Jambe Nihil Palang Perlintasan Kereta

JAMBE,SNOL—Maraknya kecelakaan pada perlintasan kereta api akibat tidak adanya palang pintu membuat Camat Jambe Rudi Lesmana cemas. Dikarenakan wilayahnya yang dilitasi jalur kereta dan berbatasan dengan Bogor itu belum memiliki palang pintu.            “Kami khawatir ada warga yang menjadi korban akibat tidak adanya palang pintu kereta api. Proposal pengajuannya sendiri sudah diajukan oleh kepala desa setempat kepada Dishub (Dinas Perhubungan,red). Makanya kami berharap dapat terlaksana pemasangan palang pintu ini,” ujar Camat Jambe Rudi Lesmana kepada Satelit News, kemarin.

            Menurut Rudi, dengan adanya palang pintu ini dapat mengantisipasi terjadinya kecelakaan terhadap pengguna jalan, baik itu roda dua atau roda empat. Kendati demikian, sejauh ini pihaknya belum pernah mendapat laporan terjadinya kecelakaan lalu lintas akibat tidak adanya palang pintu perlintasan kereta api.

            “Makanya diajukan permohonan pembuatan palang pintu ini sebagai antisipasi jatuhnya korban pada perlintasan keret api. Jangan sampai ada korban baru dibuatkan pembatasnya,” jelasnya.

            Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Tangerang, Nono Sudarno mengaku sudah menerima laporan permohonan pembuatan palang pintu di perlintasan kereta api di Kecamatan Jambe. Hanya saja sebelum dilakukan pembuatannya perlu dilakukan inventarisir oleh PT Kereta Api Indonesia. Setelah itu, baru dilanjutkan dengan pembangunan pembatas rel kereta.

            “Tidak bisa langsung dibuatkan sebelum melakukan koordinasi dengan PT KAI, tapi yang jelas kami sudah terima proposal pengajuan pembuatan pintu rel kereta api. Selain itu, kami juga perlu menganggarkan biayanya berapa banyak,” akunya saat dihubungi lewat telepon genggamnya.

            Selain itu, kata Nono, persoalan lain yang dihadapi adalah tenaga pengawas di perlintasan kereta api. Dimana pintu rel kereta tersebut tidak dapat bekerja secara otomatis. Pintu-pintu tersebut digerakan oleh seorang petugas yang ada di dalam pos penjagaan.

            “Pegawainya bukan dari kami, biasanya masyarakat sekitar yang diberdayakan oleh PT KAI. Persoalan gajinya kami juga kurang begitu memahami apakah pihak stasiun atau bukan,” pungkasnya. (mujeeb/aditya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.