Densus Tangkap Terduga Teroris Jaringan Ibad
JOGJAKARTA,SNOL Densus 88 Mabes Polri kembali menangkap seorang terduga teroris di Jogjakarta. Pria berinisial SF yang tinggal di daerah Cupuwatu, Purwomartani, Kalasan, Sleman, ditangkap Selasa (25/8) sekitar pukul 18.30.
Kabidhumas Polda DIJ AKBP Anny Pudjiastuti menjelaskan, setelah ditangkap, SF langsung dibawa ke Jakarta. Polda DIJ tidak mengetahui apakah ada barang bukti yang diamankan dalam penangkapan tersebut. “Kami hanya tahu informasi itu,”tandasnya.
SF ternyata baru sepuluh hari bekerja di Jogjakarta. Menurut keterangan Lisa, teman kerjanya di toko cahkwe, SF bekerja sejak 17 Agustus 2015. Di tempat kerja, SF dikenal dengan nama Agus Ari. “Bos yang bawa dia ke sini, kerja di sini,” katanya di lokasi penangkapan SF kemarin (26/8).
Sepengetahuan Lisa, SF merupakan warga Muntilan, Jawa Tengah. Dia mengungkapkan, sehari-hari SF membantu dirinya membuat cahkwe dan menjaga toko.
Hal tersebut juga dibenarkan Kepala Dukuh Cupuwatu 1 Awang Prasongko. Menurut laporan Irawan, pemilik usaha cahkwe, Agus Ari merupakan warga Muntilan. Namun, dia belum pernah melihat KTP Agus Ari. “Rekan bisnis Pak Irawan yang bernama Aris adalah warga Muntilan. Dialah yang membawa Agus kerja di sini,”ungkapnya.
Menurut Awang, warga tidak menyangka bahwa SF adalah terduga teroris. Bahkan, ketika SF ditangkap Densus 88, warga mengira peristiwa tersebut merupakan penculikan. “Sebab, tiba-tiba saja langsung ditangkap dan dimasukkan mobil,” katanya.
Melihat ada keramaian, warga langsung berkerumun. “Nggak lama, cuma semenit lebih lah. Ada satu mobil dan tiga motor yang datang,”ungkapnya. Awang sempat melapor ke polisi karena mengira telah terjadi penculikan.
Lisa menjelaskan, saat ditangkap, SF sedang mengambil makan malam di warung langganan. Setelah penangkapan, ada satu mobil yang datang. Lantas, salah seorang yang turun dari mobil masuk ke dalam kamar SF dan mengambil tas ransel yang diduga berisi pakaian.
Sehari-hari SF dikenal sebagai sosok yang tertutup dan jarang bergaul dengan warga. Selama sepuluh hari bekerja di toko cahkwe, dia lebih banyak menghabiskan waktu di toko atau di kamar. Lisa menuturkan, SF sangat pendiam. Jika diajak bicara, dia hanya menjawab seperlunya. “Kalau ngobrol, nggak pernah lama,” ungkapnya.
Selain itu, SF selalu menggunakan masker saat bekerja atau keluar. Semula, Lisa menduga dia alergi bahan cahkwe. Namun, setelah diamati, ternyata SF juga kerap menggunakan masker saat keluar.
Awang mengungkapkan hal serupa. Selama tinggal Cupuwatu 1, SF jarang bergaul. Bahkan, bisa dikatakan banyak warga yang tidak mengenal SF. “Warga mungkin melihat wajahnya saja belum pernah karena setiap hari pakai masker. Saat malam saja tidak pakai masker,” katanya.
Polisi menyebutkan, SF merupakan anggota jaringan teroris Ibad yang ditangkap sebelumnya di Solo. Polisi berupaya mendalami kemungkinan masih adanya terduga teroris lain yang berkeliaran.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menuturkan, sejauh ini SF berperan sebagai perakit bom. Namun, kepolisian tidak berhenti di situ. “Kami mendalami kemungkinan yang lain,”paparnya.
Kemungkinan itu adalah adanya anggota lain yang masih berkeliaran. “Jumlah anggota teroris jaringan Ibad cs ini harus dipastikan,” ujarnya kemarin. Bila ternyata masih ada anggota jaringan Ibad yang bebas, Polri akan mendeteksi dan mencegah terjadinya teror.
Badrodin menegaskan akan memberantas habis jaringan Ibad yang berencana meledakkan pos polisi saat peringatan hari kemerdekaan lalu.”Kami akan tegakkan hukum terhadap jaringan teroris ini. Semua harus ditangkap sampai orang terakhir,”tegasnya.
Yang juga penting, ada kemungkinan SF mendapat pelatihan langsung dari anggota ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Kepolisian akan berupaya menguak hal tersebut. “Ini masih sangat awal,” ujarnya.
Menurut informasi dari kepolisian, jaringan Ibad dibiayai seorang residivis kasus teror yang sekarang berada di wilayah ISIS. Yakni, Bahrum Naim. Dia pernah ditangkap karena kedapatan memiliki 533 butir peluru senjata laras panjang dan 32 butir peluru kaliber 9 mm. Diprediksi, pembiayaan itu dilakukan dengan cara transfer langsung dari wilayah ISIS. Transaksi via perbankan tersebut membuat kepolisian bisa memantau adanya rencana teror di Indonesia.
Sementara itu, Staf Khusus Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Wawan Hari Purwanto menjelaskan, bisa jadi dana dari ISIS tidak hanya mengalir ke Ibad cs, namun juga ke jaringan lain. Dia menegaskan, Polri harus mengantisipasi hal itu.
Kejadian tersebut membuktikan bahwa ISIS berupaya merealisasikan ancaman mereka untuk menyerang Indonesia. “Dulu sempat mengancam panglima TNI dan Polri, kan? Inilah ternyata yang disusun,”tuturnya. (riz/JPG)