Kikil Berpemutih Pakaian Tetap Diproduksi
NEGLASARI,SNOL—Industri rumahan pengolahan kikil yang menggunakan zat pemutih di Kampung Karang Sari, Jalan Pembangunan III, RT 05/12 Kecamatan Neglasari masih beroperasi pasca penggerebekan. Sejumlah karyawan masih terlihat aktif memproduksi kikil untuk di jual ke pasaran, kemarin siang.
Ketika didatangi wartawan, para karyawan masih sibuk mengolah kikil yang ada di dalam drum besar warna biru menggunakan zat pemutih. Para karyawan juga tampak tidak merasa takut karena memang belum ada perintah untuk melakukan penutupan. Padahal sehari sebelumnya, petugas dari Satuan Narkoba Polres Metro Tangerang menggerebek tempat pengolahan kikil itu dan menyita cairan kimia pemutih, tawas dan sampel kikil.
Salah satu karyawan, Mamam mengatakan hanya bekerja dan tidak ada perintah untuk menghentikan pengolahan ini dari pemilik. Bahkan pengolahan kikil ini dibenarkan dengan mencuci kikil dengan pemutih yang biasa digunakan pakaian.
“Kita kan tergantung bos, kalau disini kita hanya bekerja. Ya cuma pemutih doang supaya bersih,” katanya.
Di tempat terpisah, Wakasat Narkoba Polres Metro Tangerang, Kompol Paryanto mengatakan, sampel kikil dan barang bukti yang disita baru akan dikirimkan besok (hari ini). Dia juga mengungkapkan belum menutup dan memberhentikan produksi kikil tersebut karena belum cukup alat bukti.
“Kita baru mau kirim besok. Tadinya hari ini tapi anggota sebagian ada yang sakit. Kalau soal penutupan, kita tidak semudah itu menutup usaha dan melarang produksi karena masih menunggu hasil uji laboratorium,” kata Paryanto saat dihubungi tadi malam.
Lanjutnya, berkaitan dengan izin juga menjadi kewenangan pemerintah, kecuali dilapangan pihaknya menemukan langsung ada unsur pidana. Tapi dia menegaskan akan memproses secara hukum bila ada pelanggaran pidana yang dilakukan.
“Kalau tadi kita sebatas mengirim pesan ke kepala BPOM kalau ada barang bukti yang disita. Ketika kita tanya apakah berbahaya, jawabnya dicek dulu,” ujarnya.
Paryanto menambahkan, pihaknya berharap dinas terkait bisa lebih meningkatkan pengawasan dan melakukan pembinaan kepada para pengusaha. Menurutnya, peran pemerintah setempat sangat penting karena berkaitan dengan perlindungan masyarakat.
“Kita sebenarnya mau koordinasi, tapi Dinasnya kalau kita ajak jalan susah juga. Katanya punya agenda sendiri. Waktunya juga terkadang susah karena kalau kita kan setiap sidak pasti harus bergerak cepat,” tuturnya.
Kabar Kikil Berformalin Pedagang Resah
Adanya industri pengolahan kikil yang berperilaku curang, berdampak pada sejumlah pedagang di Pasar Anyar, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Merebaknya isu juga diklaim membuat peminat membeli kikil menurun sehingga membuat kantong pedagang menipis.
Pantauan Satelit News, tampak terlihat menumpuk banyak kikil yang dijual oleh pedagang di gerobaknya. Tidak ada pembeli yang menanyakan harga kikil tersebut. Seluruhnya hanya membeli daging sapi dan ayam.
Pepen (39) pedagang kikil tanah tinggi mengatakan, ia juga sudah mengetahui tentang banyaknya pabrik yang mengolah makan yang tidak benar, termasuk kikil. Dengan adanya penangkapan pabrik kikil yang menggunakan formalin membuatnya merasa susah untuk menjualkan dagangannya.
“Sekarang kikil jarang diminati warga,” pungkasnya.
Ia menambahkan, kejadian tersebut sangat berdampak kepada pedagang-pedagang kecil sepertinya. Ia sangat kecewa dengan adanya pabrik yang seperti itu. “Kalau begini kan kita susah ngejualnya,” kata Pepen.
“Penjualan kikil saya sekarang menurun. Dulu dalam sehari dapat menjual kikil sebanyak 10 kilogram, namun sekarang hanya dapat menjual 4 kilogram,” ungkapnya.
Terpisah pedagang Pasar Bengkok, Tuti (46) mengatakan, bahwa penjualan kikilnya mengalami penurunan. Menurutnya, hal tersebut dampak dari adanya berita di koran dan televisi tentang penutupan pabrik kikil berformalin di Kota Tangerang.
“Mungkin gara-gara pembeli lihat di koran jadi takut makan kikil,” kata wanita lansia itu.
Tuti menambahkan, dengan adanya kikil berformalin dirinya berani menjamin jika dagangannya tidak berformalin. Kata dia, kikil yang dibelinya benar-benar tempat yang bersih dan tidak menggunakan zat kimia.
“Saya beli langsung di pabrik yang saya kira benar-benar jujur pemiliknya,” jelasnya. Salah satu pembeli Reni (28) mengakui, jika ia tahu tentang adanya penangkapan pabrik kikil berformali. Namun dengan adanya berita itu ia tidak merasa takut untuk mengkonsumsi kikil. “Takut sih tidak, tinggal tergantung ngelolahnya, yang penting dicuci bersih saja,” kata dia. (uis/mg31/gatot)