Konsumsi Berlebih Kelas Menengah Dorong Inflasi
SERANG,SNOL Kenaikan harga-harga bahan pokok pada Ramadhan selama ini disebut karena faktor distribusi yang panjang dan monopoli, kelemahan pengawasan pemerintah dan supply, serta dorongan kenaikan harga BBM.
Padahal, ada satu hal yang kurang diperhatikan berkaitan dengan kenaikan harga-harga tersebut. Yaitu, pola konsumsi yang meningkat dari masyarakat terutama masyarakat kelas menengah yang mampu.
Ekonom Dahnil Anzar Simanjuntak, kepada Rakyat Merdeka Online petang tadi (Selasa, 16/7), mengungkapkan, sejatinya, puasa mengurangi konsumsi. Tapi, fakta yang terjadi sebaliknya. Masyarakat justru meningkatkan konsumsi.
“Peningkatan konsumsi, khususnya kelas menengah yang mampu secara ekonomi inilah yang ikut menjadi pemicu kenaikan harga-harga bahan pokok di pasar. Karena permintaan sangat tinggi, sedangkan supply terbatas atau dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menaikkan harga. Korbannya tentu masyarakat yang tidak mampu yang memiliki daya beli rendah,” jelas Dahnil.
Prilaku konsumsi berlebihan kelas menengah ini secara tidak langsung juga merampas daya beli orang orang yang tidak mampu. Karena itu, perlu diimbau kepada masyarakat kelas menengah yang mampu untuk memaknai puasa dengan baik, yakni menahan diri dan berempati terhadap lingkungan sosial khususnya mereka yang miskin, dengan mengurangi konsumsi saat Ramadhan.
“Hal ini dengan sendirinya juga berkontribusi untuk menstabilkan harga. Sebaliknya konsumsi berlebihan akan mengkerek harga-harga naik, dan mengorbankan mereka yang memiliki daya beli lemah,” tandas pengajar Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten ini.(zul/rmol)