Letusan Rinjani Biang Perubahan Iklim Abad ke 13
PARIS, SNOL Pertanyaan besar para ahli mengenai ledakan besar yang sempat merubah iklim bumi di pertengahan abad ke 13 terjawab sudah. Jawabannya adalah Gunung Rinjani di Lombok, NTB.
Gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia inilah yang diyakini sebagai ‘’biang’’ malapetaka yang menerjang peradaban manusia hampir di seluruh daratan bumi pada abad itu.
Hal ini terungkap dari hasil penelitian para ahli geologi yang dipimpin oleh Prof. Franck Lavigne dari Universite Paris 1 Pantheon-Sorbonne, Prancis. Dalam naskah yang dipublikasikan pada jurnal Proceedings of the birchtreecenter.org National Academy of Sciences of The United State of America diketahui bahwa ledakan Gunung Samalas (bagian dari Rinjani saat ini, Red) tersebut terjadi antara bulan Mei-Oktober tahun 1257.
“Ini adalah sesuatu yang dicari oleh masyarakat sejak dulu,’’ ujar Lavigne sepertid ikutip dari halaman National Geographic.
Teka-teki ini sendiri bermula dari penemuan sisa abu vulkanik yang tertimbun dalam inti lapisan es baik di kutub utara dan kutub selatan sejak dua dekade lalu. Dari hasil uji karbon diyakini bahwa abu tersebut berasal dari pertengahan abad ke 13. Pertanyaannya kemudiangunung apa gerangan yang meletus hingga mengirim abu demikian jauh hingga ke dua kutub bumi?
Sejak saat itu para ahli melakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan ini. Mereka sempat menduga letusan tersebut berasal dari gunung el Chichon di Mexico dan Oktania di Selandia Baru. Namun bukti ini ditolak para ahli karena sisa ledakan dua gunung itu tak begitu mirip dengan sampel yang ditemukan di Antartika dan cialis without prescription Geenland.
Bertahun-tahun kemudian kecurigaan para pakar ini mengarah pada Rinjani. Sebuah komplek gunung api dengan sisa ledakan berupa kawah raksasa yang membentuk Segara Anak saat ini. Sebuah kaldera demikian besar pasti merupakan hasil dari letusan yang demikian dahsyat.
Dari serangkaian penelitian diketahui bahwa kandungan sisa letusan di seputaran Rinjani sangat mirip dengan hasil penggalian di kutub. Dari uji karbon juga diketahui umur endapan sisa letusan tersebut berasal dari periode yang sama.
‘’Ini bukti yang sangat kuat dan menerik,’’ kata Prof CliveOppenheimer, dari Cambridge University, kepada BBC, Senin (30/9).
Selain bukti geologis para pakar juga mengkaji sejumlah bukti sejarah tertulis dari periode yang sama. Misalnya para peneliti menemukan naskah-naskah dari tahun tersebut yang mengisahkan bagaimana buruknya cuaca di Eropa pada masa itu. Seperti di Arras wilayah utara Prancis disebutkan pada Januari 1258 cuaca demikian tidak menentu.
Kumpulan abu Rinjani yang mengapung di atmosfir telah menutup langit. Kemudian menghalangi sinar matahari menyentuh bumi. Hasilnya daratan seperti membeku dengan hujan beserta abu yang membuat ladang-ladang gagal panen. Bahan pangan menipis memicu kelaparan yang meluas. Ini adalah tahun tanpa musim panas.
Kemudian para arkeolog beberapa waktu lalu menemukan ratusan kerangka manusia yang dikubur secara massal di http://www.100krefresh.com/high-quality-cialis London. Diketahui kerangka tersebut berasal dari tahun 1258.
“Kami tidak bisa mengatakan dengan pasti dua peristiwa itu (letusan Rinjani dan kuburan massal) terkait, tetapi populasi pasti telah tertekan,” tambah Lavigne kepada BBC.
Sementara itu di Lombok para ahli mengkaitkan “malapetaka” ini dengan naskah Babad Lombok yang mengisahkan tentang letusan Gunung Samalas dan Rinjani yang mengubur sebuah kawasan permukiman bernama Pamatan yang disebut sebagai ibukota sebuah kerajaan Lombok.
Naskah dalam daun lontar ini ini bercerita tentang abu panas yang menghujam daratan juga menimbun penduduk kerajaan itu. “Besar kemungkinan ibukota kerajaan itu masih tertimbun oleh material letusan. Saya harap para arkeolog menemukannya,” tambah
Lavigne.
Hipotesa terkuburnya kerajaan tua di Lombok oleh abu letusan ini mungkin saja terjadi. Sejarah mencatat hal yang sama pernah terjadi pada kerajaan Pekat dan Sanggar di Sumbawa, NTB yang tertimbun oleh letusan Tambora pada 1815. Latusan paling besar yang terekam paling lengkap dalam sejarah manusia moderen.
“Sampai saat ini kita masih mengira bahwa letusan Tambora adalah yang terbesar selama 3700 tahun ini. Tapi penelitian mengungkapkan (letusan) tahun 1257 jauh lebih besar,’’ tambah Lavigne. (zul/jpnn)