Rombongan Rano Ditimpuk Batu

LEBAK,SNOL—Serangan fisik dialami rombongan Gubernur Banten Rano Karno dalam perjalanan dinas mengunjungi acara Serentaun di Desa Adat Cisungsang, Kabupaten Lebak, Sabtu (5/9) lalu. Sekelompok pemuda yang berunjukrasa menghadang dan melempari iring-iringan kendaraan gubernur dengan batu. Akibatnya, dua mobil rombongan yang ditumpangi pejabat Pemprov Banten mengalami pecah kaca.Akhir pekan lalu, Rano beserta sejumlah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Banten secara beriringan melakukan perjalanan dari Kota Serang menuju Cisungsang Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak untuk menghadiri acara adat Serentaun. Ketika rombongan Gubernur Banten tiba di Desa Cimampang, Kecamatan Panggarangan Kabupaten Lebak sekira pukul 17.30 wib, terdapat belasan aktivis aliansi masyarakat peduli Cilangkahan (AMPC) melakukan aksi unjuk rasa dengan cara menghadang iring-iringan mobil.

Pengunjukrasa nekad mencegat rombongan gubernur untuk menagih janji Rano terkait kendaraan bertonase tinggi yang tetap melintas di jalanan di Lebak Selatan. Pantauan di lokasi, para pendemo yang melakukan penghadangan meminta Rano menepati janjinya terkait pelaksanaan Pergub Nomor 08 Tahun 2015 tentang Pelarangan Kendaraan Beban Berat/Overtonase yang hingga kini masih berkeliaran di jalur provinsi.

“Kami hanya meminta ketegasan dari Gubernur Banten terkait pelaksanaan Pergub yang dibuatnya,” kata Egi Ramadhan, Korlap Aksi AMPC. Dalam aksi itu, mereka meminta Rano turun dari kendaraan untuk menemui mereka dan bersedia menandatangani kesepakatan terkait pelaksanaan pergub yang dinilai hanya angin segar belaka.

“Kami hanya meminta gubernur turun menemui kami, untuk berdialog dan menandatangani kesepakatan melaksanakan pergub yang hingga kini hanya catatan kertas tanpa tindak lanjut yang jelas. Dan jika begini terus, lebih baik Rano mundur dari gubernur,” kata pendemo lainnya, Erot Rohman.

Aparat dari satuan Brimob Polda Banten kemudian berusaha menghalau mereka. Hal itu justru memantik reaksi dari demonstran. Akhirnya, kericuhan pun tak bisa dihindari. Saat kericuhan itu, Rano Karno dan Kabiro Humas, Deden Apriandhi dievakuasi dengan cara dipindahkan ke mobil lain karena aksi makin memanas. Aparat keamanan yang terdiri dari puluhan anggota brimob terus berusaha membubarkan massa. Lemparan batu dan adu pukulan pun tak bisa dihindari. Lemparan batu itulah yang diduga mengenai kendaraan para pejabat Banten.

Kabiro Humas, Deden Apriandhi di tempat peristirahatan rombongan di Bayah, Sabtu malam membenarkan kejadian itu. Dia juga membenarkan terkait lima mobil rombongan yang rusak. “Ya ada lima mobil yang penyok kena hantam pendemo. Ini di luar dugaan kami. Jelas kami meyayangkan aksi tersebut,” ujar Deden. Dia mengungkapkan, saat itu gubernur tidak bisa menemui para pendemo karena situasinya dalam perjalanan. “Sudah sore, dan lagi ini dalam perjalanan. Masa harus turun tanpa terencana,” kata dia.

Karena kejadian itu, lanjutnya, rombongan terpaksa bermalam di Bayah. “Kami tidak langsung ke Cisungsang dan harus bermalam di Bayah. Untuk para pendemo mohon dimaklumi, karena Pak Gubernur kami larang untuk turun menemui kawan-kawan, dengan alasan situasi kondisi beliau,” ujarnya.

Gubernur Banten Rano Karno mengaku bingung melihat aksi para pemuda menghalangi iring-iringan mobilnya. Dia menambahkan, perjalanannya menuju Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak sebagai bagian dari usaha memajukan wilayah Banten Selatan melalui pariwisata.

“Saya merasa aneh hendak menghadiri undangan, saya dihalangi sekelompok orang,” kata Rano, Minggu (6/9).

Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat di wilayah setempat menyayangkan terjadinya penyerangan dan perusakan terhadap rombongan Gubernur Banten tersebut. Karena, Gubernur Banten, Rano Karno bersama rombongan datang atas undangan Ketua Desa Adat Cisungsang untuk menghadiri prosesi adat Serentaun.

“Kami warga Selatan yang mengharapkan Pak Gubernur datang. Yang minta adalah kami. Dengan ada insiden ini, kami malu. Kalau saja ini bukan negara hukum, kami masyarakat mau tindak sendiri itu anak-anak yang anarkis,” kata Kepala Desa Cihambali, Jaro Rudiat, saat dihubungi.

Jaro Rudiat menjelaskan bahwa masyarakat Lebak dan Kepala Desa lainnya kini sedang bersiaga untuk menjaga Rano Karno bersama rombongan dan akan menindak tegas terhadap siapapun yang berani mengusik, merusak ketentraman dan mengganggu keamanan di Kabupaten Lebak.

“Rano sebagai pimpinan pemerintahan di provinsi turun ke daerah, ingin membangun daerah. Ini ada segelintir oknum yang menghalangi. Terus terang, saya tahu itu bukan murni orang (Banten) Selatan. Saya tidak percaya orang Banten Selatan begitu,” tegasnya.

15 Aktivis Ditahan Polres Lebak

Aparat kepolisian langsung bertindak menyusul aksi penghadangan rombongan Gubernur Banten, Sabtu (5/9) lalu. Sedikitnya 15 aktivis Aliansi Masyarakat Peduli Cilangkahan (AMPC) diamankan dan diangkut ke Mapolres Lebak untuk diminta keterangan. Penangkapan dilakukan sekitar pukul 02.00 WIB Minggu (6/9) dini hari.

Salah seorang aktivis yang ditahan, Egi Ramadhan yang juga Korlap Aksi melalui sambungan telepon, Minggu (6/9) petang mengaku, dia dan 14 rekannya diangkut saat sedang menunggu Gubernur Banten keluar dari penginapan untuk berdialog.

“Waktu itu kami sampai malam menunggu gubernur keluar dari penginapan untuk menemui kami. Namun saat menunggu itu, kami digiring dan dibawa oleh anggota Brimob ke Rangkas. Katanya kami akan ditahan dengan tuduhan aksi anarkis yang membuat rusak mobil pemerintah,” aku Egi, kemarin. Dia menilai tudingan itu tidak jelas dan berlebihan. Menurutnya, aksi justru kacau gara-gara provokasi dari salah satu polisi.

Terpisah, Kanit 3 Polres Lebak, Ipda Indik Rusmono saan dikonfirmasi membenarkan penahanan 15 aktivis itu. Menurutnya, mereka saat ini sedang di-BAP di Polres Lebak.

Indik menambahkan, penahanan para demonstran itu berdasarkan laporan dari pihak Dishub Banten. Namun, lanjutnya, laporan tersebut kini sudah ditarik kembali oleh Dishub Banten dan meminta agar ke-15 aktivis dibebaskan. Namun, Kadishubkominfo Banten, Refri Aroes saat dikonfirmasi terpisah mengaku belum melakukan langkah apapun terkait pengrusakan mobil dinas yang salah satunya milik Dishub Banten.

“Saya baru akan lapor ke Pak Sekda besok (hari ini, red). Keputusan nanti akan diambil setelah mendapatkan arahan dari Pak Sekda, beliau kan atasan saya,” kata Refri yang mengaku masih ada di Padang, Sumatera Barat, tadi malam. (metty/gatot/bnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.