Hanya Satu Jantung, Kembar Siam Kediri Tidak Bisa Dipisahkan
SURABAYA,SNOL Ada yang mengejutkan dari pemeriksaan bayi kembar siam asal Kediri. Berdasar hasil pemeriksaan echocardiography, diketahui ada kelainan serius pada bayi kembar siam tersebut. Pemeriksaan anatomi yang dilakukan tim dokter menunjukkan bahwa kedua bayi hanya memiliki satu jantung. Karena itu, tim dokter memastikan mereka tidak dapat dipisahkan.
Ketua Tim Kembar Siam Terpadu RSUD dr Soetomo dr Agus Harianto SpA (K) menjelaskan, letak jantung yang menyatu antara dua dada bayi tersebut tidak memungkinkan Citra-Neiza dipisahkan. “Bayi ini tidak bisa dipisahkan. Sebab, jantungnya hanya satu. Mereka hanya bisa hidup berdua. Kalau harus meninggal pun, berdua,” ujar Agus kemarin (19/7).
Itu disebabkan jantung dua bayi tersebut saling terhubung. Apabila tetap dioperasi, berisiko tinggi terjadi kegagalan. Agus juga memaparkan bahwa masing-masing bayi memiliki kelainan yang cukup kompleks.
Misalnya, atrium kanan antara bayi 1 dan 2 saling terhubung. Tingkat harapan hidup tidak setinggi bayi kembar siam Wiyung yang hanya mengalami dempet panggul dengan satu anus. Dia mengatakan, dalam kasus seperti itu, peluang untuk bertahan hidup paling lama dua tahun. Namun, sebagian besar hanya bertahan 69 hari.
Kini, tim hanya bisa melakukan perawatan yang sama dengan bayi kembar siam lain. Untuk tahap pertama, tim dokter akan meningkatkan berat badan bayi. Perawatannya, antara lain, dengan memberikan nutrisi, oksigen, dan obat-obatan agar kedua bayi bisa bertahan.
“Yang terpenting adalah bagaimana agar dua bayi itu bisa survive. Salah satunya memberikan asupan nutrisi. Sayangnya, sudah dipastikan bayi itu tidak bisa terpisah,” ujarnya. Sebelumnya, tim kembar siam juga melakukan terapi sinar kepada kedua bayi karena keduanya agak kuning.
Sementara itu, bayi kembar siam Wiyung masih dalam tahap stabilisasi. Kondisi keduanya belum sepenuhnya stabil karena ada kelainan jantung bawaan, ASD, VSD, dan PDA sehingga dapat menjadi ancaman terjadinya gagal fungsi jantung. Meski demikian, kondisi kesehatan mereka sudah mengalami kemajuan.
Telapak kaki bayi kedua yang sebelumnya terbuka sekarang sudah menutup. Tim dokter juga melakukan echocardiography untuk kali kedua. “Pemeriksaan itu dilakukan setiap 3-4 hari sekali,” ucapnya.
Untuk meningkatkan tumbuh kembang bayi, tim dokter memberikan asupan makanan dan susu serta obat-obatan agar tidak terjadi payet (payah) jantung.
Lain lagi kondisi perkembangan kembar siam Banyuwangi Nurul-Rahma. Kondisi kesehatan mereka mengalami kemajuan. Berat badan mereka kini 8.400 gram. Jika berat badan sudah mencapai 10.000 gram, tim akan melakukan pemeriksaan invasif untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan anatomi secara detail. “Hasil pemeriksaan itu nanti sebagai dasar untuk melakukan operasi pemisahan,” terangnya.
Yang menggembirakan, sudah ada dermawan yang tergerak hatinya untuk menyumbang kebutuhan bayi kembar siam tersebut. Agus berharap langkah serupa diikuti orang lain. Sebab, tiga bayi kembar siam yang dirawat di RSUD dr Soetomo itu sangat membutuhkan dukungan materi maupun psikologis.
Sementara itu, anggota tim dr Arie Vitariani SpAn menjelaskan, syarat bayi bisa dioperasi harus memiliki berat badan sekitar 10 kg. “Itu merupakan modal dasar operasi. Kalau bobot sudah mencukupi, baru bisa dilakukan pemisahan,” jelas spesialis anestesi tersebut.
Biasanya, dibutuhkan waktu enam bulan agar berat badan bayi meningkat. Tapi, jika bayi survive dan sehat, umur satu tahun paling bagus untuk dioperasi.
Menurut Arie, sebelum dioperasi, bayi harus melalui tahap diagnostik, seperti pemeriksaan pembuluh darah. Selain itu, bayi harus mengalami perkembangan yang terus naik. Saat ini, sudah ada empat bayi kembar siam yang ditangani RSUD dr Soetomo. Bayi tersebut berasal dari Banyuwangi, Wiyung, Kediri, dan Palembang.
Namun, untuk Palembang, bayi tidak dibawa ke Surabaya. Hanya, tim kembar siam turut menangani bayi tersebut. Selain memantau dan berkoordinasi, tim sudah melakukan pemeriksaan beberapa kali ke Palembang. Informasinya, kembar siam Palembang mengalami kondisi yang sama dengan bayi Kediri.
Menurut Kepala IRD Urip Murtedjo SpB (KL), kedua orang tua bayi Kediri sudah memahami kondisi bayinya. Sejak awal, tim dokter menjelaskan risiko yang bisa terjadi dengan bayi kembar siam itu. Kedua orang tua pun mengaku pasrah.
“Kami sudah memberikan pemahaman kepada mereka dan keduanya mau memahami berbagai risiko yang akan terjadi,” jelas spesialis bedah kepala dan leher itu. Namun, tim dokter akan berusaha maksimal dan fokus memberikan pelayanan terbaik agar ketiga bayi kembar siam yang saat ini sedang ditangani bisa survive. (chu/kit/c6/end/jpnn)