Anggaran SMPN 1 Gunung Kaler Dinilai Belum Transparan
GUNUNG KALER,SNOL–-Sejumlah guru dan pegawai honor SMPN 1 Gunung Kaler, Desa Kedung Kecamatan Gunung Kaler mengeluhkan dugaan penyalahgunakan anggaran sekolah yang tidak sesuai peruntukannya. Kondisi ini membuat sekolah menjadi serba kekurangan dana.
Pegawai TU SMPN 1 Gunung Kaler mengungkapkan, sejak Kepala SMPN 1 Gunung Kaler M Fahri bertugas, kondisi sekolah terasa tidak kondusif terutama soal anggaran sekolah. “Sebelumnya lancar-lancar saja tak ada masalah. Sekarang awut-awutan, terutama soal penggunaan anggaran,” ungkapnya kepada wartawan, kemarin.
Menurut Yendri, penggunaan anggaran di sekolah terkesan tidak transparan. Ia mencontohkan seharusnya gaji 16 guru honorer sudah dibayarkan pada Maret 2015. Namun honor mereka hanya dibayar untuk bulan Februari saja.
Menurut Yendri, belum dibayarnya gaji honorer bulan Maret, dimungkinkan lantaran dana BOS dari pemerintah pusat digunakan untuk membayar hutang sekolah. Alhasil, kondisi itu berdampak pada kegiatan belajar mengajar terlebih pada pembayaran gaji bagi guru honorer.
“Bulan Maret kami mencairkan dana BOS Rp75 juta, tapi yang terserap Rp60 juta, sisanya Rp15 juta tidak jelas. Akibatnya honor kami tidak terbayar. Honor Rp280 ribu itu sangat berarti bagi kami,” ujarnya seraya diakui sejumlah pegawai honor SMPN 1 Gunung Kaler lainnya.
Syukur, guru honorer SMPN 1 Gunung Kaler menambahkan, dugaan tidak tepatnya penggunaan anggaran juga terlihat pada program pembangunan sanitasi sekolah (Sanisek) tahun 2013 lalu. Saat itu terjadi kekisruhan terkait pembuatan 10 unit sanitasi sekolah. Menurutnya, anggaran Sanisek sudah dicarikan sekitar Rp40 jutaan untuk pembayaran material baja ringan. Namun belakangan sekolah mendapat tagihan dari pengusaha baja ringan. “Kami kaget, karena sudah dibayar melalui kepala sekolah,” imbuhnya.
Lantaran ditagih terus menerus, menurut Syukur, para guru dan pegawai sekolah akhirnya menggalang dana. Mereka membantu pembayaran baja ringan, dengan menyumbangkan barang-barang berharganya, seperti cincin, gelang, atau benda berharga lainnya.
“Saat ini hutang sekolah di luar masih ada. Pada Maret lalu, kalau tidak salah masih sekitar Rp20 juta,” bebernya.
Syaeful Milah, guru honorer lainnya mengakui kondisi sekolahnya saat ini sudah tidak lagi nyaman. Para guru tengah kebingungan untuk mencari dana menjelang pelaksanaan UN 5 Mei nanti.
“Dana BOS pusat maupun dari Pemkab Tangerang semuanya telah habis. Tapi kami berusaha untuk tidak sampai mempengaruhi siswa kelas IX yang sebentar lagi UN,” tandasnya.
Terpisah, dihubungi Selasa (14/4) malam, Kepala SMPN 1 Gunung Kaler, M Fahri mengaku sedang dalam perjalanan sehingga tidak bisa memberikan keterangan lebih jauh. “Nanti saja mas, saya masih dalam perjalanan,” pungkasnya. (aditya)