Belasan Siswa Tak Ikut Semester

HL IMG-20150311-00556

LEBAK,SNOL– Warga dan look here siswa sekolah kini tak berani melintasi Jembatan gantung di Kali Ciberang, pasca ambruk Selasa (10/3) lalu. Agar aktivitas tetap berjalan, warga pun bergotong-royong membangun rakit dari bambu.

Sementara, akibat terjatuh dari jembatan itu, belasan siswa dikabarkan tidak mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) di sekolahnya.

Pasca putusnya jembatan gantung yang menghubungkan dua desa yakni desa Tambak, Kecamatan Cimarga dengan Desa Pajagan, Kecamatan Sajira membuat 12 siswa SDN 1 Pajagan tidak bisa mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) karna mengalami luka berat.

Menurut Kepala SDN 1 Pajagan Sabrowi, siswa yang tidak mengikuti Ujian pada Selasa dan Rabu kemarin sebanyak 12 siswa yang seluruhnya merupakan warga Kampung Polad Desa Tambak Kecamatan Cimarga, karna mengalami luka akibat jatuh ke sungai Ciberang.

“Akibat musibah kemarin sebanyak 12 Siswa tidak mengikuti ujian matematika. Namun masalah ini sudah dibicarakan dengan pihak Dinas Pendidikan,” kata Sabrowi kepada wartawan, Rabu (11/3).

Pihak sekolah memberikan keringanan kepada siswa yang menjadi korban. Bahkan bila perlu, pihak sekolah mendatangi rumah siswa yang tidak masuk. “Mudah-mudahan siswa-siswi kami bisa cepat sembuh, dan kami akan tunggu mereka sampai sembuh, mohon do’anya,” ucapnya.

Salah satu siswa yang tidak mengikuti UAS, Denis (11) masih terbaring lemas dan tidak kuat jalan karna megalami luka memar dikaki karna terkena tali sling jembatan dan punggungnya tertimpah papan pijak jembatan ia terjatuh bersama 46 orang lainnya.

“Masih ga kuat, masih sakit di kaki sama punggung masih memar jadi ga bisa diri,” keluh siswa kelas 5 SDN 1 Pajagan ini saat ditemui dikediamannya di http://liverpoolsunflowers.com/generic-form-of-levitra Kampung Polad Desa Tambak.

Sementara, pasca ambruknya jembatan gantung itu, kemarin warga bergotong-royong membuat rakit atau getek untuk penyeberangan, sambil menunggu dana bantuan untuk membangun kembali jembatan tersebut dikucurkan Pemkab Lebak.

Salah satu warga yang sedang membuat rakit, Muhamad Aji (30) mengatakan, walau ada perahu yang dibawa oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), itu sifatnya hanya sementara dan tidak akan selamanya bisa dipergunakan warga.

“Mangkanya untuk sementara waktu sebelum ada bantuan untuk membangun kembali jembatan, saya dengan warga lainnya bergotong royong membuat rakit. Sebab tidak ada jalan lain untuk melintas, selain lewat jembatan ini,” katanya.

“Apa lagi anak-anak yang akan berangkat sekolah banyak sekali, kasian kalau tidak ada fasilitas untuk menyebrang. Bukan hanya itu, jalur ini juga jalur aktifitas perekonomian warga,” tambah Aji.

Senada dikatakan Suherman tokoh masyarakat dan juga mantan Kepala Desa Tambak. Pada hari itu memang ada bantuan dari BPBD untuk memfasilitasi penyebrangan, tapi itu belum cukup karena di desa itu ada lebih dari 200 KK yang selalu aktif beraktifias melalui sungai ini. Apa lagi perahu yang diterjunkan hanya sementara waktu saja, sedangkan warga sangat membutuhkan fasilitas penyebrangan.

“Perlu diketahui oleh semua. Dari tahun 1991 jembatan ini dibangun, waktu itu kepala desanya ayah saya. Sedikitpun jembatan ini belum pernah mendapatkan bantuan dari Pemkab, Pemprov dan Pemerintah Pusat. Itu semua bisa berdiri sampai ambruknya murni hasil swadaya masyarakat. Makanya kami sangat mengambil hikmah dari kejadian robohnya jembatan ini, supaya pemerintah melek dan bisa membangun jembatan yang sudah sekian lama tidak tersentuh,” tambahnya.

       Seperti diberitakan, Warga Desa Pajagan Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak geger, Selasa (10/3) pagi. Jembatan berbahan kayu yang menghubungkan Kampung Sindai Desa Pajagan dengan kampung Kadu Luhur Desa Tambak Kecamatan Cimarga tiba-tiba ambruk. Akibatnya, 46 siswa SD dan sepasang suami istri yang berada di atas jembatan saat melintas berjatuhan ke sungai.

Peristiwa terjadi ketika puluhan siswa SD tengah melintas di jembatan gantung yang biasa mereka lalui menuju sekolah. Namun tak disangka-sangka, ketika mereka sedang berada di badan jembatan, sarana penghubung itu putus. Belum diketahui secara pasti penyebab putusnya jembatan ini. Namun diduga akibat jembatan itu telah lapuk dimakan usia, sementara beban yang melalui jembatan melebihi kapasitas. (mg29/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anda dapat menggunakan tag dan atribut HTML: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>