Gerindra Hilang Gairah
ADA apa dengan Gerindra? Awalnya begitu bergairah mengusung calonnya, tapi di tengah jalan loyo. Padahal partai besutan Prabowo ini pemilik kursi ketiga terbanyak di DPRD Banten. Hanya butuh 7 kursi tambahan agar bisa mengusung calon sendiri. Mungkin Gerindra sedang menyusun strategi besar?
Sebelumnya, Ketua Gerindra Banten Budi Heryadi menyatakan siap maju Banten 1. Dia aktif sosialisasi ke penjuru Banten menyapa warga. Di internal parpol pun mendapat dukungan Gerindra kabupaten dan kota.
Ditambah spanduk, poster, stiker dan baliho bertebaran di sejumlah titik strategis di Banten. Bahkan media lokal seringkali memberitakannya. Sayangnya belum mendapat respons baik dari masyarakat dan nyaris tak terlihat dalam survei.
Gerindra tidak berusaha mencari alternatif kader lain untuk ditawarkan ke publik. Misalnya “menurunkan” tokoh pengurus dari pusat untuk bertarung seperti di Pilgub DKI. Mungkin bagi Gerindra, DKI jauh lebih penting dikuasai ketimbang Banten.
Melihat kondisi ini, target membidik Banten 1 dari kader partai sepertinya sudah tertutup. Gerindra mulai memasang strategi lain, yakni membidik kursi Banten 2. Pilihannya ada dua. Menawarkan kader partai ke calon gubernur terkuat atau menarik tokoh non partai yang bisa dijual.
Budi sendiri kelihatannya terus melakukan komunikasi politik dengan partai lain dan para calon gubernur terkuat. Sepuluh kursi DPRD, soliditas dukungan Gerindra kabupaten dan kota menjadi modal utama penjajakan koalisi Gerindra.
Namun di saat bersamaan, diam-diam pengurus pusat melobi Ahmad Taufik Nuriman (ATN) agar mau menjadi Ketua DPD Gerindra Banten. Itung-itungannya, jika ATN menjadi cawagub maka otomatis menjadi bagian dari kader Gerindra.
Lobi terhadap ATN kabarnya dilakukan langsung oleh Hasyim Djoyohadikusumo di Jakarta. ATN dilirik mungkin selain punya pengalaman dua periode menjadi Bupati Serang, juga berlatar belakang Kopassus TNI.
Hanya saja skenario terakhir menarik ATN ke dalam Gerindra mendapat perlawanan dari Budi dan para pendukungnya. Akhirnya, wacana itu tak terdengar lagi. Posisi Budi hingga saat ini masih aman di kursi Ketua Gerindra Banten.
Gerindra Banten pun makin leluasa bermanuver menggalang koalisi dengan partai lain. Gerindra sepertinya sama dengan skenario Golkar, menawarkan kader di posisi Banten 2 untuk dipinang kandidat terkuat. Bisa dengan Rano Karno atau Wahidin Halim.
Kini, Gerindra sudah masuk dalam koalisi 6 partai bersama Golkar, Demokrat dan PKS. Tapi peluang Banten 2 bagi Gerindra di koalisi ini cukup sulit. Golkar yang mematok Banten 2 punya kursi lebih banyak. Andika Hazrumy yang diusung sebagai calon sedikit lebih popular dibanding Budi. Golkar menang 2 poin.
Mungkinkah Gerindra akan pindah ke lain hati? Berkoalisi dengan PDIP, misalnya? Bisa saja terjadi. Tapi pasti PDIP memberi syarat. Gerindra harus menyodorkan wakil yang lebih populer dan membawa kemenangan. Atau syarat lainnya, tidak menyodorkan kader internal atau mendukung Rano yang tulus tanpa embel-embel.
Lalu adakah skenario lain dari Gerindra? Waktu pendaftaran calon tinggal 1,5 bulan. Sudah sangat dekat. Berpikir cepat dan keluar dari kebiasaan bisa menjadi solusinya. Tinggal berani apa tidak untuk mencobanya. (*/tim rakyat merdeka grup)