60 Persen Apartemen Dibeli Investor
TANGERANG,SNOL—Sektor properti menjadi bidikan investor dan orang-orang berduit yang ingin memutar uangnya. Berdasarkan hasil riset, sebanyak 60% pembeli atau konsumen apartemen di Jakarta adalah investor.
“Pasar apartemen sekarang ini 60% adalah investor. Sedangkan untuk end user tak pernah tinggi porsinya,” kata Corporate Marketing & Communication GM Synthesis Development R. Pradopo akhir pekan lalu seperti dilansir detikFinance. Berdasarkan hasil riset 2015, Synthesis Development mencatat di Jakarta ada banyak faktor pendorong orang membeli hunian khususnya apartemen.
Menurutnya sebagai upaya perseroan memberikan kesempatan kepada para pembeli apartemen non investor atau end user, maka perseroan membuat sebuah program bagi para pekerja di atas usia 25 tahun, agar mereka mulai memikirkan masa depan terkait kepemilikan hunian. Ia beralasan, banyak konsumen yang ingin benar-benar punya hunian justru tak pernah kesampaian punya rumah/apartemen karena harganya terus naik. Selain itu, masalah yang kerap menghadang para calon pembeli rumah/apartemen adalah uang muka (DP).
“Berdasarkan riset, banyak pekerja yang baru memikirkan punya rumah setelah usia 35 tahun, atau setelah mereka menikah,” katanya.
Ia mengakui pekerja usia muda yang rata-rata sudah mencapai level penghasilan tinggi kini cenderung konsumtif seperti gonta-ganti gadget, gaya hidup yang tinggi dan lainnya. Mereka umumnya belum berpikir untuk memiliki rumah, atau hunian sedangkan harga rumah/apartemen terus naik setiap tahun sedikitnya 10 persen
“Kita ada program smart saving untuk anak-anak muda calon pembeli apartemen,” katanya.
Program ini menyasar para pekerja di atas usia 25 tahun dengan penghasilan sekitar Rp 15 juta per bulan. Program smart saving diterapkan pada proyek perseroan yaitu Apartemen Bassura City, di Jalan Basuki Rachmat, Cipinang, Jakarta Timur. Dari 6.900 unit apartemen yang mencakup 9 tower, ada 2 tower yang disiapkan untuk program ini atau sekitar 800 unit apartemen yang harganya sekitar Rp 500 juta (2 kamar) tipe 36.
“Untuk tahap awal kita coba 200 unit. Justru ini berat buat kita, pengembang harus menyiapkan modal untuk pembangunan apartemen per towernya Rp 80-100 miliar,” katanya.
Namun ia mengakui calon pembeli apartemen dengan skema ini akan rugi apabila nanti apabila pengajuan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) ditolak oleh bank. Konsekuensinya, maka uang yang sudah ditabungkan ke pengembang tak akan kembali seluruhnya. (gto)