Krisis Air Tanah Ancam Kabupaten Tangerang
TIGARAKSA,SNOL Kabupaten Tangerang terancam mengalami krisi air bersih. Penyedotan air tanah besar-besaran oleh industri serta kondisi pencemaran Sungai Cisadane jika tidak mendapatkan penanganan serius bukan tidak mungkin warga Tangerang akan kesulitan memperoleh air bersih.
Direktur Eksekutif Wahana Hijau Fortuna (WHF) Romly Revolvere untuk mencegah terjadinya krisis air, Pemerintah Kabupaten Tangerang harus memperketat pemberian izin pemanfaatan air tanah bagi industri.
“Kalaupun nanti akibat adanya peraturan baru yang menyatakan perijinan air tanah dikelola oleh provinsi, Pemkab Tangerang harus proaktif melindungi wilayahnya dengan memberikan data-data daerah mana saja yang mengalami krisis air tanah, sehingga Pemrov Banten tidak mengeluarkan izinnya,” ujar Romly.
Kabid Energi dan Sumber Daya Mineral Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tangerang, Ujang Sudiarto mengatakan pihaknya mencatat sebanyak lima kecamatan di Kabupaten Tangerang mengalami krisis air bawah tanah. Kondisi ini diduga Dinas Perindustrian dan Perdagangan akibat pemakaian berlebihan dan banyak industri yang menggunakan air bawah tanah.
Kelima kecamatan tersebut adalah Kosambi, Balaraja, Pasar Kemis, Kelapa Dua dan Mauk. Menurutnya, wilayah yang mengalami kerusakan terparah terjadi di Kecamatan Pasar Kemis, tepatnya di Desa Sukaasih.
“Rusak disini bukan berarti tidak bisa digunakan airnya, tapi air yang ada dalam tanah jumlahnya menurun karena pemakaian yang berlebihan. Daerah yang mengalami kerusakan tersebut kebanyakan dihuni oleh industri, tapi pemakaian air bawah tanah ini tidak hanya industri, masyarakat juga berperan,” ungkap Ujang.
Jika pemakaian terus terjadi tanpa terkendali, kata Ujang, bukan tidak mungkin dalam kurun waktu 25 tahun mendatang Kabupaten Tangerang bakal kehabisan air bersih. Untuk mengantisipasi terjadinya acaman krisis air yang lebih parah, pemerintah menyerukan setiap industri atau pabrik untuk menggunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) atau Aertra sebagai penyuplai air bersih.
“Para pemilik usaha ini diwajibkan menjaga keutuhan air bawah tanah tersebut, agar air-air yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari ini tetap terjaga kelestariannya dan bisa terus digunakan,” jelasnya.
Tanda-tanda kerusakan akibat krisis air bawah tanah itu sendiri bisa dilihat dari letak permukaan tanah. Di mana permukaan tanah yang mengalami krisis air ini sedikit menurun akibat beban yang berat. “Tekanan di atas kencang tapi di bawahnya hampa tidak ada air. Makanya tanahnya sedikit menurun,” urainya.
Untuk itu, ia akan terus melakukan pengawasan penggunaan air bawah tanah ini oleh seluruh elemen. Ia memiliki impian agar Kabupaten Tangerang tetap dapat menikmati air bersih meski banyak dihuni ribuan pabrik. “Terutama pantura, banyak sekali yang sekarang status sedang krisis air bawah tanah tersebut,” tandasnya. (mujeeb/aditya/hendra/satelitnews)