Warga Jiput Mandi dan Mencuci di Air Keruh
PANDEGLANG,SNOL–Kebiasaan warga mencuci dan mandi di air keruh, yang diduga syarat penyakit rupanya belum bisa hilang 100 persen. Selain akibat minimnya sarana Mandi Cuci Kakus (MCK), juga terkadang akibat sulitnya mendapatkan air bersih.
Karena sudah dianggap biasa, sehingga gatal-gatal yang menyerang pun dianggap biasa alias tidak dianggap sebagai penyakit.
Seperti yang terlihat di Desa/Kecamatan Jiput. Sejumlah ibu-ibu terlihat sedang mencuci pakaian dan perabot rumah tangga. Sedangkan, disudut lainnya yang berdekatan, tampak sejumlah anak-anak asik mandi sambil bermain. Padahal, dibagian lainnya sekitar 50 – 100 meter, terdapat tumpukan sampah yang memenuhi aliran sungai/irigasi yang digunakannya untuk mencuci dan mandi tersebut.
Seorang warga, Halimah (44) mengatakan, sebenarnaya ia tidak ingin melakukannya disitu. Namun, mau tidak mau hal itu dilakukannya. Karena, keterbatasan fasilitas MCK di rumahnya, ditambah lagi tidak ada MCK umum yang lebih layak digunakannya.
“Ada kamar mandi, tapi di Mushalla. Kadang-kadang kami juga nyuci dan mandi disana. Tapi, kalau setiap hari kan tidak enak. Memang ada saja warga yang terserang gatal-gatal, akibat mandi disini,” kata Halimah, kepada wartawan, Rabu (29/4).
Ditambahkannya, aktivitas semacam itu dilakukannya sudah hampir setahun lebih. Dimusim hujan seperti sekarang ini, kadang kamar mandi Mushalla ramai digunakan. Bahkan, warga harus antri. “Daripada antri lama, akhirnya kami terpaksa nyuci dan mandi disini. Ya, kami juga tahu kalau ini tidak baik,” keluhnya.
Warga lainnya, Jaenab (41) mengakui, jika sebagian warga di daerahnya mencuci dan mandi di sungai itu. Walau terkadang ia merasa risih, karena terlalu terbuka dan tidak pantas. Namun, lagi-lagi dirinya mengaku, hal itu dilakukannya karena terpaksa dan keterbatasan MCK serta kamar mandi di rumahnya.
“Ramainya memang sore. Ibu – ibunya nyuci, anak-anaknya mandi,” aku ibu yang berprofesi sebagai buruh cuci itu.
Salah seorang tokoh masyarakat Jiput, Dadang (37) menjelaskan, sampah yang dibuang di aliran sungai itu juga merupakan sampah rumahan, yang mana warga sekitar membuangnya ke lokasi tersebut. Padahal, sungai tersebut digunakannya pula untuk mencuci pakaian dan mandi.
“Kondisi ini karena keterpaksaan. Sebagian nyuci dan mandi disitu (sungai kotor,red), sebagian lainnya di kamar mandi musholla, yang ada di pinggir sungai,” ungkapnya.
Beberapa tahun lalu, sempat ada rencana pembangunan MCK untuk Desa Jiput. Namun, karena tidak ada lahan untuk pembangunannya. Akhirnya, dialihkan ke lokasi lainnya. “Kalau tidak salah, 3 tahun lalu sempat ada rencana pembangunan MCK. Karena tidak ada lahannya, dialihkan ke daerah Malingping. Saat itu, rencananya program SDAP, yang dikucurkan melalui Pemprov Banten,” imbuhnya. (mardiana)