Beras Langka, Harga Melonjak
TANGERANG,SNOL—Harga beras di Tangerang menjadi tak terkendali. Kenaikan harga salah satu bahan pokok itu mencapai 20 persen dari sebelumnya. Pemerintah memutuskan menurunkan beras untuk rakyat miskin (Raskin) demi menstabilkan harga.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Tangerang, Sayuti mengatakan, kenaikan beras diakibatkan gagal panen di beberapa sentra pertanian. Akibatnya, pasokan berkurang sehingga membuat pedagang menaikkan harga.
Berdasarkan evaluasi data bahan pokok Disperindagkop Kota Tangerang, beras jenis IR I mengalami kenaikan sekitar 20 persen dari 10.500 rupiah menjadi 12.500 rupiah. Sedangkan untuk IR II mengalami kenaikan sekitar 12 persen dari 9.800 rupiah per kg menjadi 11.000 rupiah per kg. Data tersebut diambil pada 20 Februari 2015 di tiga pasar yakni Pasar Anyar, Malabar dan Ciledug.
“Itu penting untuk mencegah para spekulan yang menyebabkan harga beras naik. Kita sedang monitor perkembangannya,” kata Sayuti. Mantan Kepala BKPP Kota Tangerang itu menjelaskan, di Kota Tangerang operasi pasar sudah dilakukan Badan Urusan Logistik (Bulog) di empat kecamatan yakni Benda, Batuceper, Cipondoh dan Larangan. Dalam operasi pasar itu, beras dijual dalam paket 5 kg. Untuk jenis premium dijual dengan harga Rp 45.000 dan jenis medium Rp 37.000.
“Kita mendukung rencana pemerintah pusat melalui Bulog untuk stabilkan harga beras. Bila diperlukan kita minta ke Bulog untuk diadakan operasi pasar kembali,” jelasnya.
Raskin Turun Lebih Cepat
Dari Jakarta, pemerintah bergerak cepat menangani masalah kelangkaan beras di pasaran. Kemarin (23/2), Wapres Jusuf Kalla (JK) menggelar rapat terbatas membahas persoalan tersebut bersama sejumlah menteri terkait. Hasilnya, JK menginstruksikan Badan Urusan Logistik (Bulog) melepas cadangan raskin sebanyak 300 ribu ton ke masyarakat miskin untuk menstabilkan harga beras di pasaran yang saat ini sedang tinggi.
“Tadi kita putuskan Bulog keluarkan raskin bulan ini 300 ribu (ton), mulai besok, karena memang hak rakyat yang belum dibagikan berhubung karena masih dibahas prosedurnya. Prosedur tidak bisa menghalangi kewajiban,” papar JK seusai Ratas di Kantor Wapres, kemarin (23/2). JK menguraikan raskin tersebut akan didistribusikan ke seluruh daerah di Indonesia.
“Dia meyakini peningkatan suplai Raskin tersebut mampu menekan harga beras di pasaran. “Insya Allah pasti (turun) karena beras itu turun-naik hanya karena masalah suplai saja. Harganya cuma Rp 1600 (per kilogram),” urainya.
Namun, JK juga mengharapkan penurunan harga tersebut tidak sampai merugikan petani. Yang terpenting, harga beras bisa stabil. “Ya, kalau terlalu turun juga petani rugi. Jangan lupa itu. Kita pokoknya yang penting stabil lah,” harapnya.
JK pun memastikan cadangan beras nasional dipastikan tetap aman. Dia menguraikan, cadangan beras nasional mencapai 1,4 juta ton. Dengan adanya distribusi raskin tersebut, jumlah cadangan beras yang tersisa masih sekitar 1,1 juta ton. Di samping itu, bulan Maret sudah memasuki masa panen raya. “Produksi oke dan bulan depan sudah panen. Jadi Maret, April itu panen. Sehingga tidak perlu ditakutkan lagi,” tegasnya.
Karena itu, JK menegaskan pemerintah tidak akan membuka keran impor terkait persoalan kelangkaan beras. Menurut dia, saat ini kebijakan mengimpor beras, belum diperlukan. “Sampai sekarang tidak. Artinya impor itu kalau perlu. Karena sekarang ini setelah kita pelajari, masalahnya hanya supply raskin yang kurang dari 350 ribu ton,” ujarnya.
Menyoal penyebab kelangkaan, JK menyatakan hal tersebut sekedar disebabkan persoalan administrasi distribusi raskin pada bulan. Dia membantah jika hal tersebut diakibatkan adanya penimbunan oleh mafia beras. “Ini hanya karena masalah di administrasi saja. Nggak ada hubungannya dengan penimbunan. Kalau mau timbun silahkan aja, nanti kita suruh tangkap polisi,” katanya.
Mentan Amran Sulaiman menuturkan proyeksi produksi beras hingga bulan April diperkirakan mencapai 32 juta ton. Rinciannya, Januari 3 juta ton, Februari 6 juta ton, Maret 12 juta ton dan April 10 juta ton. Namun, Amran mengakui, tahun lalu, masa tanam mengalami keterlambatan. Meski begitu, dia optimis tahun ini masa tanam bisa sesuai target.
“Kita akan lakukan percepatan Januari, Februari dan Maret. Dimana luasan areal, massa indeks pertanaman dan produktivitas kita tingkatkan,” terangnya.
Terkait inflasi, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyatakan pihaknya belum bisa memperkirakan besaran inflasi akibat kenaikan harga beras tersebut. Sebab, operasi pasar masih akan dilakukan pekan delan, menjelang akhir bulan Februari. “Jadi kita belum bisa bilang berapa besarannya,”kata Suryamin.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar mengusulkan agar badan usaha milik desa (BUMDes) dapat ditunjuk sebagai distributor beras di lini pertama. Peran BUMDes sebagai ujung tombak pengendalian harga pangan diyakini lebih efektif karena langsung berada di setiap desa.”BUMDes dapat mengamankan jalur pengadaan sekaligus penyaluran beras, sehingga mafia beras tak bisa beroperasi,” tandasnya. (wan/uis/gatot/jpnn)