Figur Populer vs Parpol Gendut di Pilgub Banten
SERANG,SNOL Pertarungan head to head Rano Karno-Embay Mulya Syarif dengan Wahidin Halim-Andika Hazrumy dipastikan seru. Sama-sama kuat, sama-sama berpeluang dan sama-sama berpengalaman. Namun pasti ada yang menang dan ada yang kalah.
Pada pilgub Banten ini parpol gendut alias borong parpol kubu WH bukan jaminan bisa mengalahkan calon petahana Rano. Sebaliknya, mengandalkan figur kepopuleran Rano tanpa pergerakan mengakar ke bawah, juga akan sulit mengalahkan WH.
“Saya kira masyarakat Indonesia sudah sangat cair dalam memilih pemimpin. Dalam konteks Pilgub Banten ini, parpol tidak cukup punya pengaruh dalam menentukan kemenangan calon. Ada banyak kasus parpol tidak signifikan dalam memengaruhi kemenangan,” papar Dekan FISIP Unsera Abdul Malik saat dihubungi, kemarin.
Dari pengamatan Malik, yang lebih memengaruhi pemilih adalah sosok calon. Apakah sosok itu populer atau tidak. Jejaring calon juga cukup menentukan dalam pemenangan pilgub. Dia pun memastikan bahwa parpol tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap kemenangan calon.
“Parpol sekarang lebih menjadi perahu saja buat calon dalam memenuhi persyaratan di KPU. Sebab kalaupun calon punya nama besar dan punya jejaring bagus, tentu tetap membutuhkan parpol sebagai perahunya,” katanya.
Apakah suara parpol Pada Pileg 2014 lalu akan sejalan dengan perolehan suara Pilgub Banten 2017? Malik mengatakan, pemilih calon anggota legislatif belum tentu menjatuhkan pilihannya pada pasangan calon yang diusung parpol anggota legislatif tersebut.
“Di Garut, Jawa Barat, calon independen bisa menang mengalahkan koalisi besar parpol. Jadi, saya kira nggak. Yang memengaruhi kemenangan pasangan calon itu ialah bagaimana calon itu punya tingkat popularitas yang tinggi. Selain itu, mampu membangun komunikasi politik yang persuasif dan tepat sasaran,” ucapnya.
Pengamat politik Suaedi menambahkan, jika dilihat dari komposisi koalisi partai, pasangan WH-Andika lebih unggul. Belum lagi jika ditambah dengan dukungan dari tujuh kepala daerah se-Banten.
“Kalau dilihat dari kasat mata, memang pasangan WH-Andika lebih unggul dibanding Rano-Embay. Tapi itu bukan salah satu indikator untuk memenangkan Pilgub Banten. Karena masih ada variabel lainnya, seperti hasil survei dan komitmen membangun daerah,” ujarnya.
Sekjen DPD Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Banten Ersad Andi Purnama menjelaskan soal koalisi besar ini. Rano, imbuhnya, Rano tidak perlu takut karena berpihak ke rakyat. Simpul-simpul rakyatlah yang akan menggerakkan rakyat untuk menolak politik uang dan antidinasti.
“Koalisi rakyat akan lebih hebat dibandingkan WH-Andika yang bergantung pada parpol. Masyarakat meyakini kemiskinan di Banten ini akibat dari sistem buruk yang dilahirkan oleh pemimpin buruk. Karena itu mari kita pilih gubernur bersih yang akan menciptakan Banten bersih yang berdampak luas bagi kemajuan Banten,” urainya.
Plt Ketua DPD Demokrat Banten Aeng Haerudin sepakat koalisi gendut tidak menjamin pasangan menang. Aeng juga setuju faktor kualitas figur calonlah yang menjadi kunci utama kemenangan.
“Dengan kualitas calon yang kita usung, kalau ibarat dagangan, kita akan mudah memasarkan. Di Banten saya yakin figur WH dan Andika cukup baik untuk dijual, dan itu menurut saya tidak sulit,” tuturnya saat dihubungi, kemarin.
Menurut mantan Ketua DPRD Provinsi Banten ini, koalisi gendut di tubuh pasangan WH-Andika saat ini adalah suatu keuntungan memudahkan memenangkan pilgub.
“Kalkulasi politik kita, dengan struktur partai yang dimiliki semua parpol pengusung WH-Andika, jika kita hitung sampai tingkatan anak ranting saja, kita yakin menang. Ditambah lagi dengan jaringan dan relawan-relawan yang kita miliki,” tambahnya.
Meski demikian, lanjut Aeng, koalisi gendut tidak akan berarti apa-apa jika seluruh mesin partai tidak bergerak mengamankan calon yang diusungnya.
“Kemenangan bisa kita rebut asal semua partai koalisi bekerja. Karena calon ini kan hanya dagangan dan marketingnya adalah partai koalisi. Jadi ibaratnya yang penting manejemennya,” tukasnya.
Senada Ketua DPW PKS Provinsi Banten Miptahudin meyakini dengan memiliki teman koalisi parpol yang banyak menjadi keuntungan tersendiri.
“Logikanya dengan banyaknya partai pendukung potensi untuk menangnya lebih besar. Apalagi ditambah visi yang jelas dari pasangan untuk membangun,” ungkapnya saat dihubungi kemarin.
Miptahudin juga meyakini seluruh parpol koalisi pengusung satu suara dalam pilgub nanti. “Konsolidasi tim tetap terjaga hingga kini, itu terlihat saat deklarasi bersama,” imbuhnya.
Pada Pilgub Banten 2017, pasangan WH-Andika mendapatkan banyak dukungan partai. Parpol yang mengusungnya adalah Golkar (15 kursi), Gerindra (10 kursi), Demokrat (8 kursi), PKS (8 kursi), PKB (7 kursi), Hanura (6 kursi) dan PAN (3 kursi) atau 57 kursi.
Sementara, pasangan Rano Karno-Embay Mulya Syarif hanya didukung 28 kursi DPRD Banten, yaitu PDIP 15 kursi, PPP 8 kursi, dan Nasdem 5 kursi atau 28 kursi. (mg10/ned/rus/aep/dm/bnn/satelitnews)