BSD Art Movement, Komunitas Seni Anak Muda Tangsel
Punya visi gaet anak muda di Kota Tangsel dengan seni dan kreativitas, BSD Art Movement bergerak berkembang menciptakan berbagai macam pagelaran seni. Puluhan pelaku seni didalamnya percaya, dengan seni mereka bisa membesarkan kotanya.
“Sebuah kota akan menjadi besar jika aktivitas keseniannya berjalan dengan baik,” ungkap Hilmi Fabeta, ketua komunitas yang menampung sedikitnya 30 komunitas anak muda se Tangsel itu.
Komunitas yang terbentuk Februari 2010 lalu, terdiri dari orang-orang kreatif dan mencintai seni. Mereka mengawali pertemuan di perkumpulan ruang rupa, Jakarta. Dari situ, para pencinta seni yang tinggal di truetalkradio.com daerah Tangerang Selatan bertemu, dan berencanakan untuk membuat sebuah wadah lebih besar di kota mereka sendiri.
Art Space atau ruang terbuka untuk seni yang mereka inginkan di kawasan BSD. Komunitas yang berasal dari berbagai aliran seni itu mengawalinya dengan menggelar bermacam pagelaran seni dan kreativitas tanpa batas di berbagai tempat.
“Untuk bikin kegiatan sebesar itu kita berpindah-pindah tidak terpaku kepada satu tempat saja, maka lahirlah nama Art Movement,” kata Kiki Wicaksono, salah seorang anggota BSD Art Movement yang juga mendirikan komunitas Tangsel Elektrik di 2010.
Mereka tidak pernah absen menggelar berbagai macam pagelaran seni di tiap perayaan istimewa negara. Misalnya saja, Hari Anak Nasional, dan mereka pun punya satu impian yang sebentar lagi akan terlaksana. “Festival seni, kami akan membuatnya, tunggu saja,” ujar Kiki.
Seiring dua tahun perjalannanya, anggota BSD Art Movement berjumlah 50 orang dari bermacam profesi. Mereka bersatu membuat suatu karya hingga komunitas ini juga bergerak membuat majalah Movement dan radio.
Komunitas ini memang terdiri dari berbagai komunitas kreatif di dalamnya. “Misalnya ada pecinta yoyo, untuk olahraga kita ada fixie dan sepeda lainnya,” ujar Kiki Wicaksono.
Tahun lalu, mereka membuat pagelaran seni sendiri pada Hari Anak Nasional bertajuk “Beranda Kota” selama seminggu di we choice Amphiteathre Teraskota, BSD. Kegiatan atraktif yang penuh dengan seni itu menghadirkan sejumlah penampilan. seperti komunitas komik, shuffle, dan yoyo.
Ajang bakti social juga dirambah. Misalnya lewat kegiatan drop books untuk menyumbang buku-buku layak pakai untuk anak-anak yang kurang mampu. “Saat itu kami berhasil mengumpulkan 476 buku yang disalurkan kepada beberapa panti asuhan dan perpustakaan Tangsel,” jelas Kiki.
Dipenghujung minggu, Kiki mengatakan, dia dan teman-temannya sering menuangkan ide-ide kreatif saat kumpul-kumpul di Ametys Foodcourt, Jalan Anggrek Loka BSD. “Sabtu biasanya kami olahraga bareng dengan menggunakan kostum atau pakaian yang sama,” kata Kiki.
Pernah juga mereka menggelar aksi freezing (membeku), di mana para anggota BSD Artmovement menampilkan gerakan diam membeku kepada pengunjung di Teraskota. Event seperti Jember Art Festival menjadi impian BSD Art Festival berikutnya.
Menyuarakan kreativitas anak muda dengan kesenian, misi itulah pertama kali dipegang Hilmi Fabeta. Pria 26 tahun lulusan Ruang Rupa ITB 2010 lalu itu, mencoba untuk menggaet muda-mudi di kawasan BSD dan Tangsel pada umumnya dengan mengapresiasikan hobi dan bakat mereka.
Hilmi sebenarnya masih ingin lama di Kota Kembang, tempatnya menuntut ilmu di kampusnya Presiden Soekarno itu. “Namun, waktu itu ibu saya sakit dan alamodest.com meminta saya untuk pulang ke Tangerang, akhirnya saya turuti,” kenangnya.
Pelampiasannya di bidang seni ruang rupa tidak sampai di blu.edu.vn situ saja. Hilmi pun bergabung dengan perkumpulan Ruang Rupa di Jakarta. Komunitas yang menurutnya terbesar, karena mampu menghadirkan seniman dari seluruh Indonesia.
Dari sanalah, dia berfikir untuk bisa mendirikan komunitas serupa di kotanya, Tangerang Selatan. Seniman Ruang Rupa asal Tangsel pun banyak yang berkecimpung di dalamnya. Walaupun hingga kini, perumahan terbesar BSD belum memberi mereka ijin didirikannya area seni, rutinitas kumpul Hilmi lebih sering di hunian terbesar di kawasan Tangerang itu.
“Kita komunitas seni dan kreatif dan enggak terikat.Saya maunya kita bergerak dulu deh, sampai orang-orang sekitar diharapkan ikut tergerak,” kata dia.
Hilmi percaya, kreatifitas anak muda Tangerang Selatan, terutama BSD, akan jauh berkembang jika ada wadahnya. Saat ini, diapun tidak terlalu mempermasalahkan, basecamp tetap maupun tempat tongkrongan.
Terpenting baginya, komunitas yang sudah dibangunnya bersama teman-temannya itu terus bergerak menunjukan berbagai aksi seni. “Termasuk rencana kami menghias tembok disalah satu perumahan BSD yang mengepung perumahan kampung, yang tidak diberi jalan,” katanya.
Pada Sea Games kemarin, BSD Art Movement diminta Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk mengisi pembukaan Sea Games di Jakarta. Saat itu lokasi Bundaran HI dipilih untuk mempromosikan kegiatan olahraga terbesar se ASEAN itu.
“Kemarin pun kami merancang panggung pemilihan Abang None Jakarta Barat,” aku Hilmi. Rencananya akan merancang panggung pemilihan Abang None Jakarta Juni nanti.(pramita/susilo)