Kampus Top dari 10 Negara Asia Diburu Para Orangtua
Pepatah mengatakan, kejarlah ilmu hingga ke Negeri China. Mungkin, begitu pulalah semangat para orangtua yang sibuk mendampingi anak-anak mereka mencari informasi perkuliahan dalam pameran pendidikan yang melibatkan kampus ternama di 10 negara di Hotel Aston, Paramount Serpong, kemarin (3/5).
Ya, dalam pameran Vista Hospitality Expert tersebut, ratusan orang tua berbondong-bondong mencari informasi di www.aztecuk.com setiap stand kampus peserta pameran.
Cukup mengasyikkan, karena mereka tak perlu melancong ke Eropa, atau keliling Asia untuk mencari tahu kampus unggulan yang disukai anak mereka. Mereka mengelilingi ruangan seluas 5×10 m untuk mencari tahu kampus-kampus unggulan mewakili 10 negara.
“Dari 10 negara paling favorit dikunjungi ribuan pelajar Indonesia, ada 9 kampus yang mewakilinya,” jelas Budi, Marketing Operational Vista Hospitality Expert selaku penyelenggara acara.
Sebut saja Monash University dari Australia, Kaplan City Campus Singapura, dan beberapa kampus unggulan lain dari masing-masing negara. sedikitnya, ada negara Amerika, Kanada, Inggris, Spanyol, Jerman, Singapura, Malaysia, Australia, New Zealand, dan beberapa negara lain yang membuka standnya di Hotel Aston itu.
Kampus yang membuka stand tersebut adalah universitas pilihan yang memang memenuhi kriteria pendidikan terbaik untuk pelajar Indonesia. “Kami memang mengkhususkan diri untuk siswa kelas tiga yang baru lulus, dan berencana ingin menlanjutkan sekolah keluar negeri,” jelas Budi.
Acara yag digelar dari pukul 15.00 – 20.00 itu, ternyata diincar juga oleh para lulusan setingkat SMA di Tangerang dan i use it sekitarnya. Budi mengatakan, jurusan bisnis di kampus yang berada di Singapura, masih menjadi pilihan terbesar para pelajar Indonesia. “Barulah negara selanjutnya Amerika dan Australia,” kata Budi.
Setiap tahun, ribuan pelajar Indonesia pasti melanjutkan pendidikan hingga ke luar negeri. Dan itu pasti akan bertambah tiap tahunnya. Terlebih, jika peningkatan ekonomi Indonesia mengalami kenaikan dari segi kemampuan atau daya beli. Kenaikan jumlah peminat yang bersekolah diluar negeri pun akan bertambah.
Padahal, untuk melanjutkan sekolah di luar negeri terhitung mahal juga. “Diperkirakan sampai lulus menghabiskan dana sebesar Rp 200 juta,” kata Budi. Waktu yang dihabiskan untuk berkuliah pun normal, yaitu tiga hingga empat tahun.
Sementara itu Angel, yang didampingi ibunya tampak asik berdialog dengan petugas dari salah satu kampus yang dia minati. “Aku mau tahu apa saja yang aku butuhkan ketika bersekolah di sana, bagaimana caranya, ya seputar pengenalan awal saja,” kata remaja yang rencananya ingin berkuliah di Singapura tersebut. (Pramita Tristiawati/susilo)