Produsen Garam Harus Dibina
SERANG,SNOL– Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Serang, meminta kepada Pemprov Banten mengawasi produsen garam di Cilegon dan Tengerang. Hal ini, menyusul banyak peredaran garam yang tidak beryodium yang diduga berasal dari daerah tersebut.
Kepala Diskoperindag Kabupaten Serang, Entus Mahmud Sahiri mengatakan, setiap tahun pihaknya memantau peredaran garam di sejumlah pedagang dan konsumen. Pemantauan melibatkan Dinas Kesahatan (Dinkes), BPOM, Kejaksaan, dan Polres.
“Hasilnya, banyak garam yang kandungan yodiumnya dibawah 30 PPM. Peredaran garam di wilayah kita, masih banyak yang tidak bermerk dan kandungan yodiumnya ada yang di bawah 30. Ada juga yang tidak ada sama sekali kandungan yodiumnya,” kata Entus, Jumat (24/4).
Pada prinsipnya, garam yang sehat dikonsumsi oleh manusia, selain kandungan yodiumnya minimal 30 PPM, juga harus mencantumkan merek, bersertifikat SNI dan mencantumkan produsennya. “Kalau dari hasil pemantauan kita selama ini, yang benar-benar bermerek kebanyakan berasal dari Cirebon,” tambahnya.
“Dinkes langsung memantau sampel konsumen atau langsung ke rumah-rumah penduduk yang ada di sejumlah desa. Diperoleh, hampir 10 persen penggunaan garamnya mengandung kadar yodium yang tidak memenuhi standar,” ujarnya.
Pihaknya menduga, jika peredaran garam yang tidak memenuhi standar tersebut berasal dari perusahaan yang berada di Cilegon dan Tangerang. Sebab, lokasinya cukup memungkinkan, jaraknya cukup dekat. “Gunungsari dan Waringin, kami duga garamnya berasal dari Cilegon. Kalau Carenang, kemungkinan dari Carenang tapi kami baru menduga-duga karena mereknya pun tidak ada,” paparnya.
Oleh karena itu, ia meminta kepada Dinas Perdagangan (Dindag) Provinsi Banten melakukan pembinaan terhadap produsen garam yang ada di wilayah Banten. Hal itu dilakukan untuk memastikan peredaran garam tidak membahayakan masyarakat, khususnya anak-anak.
“Garam yang tak beryodium itu sangat bahaya. Sebab, bisa menimbulkan penyakit gondok, berpengaruh terhadap kecerdasan anak juga,” imbuhnya.
Sementara, salah seorang warga Ciruas, Nurhayati mengatakan selama ini dirinya tidak pernah teliti ketika membeli garam. “Saya tidak tahu kalau bahaya. Saya baru tahu dari orang Puskesmas, kalau beli garam sembarangan itu bisa berdampak pada anak-anak kita,” pungkasnya. (mg23/mardiana/jarkasih)