Tak Dapat BLSM Warga Ngamuk, 3 Rumah dan Kantor Desa Dirusak

SEPATAN TIMUR, SNOL Desa Gempol Sari, Sepatan Timur, Kab Tangerang membara. Ribuan warga mengamuk lantaran tak dapat Kartu Perlindungan Sosial (KPS) untuk pencairan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

Akibatnya, rumah pegawai kantor pos, staf desa, kepala desa dan kantor Desa Gempol Sari dirusak massa, , Senin (1/7).
Kerusuhan yang melanda Desa Gempol Sari bermula saat tiga hari yang lalu sejumlah warga mendatangi rumah ketua RT 04/03 desa setempat bernama Nali.
Rombongan warga yang sebagian besar ibu-ibu itu bermaksud menanyakan soal pembagian BLSM. Oleh ketua RT, mereka diarahkan untuk menanyakan hal itu ke Kepala Desa Gempol Sari bernama Ahmad Yani. Sama seperti ketua RT, Kades Ahmad Yani juga mengaku tidak mengetahui tentang BLSM itu. Kades menyuruh warga agar menanyakan langsung ke pegawai Kantor Pos Sepatan bernama Hamid (60).
Mendapat keterangan demikian, warga pun kemudian ramai-ramai mendatangi rumah Hamid untuk menanyakan kepastian pembagian BLSM. Kepada warga, Hamid mengaku tidak ada kartu BLSM untuk warga Gempol Sari, adanya untuk warga Kampung Kelor.
Sontak saja, pernyataan ini membuat warga kesal. Apalagi warga mendapat informasi kalau Hamid sudah membagikan kartu KPS sebagai kartu untuk mendapat BLSM ke beberapa orang. Kemudian warga pulang dan akan menyelesaikan masalah ini setelah pemilihan kepala desa (Pilkades) serentak pada Minggu (30/6) lalu.
Benar saja, pada Senin (1/7) sekitar pukul 09.00 WIB, ribuan warga berkumpul dan langsung bergerak menuju rumah Hamid. Di situ, warga melampiaskan kekesalannya dengan merusak pintu dan jendela rumah serta alat elektronik dan perabotan milik pegawai kantor pos Sepatan itu. beruntung, saat itu Hamid tidak ada di rumah sehingga selamat dari kejaran massa yang sudah beringas.
“Di salah satu kamar Hamid warga menemukan 2 karung dan 1 kardus berkas tunggakan motor, serta 8 KPS yang belum dibagikan. Kemudian barang-barang itu diamankan ke kantor desa,” kata salah satu warga setempat, Jaja kepada Satelit News kemarin.
Tak puas sampai di situ, sekitar pukul 11.00 WIB, warga kemudian menuju Kantor Desa Gempol Sari untuk menanyakan nasib mereka yang belum dapat KPS untuk pencairan BLSM. Di kantor desa itu warga juga mengamuk dan merusak seluruh barang elektronik milik kantor desa. Barang-barang itu dirusak dan dikeluarkan dari kantor hingga berserakan di jalan. “Semua alat elektronik di kantor desa dirusak massa,” tambah Jaja.
Saat pengrusakan kantor desa warga menemukan beberapa lembar kartu Jamkesmas milik masyarakat yang tidak diberikan kepada yang berhak. Diduga kartu itu telah disimpan lebih dari setahun.
Sekitar pukul 15.30 WIB, ribuan warga yang kesal kemudian mendatangi rumah Kades Gempol Sari, Ahmad Yani, di Kampung Gempas. Kemudian Kades tiba dan menyambangi warga.
“Warga minta Kades menandatangani surat pertangungjawaban yang belum dapat BLSM agar dapat. Tapi Kades menolak dengan alasan bukan tanggungjawab dia melainkan Kantor Pos. Langsung saja warga kesal dan merusak pagar dan membakar tiga motor pribadi dan dua motor plat merah inventaris desa,” ucap Jaja.
Massa makin beringas dan terus merusak ke dalam rumah. Kades Ahmad Yani dan keluarganya kemudian diamankan polisi.
Setelah merusak, massa tetap di lokasi dan sebagian ke rumah Romli, staf desa. Di sana rumah Romli dirusak dan ditemukan beras. “Entah itu beras apa. Warga sih menduga itu beras Raskin,” kata ibu Piah, warga lainnya.
Pasukan Brimob tiba sekitar pukul 17.00 WIB dan langsung membubarkan kerumunan warga. Puluhan aparat pun menjaga ketat rumah Kades dan kantor desa.
Sementara itu, Ahmad Raya (60) penerima BLSM asal Desa Gempol Sari mengaku dirinya sudah menerima BLSM sebesar Rp 300 ribu. “Sudah nerima pak. Kartunya dari pak Hamid. Dia pegawai Kantor Pos,” ucapnya.
Salah satu warga di desa tersebut, Pardi (40) mengaku belum mendapatkan KPS untuk dana BLSM. “Padahal saya waktu BLT dapet, gak tau kenapa BLSM kok gak dapat. Yang dapat BLSM juga bisa keitung, dikit bener soalnya,” imbuhnya.
Lain halnya dengan Maryati yang heran dengan kartu Jamkesmas atas nama suaminya baru diketahui setelah kantor desa dirusak. “Kok kartu Jamkesmasnya tidak pernah diberikan ke suami saya? Mana kami juga tidak dapat BLSM,” keluhnya.
Kapolsek Sepatan, AKP Sunaryo membenarkan terkait kerusahan massa di Desa Gempol Sari. “Motif kerusuhan ini karena kecemburuan sosial atau sakit hati karena pembagian BLSM tidak merata. Akibat aksi warga ini, kantor desa dan beberapa rumah dirusak. Kami juga masih berjaga-jaga di lokasi kejadian,” tegas Kapolsek.
Terpisah, Kepala Kantor Pos Tangerang, Toto, menampik jika Hamid yang menjadi sasaran amarah masyarakat Gempol Sari adalah pegawai dari Kantor Pos.
“Setelah dikonfirmasi, Hamid itu bukan pegawai Kantor Pos. Hanya saja berdasarkan informasi beliau memang pernah menjadi kepala pos desa, cuma bukan pegawai kami,” tegasnya.
Menurut Toto, amarah warga soal BLSM hanyalah disangkut pautkan pasca kisruh Pilkades yang terjadi Minggu (30/6) lalu. “Sebenarnya tugas kami kan hanya mengantar KPS serta menyalurkan dana BLSM saja. Soal kisruh itu gak ada hubungannya. Paling cuma disangkut pautkan saja oleh beberapa pihak untuk semakin memanaskan suasana,” tukasnya.
Hingga saat ini pihaknya masih akan terus melakukan koordinasi langsung dengan bupati perihal BLSM. “Untuk penyaluran dan pendistribusian BLSM lebih lanjut kami masih terus menunggu arahan dan instruksi dari bupati,” pungkasnya. (aditya/kiki/deddy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.