Politik Dua Kaki Golkar di Pilgub Banten
GOLKAR cerdik. Jika dicermati bersama, ada yang aneh tapi masuk akal apabila disambung-sambungkan. Secara formal memasang Andika bersama Wahidin Halim (WH). Secara informal Golkar juga mendorong Haerul Jaman dengan Rano. Mungkinkah partai beringin bermain dua kaki pada Pilgub Banten?
Bagi Golkar skenario seperti itu seringkali dilakukan. Pada Pilpres 2004 misalnya, secara formal mengusung Wiranto. Namun secara informal banyak petinggi Golkar waktu itu yang mendukung Jusuf Kalla menjadi wakil Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.
Mengulang skenario itu di Banten sangat mungkin terjadi. Indikasinya misalnya, surat dukungan DPP Golkar kepada Andika tidak diteken Ketua Umum Setya Novanto. Hanya ditandatangan Ketua Harian Nurdin Halid dan Sekjen Idrus Marham.
Selain itu, semangat Golkar mengusung pasangan ini pun sepertinya juga kurang bergairah. Biasa-biasa saja. Lihat saja hingga kini tidak ada deklarasi secara resmi yang dihadiri oleh Setya Novanto dan pengurus DPP lain. Deklarasi justru baru dilakukan para pengurus pusat PKS dan Hanura.
Pilihan mendukung pasangan WH-Andika juga sepertinya berlawanan dengan semangat koalisi di tingkat pusat. Golkar sudah masuk dalam kabinet Jokowi dan mengusungnya jadi capres pada 2019. Tentunya, Golkar akan mempertimbangkan kemana arah dukungan Jokowi di Banten.
Jokowi punya agenda besar di Banten. Ada 12 proyek nasional harus diselesaikan. Jokowi dan Rano satu garis dalam partai. Bisa jadi Jokowi menginginkan estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh Rano. Bukan yang lain. Rano sendiri sering bercerita bagaimana dirinya melobi dan meyakinkan presiden agar 12 proyek bisa diwujudkan di Banten.
Fakta-fakta itulah yang sepertinya terus dibaca oleh Golkar. Jika peluang menang WH-Andika tipis, bisa jadi dukungan diam-diam atau informal akan mengalir ke Jaman. Namun jika Jaman gagal dipinang bisa jadi kader Golkar lain yang diusung. Apalagi stok kader partai ini di Banten cukup banyak. (*/tim rakyat merdeka group)