Ratusan Ribu Warga Masih Dolbon

TIGARAKSA,SNOL—Sekitar 30 persen atau ratusan ribu dari 3 juta lebih total warga Kabupaten Tangerang masih membuang air besar (BAB) di area perkebunan, persawahan dan sungai. Kondisi yang dikenal dengan istilah Dolbon (modol di kebon) ini sebagai akibat dari rendahnya pemahaman pola hidup sehat masyarakat. Padahal ketersedian jamban sudah mulai memadai.

Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sri Indri Astuti menuturkan, sebagian besar masyarakat masih memanfaatkan area persawahan, perkebunan dan sungai sebagai wadah untuk BAB. Karena itulah tingkat penderita diare di Kabupaten Tangerang tergolong signifikan.

            “Jumlahnya sekitar 30 persen dari jumlah total warga Kabupaten Tangerang masih BAB di area persawahan, perkebunan dan sungai. Kondisi ini juga membuat tingkat penderita diare masih signifikan. Namun, jumlahnya saya kurang hafal berapa persen penyakit diare yang diderita masyarakat akibat kurangnya kesadaran mereka,” kata perempuan yang akrab disapa Indri kepada Satelit News, Rabu (8/4).

            Indri menambahkan, untuk menekan perilaku hidup tak sehat tersebut pemerintah akan menyelenggarakan program sanitasi 1000 jamban. Ia berharap melalui program tersebut dapat merubah pola hidup masyarakat untuk lebih mengedepankan kebersihan lingkungan hidup. Hal ini juga merupakan salah satu upaya pemerintah dalam pembudayaan hidup bersih, dengan tujuan mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran.

            “Ada 5 kecamatan yang nantinya akan dibuatkan jamban tersebut, di antaranya Balaraja, Jambe, Sepatan Timur, Jayanti dan Sukadiri. Harapan kami semua usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat itu sendiri,” jelasnya.

            Lanjut Indri, sejatinya kotoran manusia sangat berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia. Pertama, bisa menyebabkan terserangnya penyakit diare, gatal-gatal dan alergi. Kedua bau dari kotoran manusia juga bisa menyebabkan serangan saluran pernapasan.

            “Saya pernah melakukan sosialisasi ke satu daerah. Disana itu mereka BABnya di perkebunan mereka sendiri. Jadi gini, setelah mereka selesai kotoran mereka sendiri itu ditandai, sehingga pada saat di kemudian hari mereka mau BAB lagi tidak terinjak. Nantinya mereka akan pindah ditempat lain, habis itu ditandai lagi. Bagaimana bisa sehat kalau seperti itu,” terangnya.

            Sekretaris Dinas Kesehatan Yuliah Iskandar menambahkan, program 1000 jamban tersebut merupakan arahan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Kemudian Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab, sedangkan yang melaksanakan nantinya adalah pihak-pihak terkait di lapangan.

            “Perencanaannya sudah berjalan, bahkan sekarang sudah disurvei lokasi-lokasi mana saja yang akan dibuatkan jamban tersebut. Insyaallah bulan Juni nanti akan segera terealisasi perencanaan tersebut. Anggarannya sendiri pemerintah akan bekerja sama dengan pihak swasta sebagai donatur,” tukasnya.

            Lanjut Yuliah, nantinya akan dibuatkan satu kepala rumah tangga satu jamban meski sudah ada jamban umum tapi tidak terpakai. “Masyarakat merasa jijik bekas orang, makanya akan dibuatkan masing-masing satu jamban. Data yang terakhir tahun 2014 sebanyak 88 persen masyarakat Kabupaten Tangerang masih tidak memperdulikan kesehatan dengan membuang kotoran di sembarangan tempat,” pungkasnya. (mg27/aditya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.