Sopir Angkot Ogah Alih Profesi
JATIUWUNG, SNOL—Tawaran Pemkot Tangerang untuk menyalurkan pengemudi angkot yang terdampak BRT (Bus Rapid Transport) tidak ditanggapi pengemudi angkutan umum. Mereka lebih memilih tetap menjadi pengemudi angkutan umum walaupun di trayek berbeda.
Salah seorang pengemudi angkutan umum trayek T-01 Jurusan Jatake-Poris Plawad Freddy Pasaribu dalam sosialisasi angkutan massal berbasis angkutan yang digelar oleh Dishub Kota Tangerang, Selasa (22/9) di Kecamatan Jatiuwung mengatakan, dirinya bersama teman-temannya tidak mempermasalahkan adanya program pemerintah yang akan mengganti moda transportasi dari angkutan umum ke bus sedang di trayek yang saat ini menjadi mata pencariannya.
Meski mendukung, namun jelasnya itu tidak sejalan dengan dukungan terhadap pengalihan profesi dimana nantinya selain akan dijadikan operator BRT, mereka juga dijadikan pengemudi taksi dengan perusahaan taksi yang sudah bekerja dengan Pemkot.
“Kami tidak berminat menjadi sopir taksi, bukan solusi untuk kami. Lebih berat mencari penumpangnya,”ujar Freddy, kemarin.
Dikatakannya, pihaknya juga meminta pemerintah membayar penuh angkutan yang masih dalam proses kredit dari mulai pembayaran uang muka sampai angsuran yang telah dibayarkan. Sebab apabila dihitung rata dengan angkutan yang tidak dalam posisi kredit, mereka merasa dirugikan. Terlebih mayoritas masih banyak kendaraan baru yang baru beberapa tahun diambil dari dealer. “Kami minta diperhatikan apabila yang masih angsur akan dikenakan program penggantian,”ungkap Freddy.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Engkos Zarkasyi mengatakan, pihaknya tidak memaksa sopir angkot untuk menjadi pengemudi taksi. Akan tetapi tawaran tersebut merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah terkait dijalankannya program BRT.
Dijelaskan oleh mantan Camat Periuk dan Pinang ini, program BRT saat ini masih dalam tahap sosialisasi.
Minimal pengemudi mengetahui dan menyampaikan kepada rekan-rekannya untuk selanjutnya juga akan dilaksanakan sosialisasi intensif secara non formal kepada pemilik dan pengemudi angkutan.
“Selain akan menjadi operator dari BRT itu sendiri juga kami siapkan opsi lainnya,”ujar Engkos. Terkait dengan penggantian armada pihaknya masih akan terus mendiskusikan dengan pihak terkait secara musyawarah untuk mencari jalan terbaik dalam menyukseskan program tersebut.
Ditambahkannya, diasumsikan satu armada BRT akan meleburkan sebanyak delapan unit angkutan yang nantinya akan dikelola bersama melalui pembentukan konsorsium. “Masih ada lanjutannya yang akan didiskusikan dengan seksama, kami yakin pengemudi akan memahami dari program ini,”ungkap Engkos. (catur/made)