Petakan Masalah Perusahaan, Tawarkan Solusi ala Kevin Wu

F-KEVIN WU-MITA

Masih muda, Kevin Wu (32) sudah punya tiga perusahaan yang bergerak di good choice bidang trainning. Dia pun membagi pengalaman dalam buku yang berjudul Quality Implementation (QI) Leadership, dan membedahnya di depan pengunjung mal.
Tidak perlu merogoh kantong sangat dalam untuk mengikuti bedah buku atau pelatihan leadership. Minggu (22/4), di panggung atrium utama Supermal Karawaci, Kabupaten Tangerang, berdiri seorang pengusaha handal nan muda, Kevin Wu.
Gagah dengan kemeja putih berbalut jas hitam, tidak harus repot membawa buku atau peraga lainnya untuk berbicara di hadapan audiens. Hanya microfon dan remot untuk kendalikan slide acara bedah bukunya.
Kevin tidak meminta uang seperserpun untuk membagi ilmu management leadership. Dia membaginya secara gratis di depan ratusan pengunjung yang antusias memperhatikannya. “Saya ingin membagi ilmu kepada semua orang, apa yang ada di buku karangan saya,” ujar pria lulusan Fakultas Manajemen Pemasaran Institut Bisnis & Informasi Indonesia (IBII), Jakarta itu.
Setelah lulus, Kevin pun melanjutkan berbagai pelatihan dengan pembisnis maupun motivator dunia. Seperti Stephen R. Covey, Jim Rohn (USA), Roger Hamilton (Singapore), Daniel Priestley (UK), George Bean (USA), James Gwee (Indonesia), dan Andrie Wongso (Indonesia).
Lelaki yang pada usia 28 tahun sudah mempunyai tiga perusahaan yag bergerak di bidang pelatihan maupun motivasi ini, memberikan gambaran apa saja yang sebenarnya harus dihindari ketika berada dalam satu perusahaan.
“Pemimpin yang tidak efektif, tujuan atau gol yang tidak jelas, dan tidak tahu bagaimana cara mencapainya,” ungkap Kevin. Selain itu, faktor lain adalah yang sudah menjangkit di budaya Indonesia secara kesuluruhan, Kevin menyebutnya dengan teori sindrom kepiting di dalam ember.
Yaitu, ketika dalam satu organisasi atau perusahaan, terdapat budaya negatif yang akut menjangkit anggota atau karyawan pada perusahaan itu. misalnya, jelas Kevin, ketika orang jujur dan berprestasi dibilang penjilat, cari muka, atau ejekan negatif lainnya, yang membuatnya tersingkir secara sendiri.
“Dan terakhir yang harus dicermati para pemimpin perusahaan adalah, sistem kompenasi yang harus efektif,” ujar Kevin. Jika sudah mengetahui penyebab apa saja yang membuat perusahaan bangkrut, dia menyarankan harus membawa dan mengarahkan kembali perusahaan pada tujuan semula.
Kevin pun menjelaskan, pembuatan bukunya berasal dari pengalaman yang terjadi dilapangan. Dengan bukunya itu, Kevin mengaku sudah mensukseskan atau membangkitkan kembali berbagai macam perusahaan yang dilatihnya.
“Berbagai bank swasta dan finance besar, majalah atau media, hingga ratusan perusahaan yang berhasil saya trainning menggunakan buku ini,” ujar pria yang juga membawakan acara rohani Buddha disalah satu tv swasta itu. Kevin berbeda dengan trainner maupun motivator lain, dia tidak menyembunyikan fakta apa sebenarnya yag terjadi dilapangan.
Kevin selalu berusaha menguak apa yang sebenarnya terjadi, lalu menawarkan solusi yang sudah diberikan kepada banyak klien besarnya. Hingga pantaslah, buku yang dia beri nama Quality Implementation (QI) itu solusi nyata untuk mengatasi permasalahan diberbagai perusahaan.(mita)