Proyek Jembatan Kedaung Ditunda, Pengusaha Eretan Gembira
SEPATAN, SNOL Pembangunan jembatan Kedaung yang menghubungkan warga Sepatan, Kabupaten Tangerang dengan Neglasari, Kota Tangerang resmi tertunda pengerjaannya.
Ada berkah tersendiri dari penundaan proyek senilai 23 miliar rupiah itu. Blessing by disguise. Demikian kalimat orang Barat untuk menjabarkan kondisi yang terjadi di Jembatan Kedaung.
Ada banyak berkah terkuak di balik penundaan pembangunan jembatan yang menjadi sorotan setelah mantan kepala Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi proyek senilai Rp23,42 miliar.
Salah satu pihak yang merasakan berkah adalah pengusaha eretan. Sebelum ada jembatan, sebagian warga mendirikan usaha perahu eretan untuk penyebrangan orang dan kendaraan. Namun semenjak dibangunnya jemabatan tersebut pada awal tahun 2013, bisnis itu meredup. Mereka disuruh pindah ke wilayah lain .
“Ya saya sudah lama menjadi pengusaha perahu eretan. Karena ada jembatan ini sempat disuruh pindah, sekitar 7 bulan yang lalu. Kemudian saya sempat menggeser dari tempat semula, setelah jembatan itu tidak dilanjutkan kita bisa tenang kembali menjalankan usaha,” kata Tedi, salah satu pengusaha eretan di jembatan Kedaung.
Dia menyebutkan perahu eretan ini beroperasi selama 24 jam. Setiap harinya bisa mencapai 500 orang/kendaraan yang melintas. Untuk tarifnya dikenakan Rp1000 per orang, kalau sepeda motor dikenakan biaya Rp2000 per kendaraan. Dalam sepanjang Kali Cisadane di daerah Kedaung, ada sekitar 10 eretan yang didirikan oleh warga.
“Yang melintas mulai dari warga, anak-anak sekolah, para pekerja, dan yang lainnya. Setiap perahu dikendalikan oleh 4 orang dan bekerja shift pagi dan sore,” ujarnya.
Aalah seorang warga setempat, Tuti mengatakan warga tidak ada akses lain selain melintas dengan perahu eretan. Jembatan yang dibangun belum juga selesai, sedangkan untuk menempuh dua wilayah itu harus memutar jalan cukup jauh dan membutuhkan waktu lama.
“Kalau saya sih pengennya jembatan itu bisa selesai, karena jembatan itu pastinya bermanfaat untuk warga. Tapi mungkin kalau pengusaha eretan itu pasti maunya tidak dibangun karena menguntungkan. Kalau perahu kan warga juga harus membayar, kemudian setiap kali banjir datang perahu itu juga tidak beroperasi,” ungkapnya.
Tuti mengungkapkan dia tidak tahu alasan kenapa pembangunan jembatan kedaung itu berhenti. Dia sempat mendengar informasi katanya Juli dimulai kembali tapi tak kunjung dimulai. Kemudian ada juga yang bilang Desember nanti akan dilanjutkan kembali.
“Saya berharap Gubernur bisa membantu menyelesaikan pembangunan jembatan ini,” harapnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Robi, warga Kotabumi Kabupaten Tangerang. Dia mengungkapkan jembatan sangat dibutuhkan untuk fasilitas penyebrangan. Namun dia terpaksa harus menggunakan fasilitas perahu eretan yang dioperasikan oleh warga karena jembatan yang dibangun belum selesai.
“Saya mau ke rumah adik di Sepatan, memang selalu lewat sini. Kalau mutar terlalu juah,” ungkapnya.
Seperti diketahui, pengerjaan proyek pembangunan Jembatan Kedaung tahap II senilai Rp 9,5 miliar untuk sementara bakal ditunda. Penundaan tersebut sebagai ekses dari penyidikan dugaan korupsi pada proyek Jembatan Kedaung tahap I untuk pengadaan baja lengkung senilai Rp 23,42 miliar.
“Sekarang ini ya mangkrak, walaupun sudah dilelangkan melalui ULP (unit layanan pengadaan-red), tapi sementara ini dipending dulu, karena kami tidak ingin mengganggu penyidikan Polda. Sebenernya tidak ada masalah (untuk dikerjakan). Tapi nanti kami akan berkoordinasi dulu dengan Polda. Kalau kata Polda silakan ya kami kerjakan,” ujar Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Ru-ang (DBMTR) Provinsi Banten, Husni Hasan.
Kasus dugaan korupsi ini bermula ketika DBMTR Banten membayarkan sejumlah uang kepada PT Alam Baru sebagai pemenang proyek untuk membuat kerangka jembatan Kedaung. Meskipun uang sudah dibayarkan namun kerangka yang ada belum juga diserahkan. Penyerahan uang sebelum ada barang tersebut juga menyalahi ketentuan peraturan perundangan.
Proyek jembatan Kedaung terbagi ke dalam dua tahap. Pada proyek jembatan tahap 1, finalisasinya hanya sebatas pengadaan baja lengkung hingga pengiriman. Sementara untuk proyek tahap II yaitu pengerjaan erection girder (balok utama), pengecoran lantai dan pembangunan abutment (kepala jembatan).
“Masalahnya kan itu sudah dibayar, tapi barangnya sampai sekarang belum kami terima. Makanya kami menyurati pemborong untuk mengirimkan ke workshop. Terakhir surat kami kirim sekitar 2 September perihal memerintahkan PT Alam Baru Jaya itu mendatangkan baja ke gudang, ” kata Husni.(gatot/satelitnews)
Sayang sekali pembangunan jembatan ini tidak dilanjutkan, padahal warga sudah sangat membutuhkan akses jembatan ini.
Pemerintah tak serius dalam melanjutkan pembangunan jembatan tersebut, padahal jika ini terwujud dapat meningkatkan perekonomian warga di wilayah sepatan timur karena ada akses jalan yang baik ke daerah tersebut.
Besar harapan saya agar pemerintah Kabupaten Tangerang maupun Kota Tangerang dapat bekerja sama dengan baik dan segera melanjutkan pembangunan jembatan ini. Terima Kasih.