, selain mengamankan AG, polisi juga mengamankan barang bukti berupa sepasang sepatu dan seragam celana sekolah belumuran darah milik korban. “Kita sudah amankan barang bukti milik korban, namun untuk celurit belum diamankan petugas,” jelasnya.
Kapolsek Pamarayan AKP Effendi, mengaku menyerahkan sepenuhnya penyidikan di Polres Serang karena sudah ada unit PPA-nya. Effendi mengaku kondisi akses jalan Pamarayan dan Cikeusal tepatnya di depan UPTD Puskesmas Pamarayan sudah kondusif setelah sempat mencekam. “Korban sudah dikebumikan di daerah Cikeusal, kondisi sekarang sudah kondusif tapi kita masih siagakan petugas disana,” pungkasnya.
Sementara itu, sekitar pukul 17.00 WIB, orang tua AG bersama dua kerabatanya mendatangi Mapolres Serang untuk menanyakan keberadaan anaknya. Namun saat hendak dikonfimasi oleh wartawan, orang tua dan kerabatnya memilih bungkam. (mg30/mardiana/jarkasih)
Pelaku Penganiaya Siswa SMPN 2 Cikeusal Dikenal Bandel
SERANG,SN— AG (15), siswa SMPN 1 Pamarayan yang diduga kuat sebagai pelaku penganiayaan hingga mengakibatkan tewasnya Dede Irawan, Siswa SMPN 2 Cikeusal, pada Selasa (10/6) lalu, dikenal sebagai siswa yang bandel. Sebelum kejadian tersebut, pihak sekolah sudah mengeluarkan siswa tersebut, hanya saja karena tidak ada sekolah yang mau menerimanya sehingga akhirnya tetap dipertahan di sekolah itu.
Guru Bimbingan Konseling (BK) SMPN 1 Pamarayan Ertis Sutisna mengungkapkan, kejadian tawuran tersebut berlangsung pada saat sedang tidak ada kegiatan belajar mengajar. ”Pelaku AG merupakan siswa kelas 1 yang dikenal bandel. Bahkan oleh pihak sekolah juga sudah mengeluarkan AG dari sekolah, tetapi karena tidak ada sekolah lain yang mau menerima, akhirnya kami terima lagi karena mengacu pada aturan wajib sekolah sembilan tahun,” dalih Ertis, Rabu (10/6).
Menurutnya, upaya sekolah dalam menjaga terjadinya tindakan kekerasan siswa sebetulnya sudah dilakukan dengan melaksanakan kegiatan rutin kuliah tujuh menit setiap hari. Hal itu dilakukan untuk memberikan pembekalan dari sisi rohaninya. Tetapi nampakanya dorongan siswa menjadi orang baik itu tidak hanya perlu didukung dari sekolah saja, tetapi juga dari lingkungan keluarga, teman dan masyarakat. “Nah dorongan dari luar sekolah inilah yang tidak dapat kami pantau di luar jam sekolah,” katanya.
Terpisah, Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang Elis Yulaeti mengungkapkan, dirinya turut berduka cita terhadap keluarga korban. “Saya sangat kaget mengetahui peristiwa yang memilukan itu. Ini merupakan kelengahan kita semua, bukan hanya menjadi tanggungjawab guru tetapi orang tua dan masyarakat,” katanya.
Menurut Elis, pihak sekolah sebetulnya sudah melakukan upaya dalam mencegah anak masuk supaya tidak tawuran dengan menyalurkan anak-anak agar mengikuti kegiatan futsal di sekolah. “Tetapi mungkin itu tadi, pendidikan karakter harus lebih mengena lagi dengan memotivasi guru agar jangan hanya datang ke kantor mengajar lalu keluar. Kedepan, kita tekankan pada guru supaya menyempatkan diri memberikan sentuhan pembinaan terhadap anak didiknya agar peristiwa serupa tidak terulang lagi,” katanya.
Sekretaris Dindikbud Kabupaten Serang, Dedi Arief Rohidi menambahakan, terkait kasus tersebut pihaknya sudah mendatangi masing-masing sekolah tempat siswa yang terlibat bentrok. Hasilnya, kedua sekolah sepakat untuk saling meredam ketegangan yang terjadi pasca bentrok. “Hari ini (kemarin, red) kami langsung datangi sekolahnya dan mereka sepekat untuk saling meredam serta akan mengewasi setiap siswanya agar tidak terjadi aksi balasan,” ungkapnya saat dihubungi melalui sabmbungan telepon.
Seperti telah diberitakan, Dede Irawan (15) siswa SMP Negeri 2 Cikeusal meregang nyawa setelah terkena sabetan senjata tajam yang diduga dilakukan oleh AG (15) siswa SMP Negeri 1 Pamarayan.
Peristiwa tersebut bermula saat Dede Irawan pulang dari sekolahnya seusai mengikuti acara pelepasan siswa SMP kelas 9, sekitar pukul 12.30 WIB. Saat dalam perjalanan pulang, korban bersama rekannya Genta (14) dicegat oleh AG dan kawan-kawannya yang berjumlah sekitar 30 orang di Kampung Tipar Desa Shangiyang Kecamatan Pamarayan Kabupaten Serang.
Takut melihat jumlah yang banyak, ditambah melihat AG membawa cerulit, Genta yang mengemudikan sepeda motor pun langsung tancap gas, namun rombongan AG mengejar mereka hingga ke Kampung Leuwi Banten Desa Shayiang. Saat kembali dicegat tersebut, Dede Irawan memberanikan diri untuk menemui AG.
“Saya bonceng Dede. Pas Dede nyamparin AG, saya menjauh dan liat teman saya (Dede, red) disabet pakai celurit oleh AG. Abis menyabet Dede, rombongan AG langsung kabur,” kata Genta di Mapolsek Pamarayan, Selasa (09/6). (sidik/mardiana/jarkasih)