Martimus: Indonesia Membutuhkan Habib Rizieq Shihab
Gerakan-gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar Front Pembela Islam (FPI) mestinya disambut baik, meski terkadang berujung bentrok. Sebab keadilan sebuah negara bukan hanya diukur dengan toleransi terhadap ketidaksepahaman, tapi juga toleransi terhadap pembangkangan otoritas yang mengalami disfungsi.
“Kita mustinya bersyukur dengan kehadiran orang-orang kritis seperti Habib Rizieq. Dunia memang penuh dengan orang yang anti ketidakadilan, tapi sedikit saja dari mereka yang berani memperjuangkan,” ujar pengamat hukum dari The Indonesian Reform, Martimus Amin malam ini (Kamis, 25/7).
Martimus mengungkapkan itu karena keberadaan tempat-tempat maksiat di negara ini sudah merajalela sehingga tidak dapat ditolerir lagi. Tidak hanya merusak nilai-nilai keluarga, keberadaan tempat hiburan malam menghancurkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Jadi bangsa yang cerdas hidup dalam kondisi negara karut marut ini, tentunya lebih membutuhkan sosok dan perjuangan seorang Habib Rizieq daripada penguasa maksiat,” tegasnya.
Lebih jauh Martimus berpendapat, penegasan Habib Rizieq yang menyebut SBY bukan seorang negarawan, tapi seorang pecundang dan penebar fitnah, tak bisa memperkarakan kalau SBY tidak secara langsung mengadukannya.
“Disini kami perlu menggarisbawahi polisi tidak dapat melakukan penyelidikan jika tidak ada aduan langsung dari SBY, karena pasal penghinaan Presiden sudah dihapus dari KUHP,” tandasnya. (zul/rmol)