Imlek Berakhir, Panti Pijat Diserbu
KOTASERANG,SNOL—Ada pemandangan yang berbeda di rumah tukang urut bayi, paska liburan panjang imlek beberapa hari lalu. Ratusan ibu-ibu sambil menggendong bayi dan balita memenuhi tempat praktek pijat yang berada di Kampung Baru, Kelurahan Kagungan Pekarungan, Kota Serang, Senin (23/2).
Suasana riuh memenuhi lima rumah, yang dijadikan tempat pijat bayi. Suara tangisan dan teriakan balita membuat iba orangtuanya dan para pasien lain. Bahkan, balita yang menunggu giliran pijat ikut menangis melihat yang lainnya meronta-ronta.
Salah seorang warga, Asti (24) mengaku, sengaja membawa anak pertamanya yang berusia dua tahun untuk dipijat. Ia mendapat giliran antrean ke enam. “Anak saya kejetit kayanya, soalnya nangis terus. Tidurnya juga rewel, makan susah, biasanya kalo sudah dipijit disini langsung mendingan. Tidurnya juga pules, walaupun suka gak tega liat pas dipijitnya,” kata Asti, Senin (23/2).
Pijat bayi yang berada di daerah Pekarungan tersebut, menjadi keahlian keluarga besar Nani (80) dan diturunkan ke 11 anaknya yang saat ini ikut memijit bayi. Ada yang unik dengan pijat bayi atau balita disini. Ada pijat Janur untuk bayi yang punya keluhan kelainan pertumbuhan, susah makan, rewel dan lain hal. Media pijatnya menggunakan janur. Nani (80) sudah puluhan tahun, dan secara turun temurun melakukan pijat Janur.
“Jadi yang dipijat janurnya, dan setelah dipijat. Janur (daun kelapa muda,red) jadi layu, setelah itu baru ketahuan bagian tubuh mana yang sakitnya,” kata wanita paruh baya ini.
Ia membuka praktek setiap hari, hanya ada perbedaan waktu di hari pantangan saja yakni hari Selasa dan Sabtu. Biasanya orang tua bayi ditanya bayinya kenapa, lalu janurnya bisa pasien bawa sendiri. Hanya saja mitosnya, janur tersebut tidak boleh jatuh ke tanah, atau bisa juga janur yang sudah disediakan.
Diceritakannya pula, keahlian memijat bayi sudah dilakukan sejak dirinya berusia 20 tahun yang diturunkan oleh neneknya. Selain urut Janur, dirinya juga mampu memberikan kalung bangle, untuk anak yang kelainan atau sawan bangke. Isinya berupa rempah, dan obat dari Makkah dan doa-doa. Namun, untuk keluhan yang satu ini hanya Hj Nani yang bisa melakukannya.
“Anak saya 11 orang, 3 laki- laki, 8 perempuan. Semua sudah bisa pijit bayi, malah dua orang cucu saya yang perempuan juga sudah bisa pijat,” paparnya lagi. Menurut wanita asli Banten ini, dirinya tidak mematok harga. Baginya, pantangan untuk mematok harga ketika menolong orang. Jadi tarifnya seikhlasnya saja, malah tidak memberikan sesuatu atau bayaran juga tidak apa-apa. “Kita saling bantu, doakan saja,” imbuhnya.
Sementara menurut warga sekitar, keahlian pijit keluarga Hj. Nani membantu perekonomian tetanga sekitar. Seperti Ai (40), ia mengaku keberadaan praktek pijat bayi memberikan masukan keuangan untuk keluarganya. “Saya bisa jualan, udah 10 tahun saya jualan disini. Alhamdulillah rame terus, anak saya juga ikut jaga parkir,” pungkasnya.
Pasien yang datang ke tempat pijat itu, tidak hanya warga Serang. Tapi juga, dari luar Serang dan Banten, seperti dari Jakarta, Tangerang, bahkan Jawa Tengah. (metty/mardiana)