Awal Ramadan, Harga Bensin Tetap
JAKARTA,SNOL—Menjelang Ramadan yang jatuh pada pertengahan Juni, biasanya diikuti dengan naiknya harga bahan pokok. Pemerintah tidak mau memperkeruh suasana dengan ikut menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar. Kemarin, Kementerian ESDM memastikan kedua bahan bakar itu tidak mengalami kenaikan selama Juni.
Pengumuman yang disampaikan oleh Dirjen Migas Kementerian ESDM I.G.N Wiratmadja Puja itu menyebut harga masih menggunakan yang lama. Untuk kawasan luar Jawa, Madura, dan Bali (Jamali), premium dijual Rp 7.300 per liter. Sedangkan di Jamali, masih Rp 7.400 per liter. “Solar tidak berubah, Rp 6.900 per liter,” ujarnya.
Energi lain yang tidak ikut berubah adalah minyak tanah. Oleh pemerintah, tetap dijual Rp 2.500 per liter. Lebih lanjut Wiratmadja menjelaskan, secara umum harga rata-rata minyak dunia mengalami sedikit peningkatan. Namun, dengan pertimbangan menjaga kestabilan perekonomian, diputuskan tidak melakukan penyesuaian harga.
“Termasuk, agar tidak memberatkan masyarakat selama menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadan,” imbuhnya. Untuk petentuan harga BBM premium di wilayah Jamali, memang ditetapkan oleh Pertamina. Namun, tetap melalui koordinasi dengan pemerintah dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
VP Coroporate Communiation Pertamina Wianda Pusponegoro membenarkan hal itu. Meski punya hak untuk mengatur distribusi premium di Jamali, pihaknya juga tidak melakukan perubahan harga produk dengan oktan 88 itu. “Harga premium tetap dijual Rp 7.400 per liter,” ungkapnya.
Seperti diketahui, pemerintah harus mencermati perkembangan fluktuasi harga minyak dunia dan perekonomian nasional. Sebab, Permen ESDM nomor 4/2015 memperbolehkan perubahan harga BBM tiap bulan sekali. Caranya, dengan memperhitungkan harga rata-rata minyak dunia sebulan terakhir mulai 25 April sampai 24 Mei 2015.
Sementara, tidak dinaikkannya harga BBM meski minyak dunia berangsur naik memberi isyarat bahwa pemerintah bisa meninggalkan pola perubahan harga sebulan sekali. Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan pihaknya memang masih mengkaji skema yang tepat. Opsinya, mengkaji kenaikan harga tiap tiga atau enam bulan sekali.
“Idenya adalah, bagaimana caranya masyarakat tidak menderita karena terlalu sering ada perubahan harga,” jelasnya. Namun, skema itu masih dalam kajian. Bekas bos PT Pindad itu sadar, terus berubahnya pola mengesankan pihaknya tidak konsisten dalam menjalankan kebijakan.
Namun, Sudirman merasa wajar karena kebijakan itu butuh penyesuaian dan selalu ada masa perkenalan. Itulah kenapa, dia menyampaikan ke Presiden Jokowi kalau suatu saat pasti ada pola tetap terhadap kebijakan BBM. “Saya sudah sampaikan ke presiden, kita lihat sampai November seperti apa polanya,” terangnya.
Ide lainnya soal BBM adalah menetapkan harga terendah dan harga tertinggi. Jadi, saat harga dasar minyak lebih rendah dari harga terendah yang telah ditetapkan menghasilkan selisih. Nah, uang itu menjadi dana kontribusi saat harga dasar minyak lebih tinggi dari yang ditetapkan.
“Disimpan untuk tabungan, kalau lagi rendah ada kontribusi, kalau di atas kita ada kompensasi,” tandasnya.
Yang pasti, pemerintah tetap konsisten dengan pencabutan subsidi premium. Serta, pola naik turun harga BBM yang terjadi dalam rentang beberapa waktu dengan mempertimbangkan beberapa faktor. “Jadi, kalau ditanya apakah pemerintah tetap konsisten dengan pencabutan subsidi, kami tidak akan mundur,” tegasnya.
Menteri kelahiran Brebes itu yakin betul, suatu saat masyarakat akan terbiasa dengan proses yang naik turun. Saat ini terjadi gejolak karena pola pikirnya belum terbiasa. Tiap pemerintah mengeluarkan kebijakan, malah dihajar dahulu dengan kritikan. “Masyarakat akan terbiasa, tapi jangan terlalu sering,” tuturnya. (dim/jpnn)