Pengangguran di Banten Didominasi usia Sekolah

SERANG,SNOL– Sejak tahun 2012 lalu, Pemprov Banten memiliki data usia angkatan kerja sebanyak 5.125.057 jiwa. Sedangkan yang tercatat sudah bekerja sekitar 4.605.847. Sementara, yang masuk katagori tidak bekerja alias pengangguran terbuka mencapai 519.210 orang, tersebar diseluruh Kabupaten/Kota di Banten.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Banten, Hudaya Latuconsina menyatakan, yang menjadi masalah adalah jumlah usia pengangguran tersebut 69,55 persen, atau sekitar 361.234 orang adalah anak-anak usia sekolah, yakni mereka usia antara 15 tahun sejumlah 67.092, dan usia 16-18 tahun sebanyak 294.142 jiwa.

“Mereka menjadi sasaran utama untuk masuk ke dalam program PPA PKH. Sebanyak 420 orang sebagai penerima manfaat, memang bukan angka yang baik dalam menuntaskan persoalan. Tetapi, itulah bentuk komitmen pemerintah secara bertahap untuk terus berusaha meyakinkan anak-anak usia sekolah ini, kembali ke sekolah untuk masa depan yang lebih baik,” kata Hudaya, Minggu (5/7).

Saat ini, Disnakertrans berusaha melakukan penarikan pekerja anak. Mereka diberikan motivasi untuk kembali belajar, baik melalui pendidikan formal ataupun informal. Maka, menjadi penting bagaimana dinas pendidikan memfasilitasi program pendidikannya, dinas sosial memberikan jaminan sosialnya, dinas kesehatan menjamin kelangsungan kesehatan anaknya sampai pada kemungkinan bagaimana pemberdayaannya.

“Maka, di Banten perlu segera dibentuk sebuah komite aksi untuk memberikan perlindungan terhadap anak-anak Banten. Untuk tahun 2015 ini, pekerja anak yang berhasil dibina oleh Disnakertrans Banten berjumlah 420 orang,” tambahnya.

Plt Gubernur Banten Rano Karno mengatakan, Pemprov Banten terus berusaha memaksimalkan anggaran yang ada untuk mendorong agar anak-anak usia sekolah yang berada dilingkungan kerja informal, untuk bisa juga menikmati pendidikan. “Pekerja anak akan diberikan pengembangan-pengembangan untuk melanjutkan sekolah, sehingga benar-benar siap terjun ke dunia kerja,” ungkap Rano.

Selain itu, mereka (anak-anak usia sekolah) akan mendapatkan pembinaan, akan diberi bimbingan mengenai kepribadian, motivasi, berbagai keterampilan, serta rohani. “Meski anggaran pemerintah terbatas, tapi yakin jika semua elemen dan lembaga bekerja sama, Insyaallah masalah ini akan teratasi,” ujar Rano.

Kegiatan pemberian bantuan alat sekolah ini merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya pengurangan pekerja anak dalam mendukung program keluarga harapan (PKH), sekaligus membantu dalam pelaksanaan pembangunan dibidang pendidikan. “Saya harapkan kepada anak-anak yang mendapatkan bantuan, untuk dapat memanfaatkan apa yang telah diterima. Begitu juga para pendidik, pembimbing, dan pendamping siswa agar terus melakukan evaluasi,” imbuhnya. (metty/mardiana/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.